TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Direktorat Pengembangan Kompetensi bersama Japan Atomic Energy Agency (JAEA) melakukan pembahasan untuk mengevaluasi dan merancang program pengembangan kompetensi ketenaganukliran di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Kedatangan delegasi JAEA yang dipimpin oleh General Manager International Nuclear HRD Section Nuclear HRD Center, Ohkura Takehisa disambut oleh Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek BRIN, Edy Giri Rachman Putera.
Pada kesempatan tersebut, Edy mengatakan setelah berintegrasi menjadi BRIN, pihaknya mencoba melanjutkan hubungan kerja sama yang sudah terjalin dengan JAEA, terutama dalam peningkatan kompetensi sumber daya manusia di bidang ketenaganukliran.
“Ini menjadi salah satu program dari Deputi SDMI, untuk memberikan pelatihan bagai para SDM periset dan pendukung riset. Total ada 5 orang yang telah mengikuti beberapa pelatihan pada tahun 2023 di Jepang,” ungkap Edy.
Sejak memiliki peraturan dan tanggung jawab baru, Edy menyebutkan perlu untuk melanjutkan kolaborasi menyesuaikan program kerja dan skema baru yang ada di BRIN.
“Kita juga memiliki program ke depan untuk melakukan revitalisasi mengganti dan meng-upgrade reaktor kami. Saya kira ini kesempatan yang bagus bagi JAEA untuk membuka kolaborasi lebih jauh dengan BRIN. Saya kira ini rencana kami, paling penting memulai memperluas pemanfaatan nuklir,” sebutnya.Â
Direktur Bidang Pengembangan Kompetensi, Sasa Sofyan Munawar mengatakan bahwa pertemuan Steering Committee ini merupakan pertemuan tahunan, di mana BRIN-JAEA bersama-sama melaksanakan evaluasi kegiatan tahun lalu dan perencanaan kegiatan tahun depan sesuai dengan program JAEA dan lingkup kerja sama selama ini.
“Jadi pertemuan kali ini adalah pertemuan tahunan untuk mengevaluasi kegiatan, menyampaikan hasil kegiatan tahun lalu, kemudian melakukan perumusan untuk kegiatan tahun ini,” ungkapnya.
Dijelaskan Sasa, pada tahun lalu, BRIN mengikutsertakan lima orang, dimana tiga orang mengikuti Instructor Training Course (ITC), satu orang mengikuti Advanced Instructor Training Course (AITC), kemudian dua kali melaksanakan Follow-up Training Course (FTC) dengan topik Limit of Radioactive Discharge and Environmental Radioactivity dan Radiological Emergency Preparedness and Response, serta lima orang lagi mengikuti seminar ketenaganukliran.
Pada tahun ini, ada beberapa bidang pelatihan ketenaganukliran, termasuk reactor engineering, emergency prepareness, dan environmental radioactivity monitoring. Ke depan akan diusulkan bidang yang lain sesuai kebutuhan nasional, misal decommissioning reactor.
“Untuk kegiatan tahun depan sudah disampaikan usulan terkait topik pelatihan dan skema co-funding dalam rangka meningkatkan jumlah peserta pelatihan dari BRIN yang dapat mengikuti,” terangnya.
Saat ini, pihaknya juga tengah berproses pembaruan perjanjian kerja sama antara BRIN dan JAEA.
“Jadi dari pelatihan-pelatihan ini kita harapkan mereka yang mengikuti training dapat menyebarluaskan melalui follow up training course, sehingga bagi peserta yang ikut, baik itu periset maupun civitas direktorat,akan bermanfaat untuk masing-masing pengembangan kompetensinya,” ucapnya.
General Manager International Nuclear HRD Section Nuclear HRD Center JAEA, Ohkura Takehisa menyampaikan terima kasih, dan mengaku senang atas pertemuan tersebut.
“Tahun lalu, saya datang ke BRIN untuk mengikuti rapat. Jadi kami berdiskusi dengan baik untuk melanjutkan program ini. Jadi tentunya saya sangat senang sekali ada pertemuan tahun ini yang membahas tentang pengembangan sumber daya manusia,” ungkapnya.
Dikatakan Ohkura, kerja sama antara JAEA dan Indonesia sendiri sudah terjalin cukup lama. Salah satunya dengan melakukan kerja sama program pelatihan instruktur (Instructor Training Programme). Program tersebut sudah dimulai sejak tahun 1996. Indonesia menjadi anggota pertama dalam program ini.
“Jadi kami punya sejarah panjang tentang kolaborasi ini. Jadi sekali lagi, saya berharap kerja sama ini akan terus berlanjut selamanya,” katanya. (Sumber brin.go.id)