Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kombinasi sistem tanam zig zag dengan pupuk batuan fosfat alam menghasilkan panen jagung 20 ton/hektar, meningkat 3 kali lipat dari hasil rata-rata petani.
Budiono, petani di Desa Gunung Raja, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan mengungkapkan biasanya hasil panen jagung hanya 6-7 ton per hektar.
Hasil serupa dipetik para petani saat demplot jagung di Lampung. “Penampilan daun jagung lebar berwarna hijau tua dengan batang besar dan kokoh. Hasil jagungnya juga berlimpah,” kata Wayan Sukade, petani Jagung di Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan tanam zig zag membuat sinar matahari yang menyinari tajuk jagung tidak terhambat daun jagung yang saling menaungi bila ditanam lurus. “Efeknya laju fotosintesis optimal sehingga produksi hasil fotosintesis optimal,” Dedi dalam keterangan tertulisnya, pada Minggu (15/04/2018).
I Putu Wigena, peneliti Balai Penelitian Tanah di Bogor menambahkan pemberian batuan fosfat alam memasok unsur hara P (Phosphor) yang kurang tersedia di tanah masam di Indonesia. Batuan fosfat alam menjadi larut saat diberikan pada lahan masam.
“Terjadi pelepasan P dari batuan fosfat secara cepat sehingga tanaman langsung dapat menyerap,” kata Putu.
Lebih lanjut, Dedi menerangkan, di Indonesia lebih dari 2/3 tanah bereaksi masam dan memiliki kadar C-organik rendah (kurang 2%). Pada tanah tersebut ketersedian hara Nitrogen (N), Phosphor (P), Kalium (K), Calsium (Ca), dan Magnesium (Mg) rendah. “Batuan fosfat mengandung P, Ca, dan Mg tinggi serta dapat meningkatkan pH,” terangnya.
Pemberian rock phosphate langsung di tanah masam sangat efektif dan efisien dibandingkan pupuk SP-36 atau TSP (Triple Super Phosphate). “Tidak perlu diolah di pabrik sehingga harga lebih murah,”
Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) telah melakukan kerjasama penelitian jangka panjang dengan OCP SA Morocco sebuah BUMN Pupuk dari Kerajaan Maroko yang memiliki Rock Phosphate mencapai 75% deposit dunia. “Maroko berpotensi besar sebagai pemasok kebutuhan pupuk P di dunia,” kata Dedi.
Kepala Balai Penelitian Tanah, Husnain mengatakan batuan fosfat juga memiliki efek residu yang lama sehingga manfaatnya dapat bertahan hingga 4-5 musim tanam. Cukup sekali sebanyak 1 ton per hektar.
Demplot di Kebun Percobaan Balittanah di Taman Bogo, Lampung menunjukkan rata-rata produktivitas jagung 10-11 ton/ha untuk 4-5 kali musim tanam.
Sementara itu, I Made Subiksa, peneliti kesuburan tanah, Balai Penelitian Tanah Bogor menambahkan efek residu sangat menghemat biaya pembuatan dan aplikasi pupuk P. Sebenarnya, teknik di masa lalu berupa aplikasi pupuk P yang diasamkan di lahan kering masam menjadi mubazir.
“Banyak P hilang akibat dijerap Fe (Ferro/besi) dan Al (Aluminium) tanah sehingga ketersediaan P berkurang” pungkasnya.