Jakarta, Technology-Indonesia.com – Ir. Basril tersenyum sumringah saat menerima penghargaan Anugerah Kekayaan Intelektual (AKI) atas paten yang diperolehnya untuk teknologi proses pembuatan produk Membran Perikardium dan pembuatan Graf Tulang Demineralisasi Steril Radiasi.
Anugerah Kekayaan Intelektual (AKI) merupakan bentuk apresiasi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kepada para perisetnya yang memiliki inovasi yang dimanfaatkan masyarakat dan berkontribusi pada perkembangan Iptek. Penghargaan diberikan langsung oleh Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko di acara Peringatan 2 Tahun BRINteraksi yang digelar di Jakarta pada Minggu (7/5/2023).
Basril merupakan periset di Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi, Organisasi Riset Teknologi BRIN yang selama ini mendedikasikan dirinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang Biomaterial Iradiasi.
Hasil riset Basril beserta tim telah memperoleh paten untuk dua teknologi yakni proses pembuatan produk Membran Perikardium dan pembuatan Graf Tulang Demineralisasi Steril Radiasi. Melansir dari laman brin.go.id, Basril menuturkan penelitian ini telah dimulai sejak tahun 2000.
Basril dan tim merancang penelitian tersebut untuk mendorong penggunaan produk lokal karya karena kedua produk tersebut masih didominasi produk impor yang harganya sangat tinggi.
Inspirasi untuk melakukan penelitian datang setelah dirinya mengikuti sebuah training di Amerika Serikat pada 1996. Saat itu jaringan tubuh yang digunakan saat training berasal dari manusia, sehingga sulit untuk mendapatkan donornya di Indonesia. Tidak pendek akal, Basril pun mencoba menggunakan bahan jaringan dari hewan yaitu sapi.
Membran perikardium berasal dari selaput pembungkus jantung sapi yang memiliki kandungan kolagen tinggi. Membran perikardium dapat digunakan sebagai produk yang dapat mempercepat penyembuhan luka. Terutama untuk mempercepat penyembuhan jaringan pada augmentasi tulang bidang dental.
Membran perikardium sangat baik untuk Guided Tissue/Bane Regeneration (GTR/GBR). Fungsinya dalam aplikasi sebagai penutup atau pembatas antara jaringan lunak dan jaringan keras. Sehingga pertumbuhan jaringan lunak dan keras dapat terjadi dengan baik. Bahan ini sensitif dengan suhu, sehingga untuk mensterilkannya digunakan teknik radiasi dengan sinar gamma atau berkas elektron.
Paten kedua didapatkan Basril dan tim dari proses pembuatan graf tulang demineralisasi steril radiasi. Produk graft tulang telah banyak dimanfaatkan di dunia medis terutama dalam bidang dental dan ortopedi. Dalam bedah dental, graft tulang ini diaplikasikan misalnya untuk pengisi pada tulang rahang.
Basril menjelaskan, pembuatan produk ini menggunakan graf tulang yang dikurangi mineralnya sebagian (demineralisasi) supaya ada induksi yang merangsang pertumbuhan sel-sel yang ada di tulang manusia dengan lebih cepat. Dengan proses demineralisasi, jumlah per gram dari bone morphogenetic proteins (yang merangsang pertumbuhan jaringan baru tulang) akan lebih banyak dihasilkan.
Basril mengungkap bahan baku membran dan graf tulang berasal sapi yang mudah ditemukan di Indonesia sehingga harga produk ini bisa sangat terjangkau dibandingkan produk luar. Produk ini juga terbilang halal sehingga aman digunakan oleh mayoritas umat muslim di Indonesia.
Setelah penelitiannya selesai, Basril dan tim berusaha untuk berhubungan dengan para pengguna yakni terutama dokter gigi dan dokter orthopedi yang kemudian menccoba mengaplikasikan produknya secara terbatas.
“Ternyata bahan yang dihasilkan itu bagus dan kami tambah bersemangat. Hasilnya tidak kalah dengan produk-produk luar. Kalau belum bisa ekspor paling tidak dapat mengurangi beban masyarakat,” tutur pria kelahiran Naras, Pariaman tersebut.
Basril mengungkapkan, produk serupa dari luar negeri harganya mahal mencapai Rp 1-2 juta untuk satu botol ukuran 0,5 cc. “Kalau produk kita sendiri setelah dihitung-hitung sekitar 200-300 ribu sudah bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Dan hasil kualitas produknya sama,” jelasnya.
Informasi mengenai produk Basril kemudian menyebar diantara kalangan dokter. Para dokter terus berdatangan dan mencoba produk tersebut. Hal itulah yang mendorongnya untuk berusaha mengindustrikan produk hasil risetnya.
Basril mengakui, proses komersialisasi produk tersebut cukup lama. Tantangan lain yang juga sulit dari penelitiannya adalah tahap uji klinis. Dengan adanya BRIN yang merupakan integrasi dari berbagai instansi termasuk instansi kesehatan, harapannya dapat membuat proses ini lebih mudah nantinya.
Ditanya mengenai perasaannya setelah produknya berhasil dikomersialiasikan, Basril yang juga pemilik total 11 Hak Kekayaan Intelektual (HKI) mengungkapkan hal tersebut sesuai dengan cita-cita awal dirinya dan tim. Perjalanan riset 23 tahun bukan waktu yang sebentar.
“Karena melihat produk ini mahal sedangkan produk ini digunakan oleh semua lapisan masyarakat terutama golongan menengah ke bawah. Kalau kita bisa melayani mereka dengan harga yang lebih terjangkau, tentunya kami akan senang sekali,” jelas pria lulusan Universitas Muhammadiyah Jakarta itu.
“Jadi bukan masalah berapa jumlah uang (royalti) yang kita terima tapi berapa banyak orang yang menggunakan. Itu yang paling penting bagi kami,” imbuhnya.
Basril yang akan menyongsong masa purnabaktinya 2 tahun mendatang tersebut berharap, rekan-rekan sesama penelitinya yang masih muda dapat melanjutkan penelitian-penelitian sejenis dengan bahan-bahan yang berkualitas, sehingga dapat menghasilkan produk lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
BRIN memberikan AKI Tahun 2023 kepada periset di lingkungan BRIN berdasarkan capaian nilai royalti tertinggi secara akumulatif satu tahun pada 2022. Kedua teknologi yang dihasilkan Basril mendapatkan nilai royalti masing-masing per produk senilai Rp 1 miliar dengan metode dua kali tahap pembayaran.
Tahap pertama senilai Rp 500 juta diberikan pada tahun 2022 dan tahap kedua akan diberikan ketika izin edar produk terbit. Mitra indusri PT. Focustindo Cemerlang akan memproduksi dan memasarkan produk-produk ini melalui jaringan distribusi yang dimiliki sampai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.