Technology-Indonesia.com – Periset Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi (PREE) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendalami riset ekologi dengan penggunaan teknologi molekuler pada ekosistem marine dan terrestrial.
Peneliti Ahli Muda PREE BRIN Onny Nurrahman Marwayana memaparkan keberhasilan mendeteksi keberadaan jenis ikan purba, yaitu Indonesian coelacanth pada 2017-2019, melalui eDNA yang diambil sampelnya dari air laut di perairan Manado dan Raja Ampat, Papua.
“Environmental DNA (eDNA) adalah material genetik atau DNA yang ditemukan di suatu lingkungan, baik perairan, darat, maupun udara yang dapat dijadikan sampel serta dianalisis menggunakan metode molekuler. Metode ini mulai diterapkan pada awal 2000-an,” tuturnya, dalam acara Jamming Session ke-15, bertajuk “Teknik Molekuler dalam Studi Ekologi”, secara daring, Kamis (12/10/2023).
Menurutnya, eDNA metabarcoding dapat dimanfaatkan antara lain untuk biomonitoring, mendeteksi spesies, dan mendeteksi spesies langka. Tak terbatas pada itu, eDNA juga dapat menjelaskan interaksi spesies tumbuhan dengan polinatornya, jenis makanan yang dikonsumsi oleh hewan tertentu, mendeteksi invasif spesies, dan melacak biodiversitas yang hilang.
“Melalui tahapan pengambilan sampel air di zona mesopelagic laut, melakukan filtrasi, membuat DNA ekstract, amplify, dan sequence DNA untuk mencocokkan dengan referensi, hasilnya confirm bahwa itu jenis coelacanth yang kami cari,” ungkap Onny yang saat ini sedang menyelesaikan Ph.D di UCLA.
Melengkapi apa yang disampaikan Onny, Analis Hasil Penelitian PREE BRIN Helbert memaparkan hasil penelitiannya di ekosistem terrestrial, dalam “Study of Ectomycorrhizal Fungal Communities in Indonesia”.
Dia menemukan keberadaan dan keragaman jamur ektomikoriza di beberapa populasi tumbuhan di kawasan hutan Indonesia.
“Saya menggunakan alat sanger sequencing untuk mengidentifikasi keberadaan jamur ektomikoriza dari ujung akar dan badan buah pohon pelawan atau tristaniopsis tree. Hasilnya, dari 250 sampel tanah yang diambil dari hutan di Bangka dan Palangkaraya, ditemukan 127 jenis ektomikoriza,” terangnya.
“Dari jumlah tersebut, baru sepuluh jenis yang sudah terdata dalam database, sisanya masih belum teridentifikasi,” tambahnya.
Dia meyakini, masih banyak jenis jamur ektomikoriza yang belum teridentifikasi di kawasan hutan Indonesia.
“Hal ini merupakan ladang emas bagi para taksonom jamur untuk menguak keragaman ektomikoriza yang sudah terbukti sangat membantu pertumbuhan beragam spesies pepohonan hutan Indonesia,” pungkasnya.
Pada kesempatan ini, Kepala PREE BRIN Anang Setiawan Achmadi menjelaskan, pusat riset yang dipimpinnya membentuk Kelompok Riset (Kelris) Ekologi Molekuler. Kelris ini fokus pada penggunaan metode terbaru untuk menggali informasi terkait pemanfaatan teknik molekuler di bidang ekologi.
“Ke depannya bahkan mengarah pada pengembangan teknik molekuler pada airborne atau mengidentifikasi biodiversitas dari sampel udara,” ungkap Anang. (Sumber brin.go.id)