Peneliti BRIN Jelaskan Bagaimana Forensik Nuklir Ungkap Jejak Berbahaya di Balik Radiasi

TechnologyIndonesia.id – Saat ini pemanfaatan bahan nuklir dan radioaktif di bidang medis, industri, penelitian, dan pendidikan semakin luas. Hal ini dapat meningkatkan ancaman penyalahgunaan bahan nuklir.

Karena itu, peran forensik nuklir menjadi sangat penting dalam mengidentifikasi sumber, riwayat, serta jalur distribusi bahan nuklir atau radioaktif yang ditemukan di luar pengawasan resmi.

International Atomic Energy Agency (IAEA) mendefinisikan forensik nuklir atau ilmu forensik nuklir sebagai pemeriksaan terhadap bahan nuklir dan radioaktif lainnya atau bukti lain yang terkontaminasi radionuklida, dalam konteks proses hukum.

Forensik nuklir memiliki peran penting dalam menghadapi ancaman penyelundupan nuklir, proliferasi, dan terorisme nuklir. Forensik nuklir bertujuan menentukan asal-usul, sejarah produksi, tujuan penggunaan, dan kepemilikan terakhir dari bahan nuklir melalui analisis sifat-sifat bahan yang dikenal sebagai tanda pengenal (signatures) atau sidik jari (finger print).

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Teknologi Bahan Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTBNLR), Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erlina Noerpitasari menjelaskan bahwa ilmu forensik nuklir ini menggabungkan berbagai bidang ilmu seperti kimia radioanalitik, fisika nuklir, ilmu material, dan geokimia, serta terus berkembang seiring dengan kemajuan teknik analisis dan ilmu data, termasuk penerapan pembelajaran mesin (machine learning).

Menurutnya, pendekatan utama forensik nuklir adalah teknik radiologi untuk menilai tingkat bahaya radiologis dari suatu bahan. Teknik ini membantu menentukan jenis radiasi yang dipancarkan, intensitasnya, serta potensi dampak terhadap manusia dan lingkungan.

“Informasi ini sangat penting dalam pengambilan keputusan terkait penanganan bahan dan langkah-langkah pencegahannya,” jelas Erlina dikutip dari laman brin.go.id pada Sabtu (17/5/2025).

Selain teknik radiologi, juga dilakukan karakterisasi fisik dari bahan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), Transmission Electron Microscope (TEM), dan X-Ray Diffraction (XRD). SEM dan TEM memberikan gambaran mikrostruktur dan morfologi permukaan bahan hingga ke tingkat mikroskopik dan skala nano.

“Sementara itu XRD digunakan untuk mengidentifikasi struktur kristal dari bahan, yang dapat memberikan petunjuk mengenai proses pembentukan atau pengolahan bahan tersebut,” ujar Erlina.

Analisis kimia juga perlu dilakukan untuk menentukan komposisi unsur utama serta keberadaan pengotor (impurities) yang mungkin terdapat dalam bahan. Analisis Kimia yang dilakukan antara lain Inductively Coupled Plasma-Atomic Emission Spectroscopy (ICP-AES), X-Ray Fluorescence (XRF), dan Atomic Absorption Spectrometry (AAS).

Hal ini dilakukan untuk identifikasi kuantitatif dan kualitatif unsur-unsur dalam sampel, termasuk trace elements yang dapat memberikan jejak asal bahan tersebut.

“Tak kalah pentingnya, analisis komposisi isotopik dilakukan untuk mengetahui distribusi dan jenis isotop yang terdapat dalam bahan dengan menggunakan teknik seperti spektrometri gamma, spektrometri alfa, dan spektrometri massa,” tambahnya.

Melalui analisis komposisi isotopik, tidak hanya dapat ditentukan asal geografis atau proses pembuatan bahan nuklir, tetapi juga dapat digunakan untuk memperkirakan umur bahan dengan memanfaatkan prinsip radiokronometri, yaitu penanggalan berdasarkan peluruhan isotop tertentu.

Erlina juga mengatakan seluruh data dari berbagai metode kemudian diintegerasikan, sehingga para ahli forensik nuklir dapat menyusun nuclear forensic signature atau finger print, yaitu semacam sidik jari unik dari bahan nuklir.

“Sidik jari ini menjadi kunci dalam proses penelusuran sumber bahan, rekonstruksi jalur peredaran, serta pemberian bukti ilmiah dalam investigasi kasus penyalahgunaan bahan radioaktif,” imbuhnya.

Dirinya juga menyampaikan, penguasaan metode forensik nuklir secara menyeluruh, baik dari aspek teknik radiologi, karakterisasi fisik dan kimia, hingga analisis isotopik dapat memperkuat kemampuan deteksi, identifikasi, dan penelusuran bahan nuklir atau radioaktif yang berpotensi disalahgunakan di Indonesia.

“Penguasaan metode ini juga memungkinkan Indonesia untuk lebih mandiri dalam melakukan investigasi insiden terkait keamanan nuklir,” tambahnya.

Dalam jangka panjang, peningkatan kapabilitas forensik nuklir turut mendukung posisi Indonesia dalam kerja sama internasional di bidang keamanan nuklir, serta memperkuat komitmen terhadap non-proliferasi dan penggunaan energi nuklir secara damai. (Sumber: brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author