Jakarta, Technology-Indonesia.com – Industri Kecil Menengah (IKM) Batik Printing merupakan aktivitas ekonomi yang cukup diminati oleh banyak pelaku usaha. Proses produksi batik printing juga mampu menyerap tenaga kerja manusia dengan kelompok keahlian menengah kebawah.
Kegiatan ini menghasilkan produk kain bermotif dan pakaian jadi sehingga memenuhi kebutuhan sandang masyarakat. Industri ini banyak berlokasi di wilayah Solo raya seperti Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar, dan Sragen.
Namun usaha batik printing juga memberikan dampak negatif berupa beban pencemaran di lingkungan perairan. Sumber pencemaran yang berasal dari bahan kimia digunakan untuk proses pewarnaan kain, pengancingan dan pencucian peralatan.
Jenis polutan yang dominan ditimbulkan berupa zat pewarna yang terlisis dari kain selama proses perendaman kain terprinting. Polutan warna yang terlepas ke bahan air akan menyebabkan gangguan biota air dan Kesehatan manusia jika terpapar secara langsung maupun tidak langsung seperti melalui rantai makanan dan lain-lain.
Periset dari Pusat Riset Lingkungan & Produksi Bersih Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aris tengah mengimplementasikan teknologi electrochemical advanced oxidation process di salah satu IKM batik printing untuk menurunkan polutan warna yang terkandung dalam air limbah industri tersebut.
Penerapan ini dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan digunakan untuk aktivitas dengan tahapan observasi lokasi, lay out penempatan reaktor, instalasi reaktor, uji coba dan evaluasi kinerja. Kegiatan ini BRIN bekerjasama dengan IKM Batik Cici dan PT Autotek Sistem Andalan (ASA).
Lokasi penerapan dipilih di IKM Batik Cici yang berdomisili di Kelurahan Laban Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
“IKM batik printing hampir tidak ada yang memiliki unit pengolahan air limbah sehingga potensi pencemaran zat warna terhadap lingkungan relatif besar. Pilihan teknologi yang efektif dan efisien menjadi salah satu problem yang dihadapi mereka selain kemampuan penyediaan, ongkos operasi dan kesadaran yang masih kurang,” ujar Aris dikutip dari laman brin.go.id pada Senin (27/3/2023).
Aris menambahkan teknologi pengolahan air limbah ini dibangkitkan oleh energi listrik dengan jenis arus DC. Energi listrik yang diberikan digunakan oleh elektroda untuk merubah species larutan menjadi berbagai oksidator seperti Cl2, HCIO, CIO-, H2O2 dan OHo.
Oksidator yang terbentuk kemudian bereaksi dengan polutan menjadi senyawa sederhana sehingga toksisitas polutan menjadi berkurang bahkan bisa hilang jika berubah menjadi senyawa H2O dan CO2. Dengan menggunakan teknologi electrochemical advanced oxidation process ini semoga bermanfaat bagi institusi, lembaga, industri dan masyarakat. (sumber brin.go.id)