Teleskop Canggih Sedang Dipasang di Observatorium Nasional Timau

Technology-Indonesia.com – Indonesia akan segera memiliki teleskop canggih dengan spesifikasi yang sama dengan Teleskop Seimei yang ada di Okayama milik Kyoto University. Teleskop tersebut saat ini dalam tahap pemasangan di Observatorium Nasional Timau, Kupang Timur yang sedang dalam tahap penyelesaian.

Mikio Kurita dari Kyoto University menjelaskan instrumen teleskop ini terdiri dari OPTICA dan NIRCA. Teleskop kembar Seimei dan Timau memiliki spesifikasi secara umum sama menggunakan cermin 3,8 m dan menggunakan 2 kamera medan pandang luas yaitu NIRCA dengan filter inframera dekat dan OPTICA dengan tiga filter inframerah.

Mikio menjelaskan, dirinya terlibat pada proyek Seimei sebagai project manager dan mengembangkan struktur teleskop ringan dan sistem cermin. Saat ini dirinya mengembangkan dua kamera medan pandang luas NIRCA dan OPTICA yang juga akan dipasang di teleskop Timau.

Menurut Kurita, target potensial pengamatan yang penting bagi teleskop Timau adalah objek di kutub Selatan galaksi, terkait eksoplanet (planet ekstrasurya) dan pembentukan bintang.

“Selain itu juga untuk pengamatan objek-objek transient yaitu objek-objek yang tiba-tiba cahayanya meningkat seperti nova dan supernova. Kelebihan teleskop Seimei dan Timau adalah bisa bergerak cepat sehingga sangat sesuai untuk pengamatan supernova, flare bintang, dan objek transien lainnya,” tuturnya pada Kolokium Mingguan Riset Antariksa (LINEAR), Rabu (23/08/2023).

Sedangkan, Daisaku Nogami dari Kyoto University menjelaskan tentang contoh sains penggunaan OPTIKA yang dapat dilakukan dengan teleskop Seime dan Timau. Contohnya pengamatan bintang ganda kataklismik dan flare (letupan cahaya) bintang, mirip seperti flare di matahari.

Keiichi Maeda dari Departemen Astronomi, Kyoto University menjelaskan teleskop di Indonesia dapat berperan penting dalam riset objek-objek transien, seperti supernova, karena faktor lokasi Timau.

“Kondisi langit Timau juga lebih baik daripada di Okayama, sehingga sangat ideal untuk pengamatan fenomena transien tersebut. Teleskop di Indonesia juga dapat mengamati langit belahan utara dan selatan, serta daerah ekuator,” ungkap Maeda.

Maeda menjelaskan, selain instrumen NIRCA dan OPTIKA, lebih baik jika ada spektrograf. Ini bisa membuka peluang kerjasama untuk pengembangan spektrograf juga.

Peneliti senior BRIN Thomas Djamaludin menyimpulkan, pengalaman riset yang dilakukan terhadap teleskop Seimei bisa menjadi rujukan lingkup riset yang bisa dikembangkan dan dikolaborasikan dengan teleskop Timau.

“Topik riset eksoplanet, pembentukan bintang, serta objek-objek transien seperti flare bintang dan supernova merupakan topik riset yang bisa dikolaborasikan dengan Kyoto University serta mitra nasional dan internasional lainnya,” ujar Thomas.

Kolokium ini diikuti para Peneliti di Pusat Riset Antariksa, pusat riset terkait di BRIN, Prodi Astronomi ITB, serta pegiat astronomi di berbagai perguruan tinggi seperti Itera, UAD, UIN Semarang, dan IAIN Ponorogo dan juga dari observatorium amatir. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author