Jagung Hibrida Balitbangtan Siap Bersaing

Selama ini, perusahaan multi nasional menguasai pasar bibit jagung di tanah air. Untuk itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian mendorong perusahaan lokal nasional dan koperasi menjadi lisensor agar petani bisa mendapatkan bibit dengan harga murah.

Para petani mengeluhkan tingginya harga bibit yang dijual oleh perusahaan multi nasional. Harga bibit jagung saat ini bisa mencapai Rp 60 ribu/kg. Sementara, harga bibit Jagung Bima 3 Bantimurung dari Balitbangtan dilepas ke pasar dengan harga Rp 45 ribu/kg.

Keberhasilan Balitbangtan Kementerian Pertanian dalam menciptakan bibit unggul Jagung Hibrida Bima 3 Bantimurung memberikan pencerahan bagi dunia pertanian di Indonesia.

Jagung Hibrida Bima 3 Bantimurung merupakan hasil persilangan tunggal antar galur Nei-9008 dan Mr-14. Galur Nei- 9008 adalah galur S-6 Introduksi Deptan Thailand. Sedangkan Mr-14 adalah galur SW3-3 yang dikembangkan dari populasi Suwan 3. Galur-galur ini dikembangkan di Balit Sereal.

Keunggulan Jagung hibrida Bima 3 Bantimurung adalah pendeknya masa tanam.  Dalam waktu 95 hari, varietas ini sudah siap panen. Selama ini masa panen jagung 120 hari. Selain itu, varietas ini tahan terhadap penyakit bulai.

Potensi hasil produksi jagung yang memiliki warna biji jingga ini per hektar minimal 10 ton. Bahkan bisa bisa mencapai 13 ton/ hektar.

Jagung hibrida Bima 3 Bantimurung dapat dikembangkan di lahan kurang subur (lahan marginal), tahan terhadap genangan air, dan tanpa olah tanah.  Batang pohonnya yang lebih besar membuat jagung tahan terpaan angin. Hijuaannya sangat banyak, hingga bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Keberhasilan Balitbangtan ini ditopang oleh kesuksesan PT Golden Indonesia Seed (PT GIS) sebagai lisensor dalam memasarkan Jagung hibrida Bima 3 Bantimurung ini. Pemasaran PT GIS berhasil menembus wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Aceh, Sumatera Barat, NTB, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Utara.

PT GIS sebagai Lisensor dan mitra kerja dari Balitbangtan telah melakukan nota kesepahaman kerjasama dalam memperbanyak benih sejak tahun 2012. Saat ini, PT GIS yang merupakan perusahaan lokal nasional baru memproduksi varietas Jagung Hibrida Bima 3 Bantimurung sebanyak 150 ton/tahun  dengan merek dagang JS (Jagung Super) 205 dan Bima Super. Kapasitas produksi PT GIS sendiri mencapai 3.000 ton/ tahun.

Setelah sukses selama 2 tahun dalam memasarkan Varietas Hibrida Bima 3 Bantimurung, PT GIS mengadakan public expose varietas Jagung Hibrida HJ 21 dan 22 Agritan yang akan segera diproduksi secara komersial. Public Expose diadakan di pabrik GIS di jalan raya Kediri – Kertosono Km 8, desa Kunti, Purwosari, Kediri pada 17 Juni 2014.

Dalam kesempatan tersebut, Komisaris PT GIS, Himawat Aryadita, mengatakan animo petani terhadap Varietas Hibrida Bima 3 Bantimurung yang dihasilkan Balitbangtan sangat antusias sekali. “Tidak mudah memberikan keyakinan kepada petani. Mengubah kebiasaan petani memerlukan waktu, kesabaran, pembuktian nyata,” ungkapnya.

Awalnya, untuk meyakinkan petani, PT GIS memberikan bibit secara gratis. Petani juga mendapatkan pendampingan dalam bercocok tanam, agar tidak terjadi kesalahan. Para petani merasa sangat puas dengan varietas ini. “Dengan harga bibit yang lebih murah, para petani mendapatkan banyak keuntungan. Hasil panen meningkat, hijauannya juga banyak untuk pakan ternak,” terang Himawat.

Lebih lanjut Himawat mengatakan, sudah ada pihak yang meminta menjadi distributor tunggal wilayah Sulawesi Selatan dengan merek dagang JS 205 Super, serta varietas Jagung Hibrida HJ 21 dan 22.

Untuk memproduksi varietas Bima 3 Bantimurung pada masa tanam 2015, PT GIS mengkalkulasi kebutuhan angaran sebesar Rp 6 Milyar. “Untuk kebutuhan lahan penanaman, strategi PT GIS ada yang kita bebaskan sendiri dan ada juga dengan sistem kerjasama lahan dengan petani,” tegas Himawat.

Kepala Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian, Balitbangtan, Kementerian Pertanian, Erizal Jamal  mengatakan, kebutuhan jagung dalam negeri mencapai 17 juta ton per tahun. “Selama ini kebutuhan tersebut dipenuhi oleh industri multi nasional dalam negeri. Untuk pemain lokal nasional hampir tidak ada,” ujarnya

Erizal berharap akan tumbuh dan berkembang industri lokal nasional dalam pengembangan bibit nasional. “Kami akan mendorong nilai manfaat pertanian akan dirasakan oleh bangsa sendiri. Balitbangtan telah menghasilkan 91 inovasi teknologi pertanian yang telah dilesensi oleh berbagai perusahaan dan koperasi selama 7 tahun ini. Semenjak 2013 telah lebih separuh hasil lisensi dengan menghasilkan royalti Rp 1,4 milyar,” terang Erizal.

 

“Ke depan, dengan akan disetujuinya pemanfaatan hasil royalti sebagai insentif bagi peneliti, melalui penerbitan Peraturan Menteri Keuangan, akan makin merangsang kegiatan penelitian yang mengarah pada produk yang mempunyai nilai kekayaan intelektual. Produk ini akan dikerjasamakan dalam bentuk lisensi dengan berbagai perusahaan dan koperasi”, pungkas Erizal Jamal. Albarsah

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author