BRIN dan Google Arts & Culture Luncurkan Platform Digital Gambar Cadas Prasejarah Indonesia

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Google Arts and Culture telah mendokumentasikan gambar cadas di lebih dari 100 situs gua di berbagai pulau dari Sumatera hingga Papua selama 2,5 tahun. Gambar itu mengungkap kisah lebih dari 50.000 tahun sebagai warisan budaya nenek moyang.

Hasil dokumentasi ini dipublikasikan dalam platform digital gambar cadas prasejarah Indonesia yang diluncurkan di Jakarta, pada Selasa (3/6/2025). Platform ini merupakan hasil kolaborasi BRIN dengan Google Arts & Culture, Griffith University, Kementerian Kebudayaan, mitra kunci, pemerintah daerah dan institusi akademis.

Proyek yang dikembangkan selama 2,5 tahun ini menandai perjalanan transformatif melalui kekayaan permadani budaya dan sejarah kepulauan Indonesia. Berfokus pada pengalaman tur imersif 360 derajat, di 24 situs gua signifikan yang dihiasi dengan gambar cadas prasejarah.

Pengunjung dapat menjelajahi jejak prasejarah secara virtual dengan mengunjungi situs goo.gle/indonesiarockart.

Platform ini menjadi titik awal untuk membuka babak baru tata kelola, konservasi, pelestarian, dan pemanfaatan warisan budaya dan peradaban masyarakat kita,” ungkap Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Selasa (3/6/2025).

Menurutnya, platform digital merupakan upaya untuk menghidupkan kembali narasi-narasi kuno, serta membuatnya relevan dan menarik bagi generasi masa kini dan mendatang.

Gambar cadas rentan terhadap berbagai faktor, baik alam maupun aktivitas manusia. Upaya konservasi fisik tentu menjadi prioritas. Namun, dokumentasi digital beresolusi tinggi dan pembuatan tur virtual seperti yang dilakukan dalam proyek ini adalah bentuk preservasi komplementer yang sangat penting.

“Di dalam platform ini diabadikan kondisi situs pada suatu waktu, menyediakan data berharga untuk penelitian lebih lanjut, dan memungkinkan pengalaman virtual yang mengurangi tekanan kunjungan fisik ke situs-situs yang rapuh,” terang Handoko.

Kanvas Purbakala

Government Relationship and Public Policy Google Indonesia, Arianne Santoso menjelaskan proyek ini telah mendokumentasikan secara cermat lebih dari 500 situs arkeologi di lebih dari 100 situs gua di berbagai pulau dari Sumatra hingga Papua.

“Melalui Kanvas Purbakala yang kini dapat diakses secara global di Google Arts & Culture, Indonesia mempresentasikan koleksi situs gambar cadas digital terbesar di dunia,” ungkap Arianne.

Secara signifikan, inisiatif ini telah menghasilkan penemuan terobosan yang membentuk kembali pemahaman kita tentang sejarah awal manusia. Temuan itu diantaranya seni gua bernarasi tertua di dunia di Leang Karampuang, Maros.

Selanjutnya adegan berburu yang dramatis yang paling awal diketahui dan ditemukan di Leang Bulu Sipong 4, Pangkep, Sulawesi, dan juga bukti praktik bedah prasejarah, berumur 31 ribu tahun lalu, diidentifikasi di Liang Tebo, Kalimantan Timur.

Pengungkapan luar biasa ini menantang perspektif yang ada dan memposisikan Indonesia sebagai tempat lahir sejarah kreativitas manusia. Hasil penelitian dari proyek ini telah dipublikasikan di jurnal internasional terkemuka seperti Nature dan Science Advances, mendapatkan pengakuan sebagai terobosan ilmiah teratas.

Arianne menjelaskan bahwa platform digital ini menampilkan lebih dari 30 cerita dan 500 imej situs-situs gambar cadas, memberikan wawasan mendalam tentang situs-situs prasejarah dan penemuan-penemuan ini.

Pengguna dapat menjelajahi banyak lokasi secara virtual, termasuk 16 situs di wilayah Maros-Pangkep, 2 di Bone, 5 di Muna, dan 1 di Sangkulirang, Kalimantan Timur.

“Dari gambar adegan berburu yang dramatis di Leang Bulu Sipong, Sulawesi hingga gambar cadas tebing yang terancam punah di Papua, situs-situs ini menyajikan potongan-potongan dan teka-teki penting untuk pemahaman kita tentang sejarah manusia,” beber Arianne.

Dengan menjadikan situs-situs dan gambar cadas luar biasa ini dapat diakses secara global, Kanvas Purbakala tidak hanya meningkatkan status Indonesia dalam narasi arkeologi global tetapi juga meningkatkan pemahaman kita tentang pola migrasi manusia dan perkembangan masyarakat awal.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author