Tim peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan belasan kandidat spesies baru dan catatan baru dalam Ekspedisi Enggano 2015. Dalam ekspedisi ini, tim peneliti LIPI berhasil mengoleksi dan mendata informasi kekayaan dan potensi hayati yang terbilang masif di Pulau Enggano, Bengkulu.
Ekspedisi yang berlangsung pada 16 April – 5 Mei 2015 tak hanya mensurvei keanekaragaman flora dan fauna. Dalam Ekspedisi Enggano peneliti LIPI juga mendata beragam jenis tanaman maupun hewan yang selama ini belum terungkap.
Pulau Enggano terpilih sebagai destinasi ekspedisi karena merupakan pulau samudera (Oceanic Island), yang tidak pernah bergabung dengan pulau Sumatera sepanjang sejarah geologinya. Pulau seluas 402,6 km2 ini terletak di Samudera Hindia sekitar 100 km sebelah barat pulau Sumatera. Pulau Enggano memiliki garis pantai panjang 106,7 km dan titik tertingginya (Bukit Koho Buwabuwa) hanya sekitar 281 mdpl.
Pusat Penelitian Biologi LIPI, Amir Hamidy mengungkapkan adanya temuan menarik berupa beberapa species baru dan catatan baru, khususnya dari kelompok mamalia. “Dua new records adalah Cynopterus brachyotis dan Hipposideros cervinus (mamalia kecil). Kemungkinan penemuan berupa jenis baru, catatan baru ataupun perubahan status taksonomi: Pteropus sp., Rhinolophus sp. dan Hipposideros sp,” ungkap Amir melalui keterangan persnya, Kamis (5/11)
Menurut Ketua Tim Ekspedisi Enggano ini penemuan spesies baru lainnya adalah ikan kandidat jenis baru yaitu Stiphodon sp. Ada lima jenis ikan yang menarik dan terungkap yaitu Hypseleotris sp., Redigobius sp., Stenogobius sp., Schismatogobius sp, Ambassis sp. dan Mugilogobius sp. “Tidak tertutup kemungkinan bila jenis-jenis ini merupakan spesies endemik Pulau Enggano. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut dan waktu khusus untuk mengetahui status taksonominya,” jelas Amir.
Peneliti LIPI juga menemukan kandidat jenis baru dari kategori krustase, yaitu Macrobrachium bariense dan M. Placidulum. Kedua jenis udang ini biasanya hanya terdapat di sebelah timur garis Wallace, namun sekarang dijumpai di pulau Enggano. “Biasanya ukurannya relatif besar, tetapi yang dijumpai di Enggano berukuran kecil dan sudah dewasa (matang kelamin),” jelasnya.
Selain menemukan kandidat jenis baru, tim peneliti LIPI juga mendata berbagai kekayaan fauna maupun flora yang jarang terjamah. “Dari jenis fauna, kami mengungkap ada 35 jenis burung, 13 jenis mamalia kecil, 3 jenis mamalia besar, 13 jenis reptil, 2 jenis amfibi, 52 jenis ikan, 24 jenis moluska, dan 25 jenis krustasea. Untuk jenis serangga, ditemukan ngengat 100 jenis, kupu-kupu 4 famili, capung 15 jenis, dan lalat buah 3 jenis,” paparnya.
Dari jenis flora, Ekspedisi Enggano berhasil mengoleksi flora tumbuhan tinggi berupa Jamur, tumbuhan rendah, lumut dan satu jenis baru dari kelompok jahe-jahean. Tim juga mencatat adanya tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk alat musik, seperti markis atau kecrek dari batok kelapa, kulele dari kayu ba’ba atau nyun, pahum atau gendang dari pohon waru, dan bass dari kayu ba’ba. Tercatat pula tumbuhan untuk obat-obatan seperti Dukung Anak, Kumis Kucing, Temu Lawak, dan Alang-alang.
Ekspedisi Enggano merupakan eksplorasi yang diikuti para peneliti lintas satuan kerja seperti dari Pusat Penelitian Biologi, Pusat Penelitian Bioteknologi, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, dan Pusat Penelitian Biomaterial. Kegiatan Ekplorasi Bioresources ini dirancang berkesinambungan dari ekplorasi, identifikasi, analisis potensi, dan pemanfaatan.