Balitbang KP sebagai in house consultant Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melaksanakan empat program prioritas pada 2016. Program tersebut meliputi kajian stok ikan (Stock Assessment), pemasangan 10 Research Buoy, Pembangunan Indian Ocean Iamari (Intregrated Aquarium and Marine Research Institute), dan Pasific Ocean Iamari.
Kepala Balitbang Kelautan dan Perikanan, Zulficar Mochtar mengatakan program prioritas ini dilaksanakan sebagai tindak lanjut direktif Menteri Kelautan dan Perikanan sekaligus memperkuat reposisi Balitbang KP dalam mendorong iptek Kelautan dan Perikanan.
Dalam upaya mendorong iptek kelautan dan perikanan, Balitbang KP didukung 600 peneliti, 2 pusat riset bertaraf internasional di Palembang dan Perancak, 4 pusat unggulan iptek, serta 42 laboratorium riset yang tersebar di 15 satuan kerja. “Lima puluh persen laboratorium kita sudah terakreditasi dengan 190 parameter,” kata Zulficar pada Refleksi dan Outlook Balitbang KP di Jakarta, Kamis (5/1/2016).
Berdasarkan hasil Kajian Stok Ikan 2015, KKP telah mengeluarkan Kepmen KP Nomor 47/KEPMEN-KP/2016 tentang estimasi potensi, jumlah tangkapan yang diperbolehkan, dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) NRI dengan estimasi potensi 9,9 juta ton.
Pada 2016, Balitbang KP melakukan Stock Assesment dengan cakupan 11 Wilayah WPPNRI. “Melalui kompilasi dan analisis data selama kajian stok, diperkirakan angka indikasi estimasi stok ikan akan diperoleh pada Februari 2017,” terang Zulficar.
Balitbang KP telah menghasilkan 10 Research Buoy untuk menyediakan data lingkungan laut (konduktivitas, suhu, oksigen terlarut, dan klorofil) di Indonesia Bagian Timur yaitu perairan Nusa Tenggara dan Maluku. Program ini merupakan salah satu dukungan litbang terhadap program Maluku sebagai lumbung ikan nasional.
Sepanjang 2016, Balitbang KP menghasilkan 88 inovasi teknologi dan mengukuhkan tiga peneliti utama menjadi Profesor Riset KP. Saat ini, Profesor Riset yang masih aktif di Balitbang KP berjumlah 18 orang.
Balitbang KP telah mengajukan 2 usulan paten pada 2016, sehingga total hak patennya 72 buah. Selain itu, ada dua paten tersertifikasi yaitu alat ukur sidat dan test kit residu boraks. Secara keseluruhan telah ada 15 paten tersertifikasi. Balitbang KP juga mengeluarkan 52 bahan rekomendasi yang terdiri dari iptek perikanan, iptek kelautan, iptek penguatan daya saing produk, dan rekomendasi sosial ekonomi KP.
Mulai tahun 2016, Balitbang KP mengembangkan Indian Ocean Iamari dan Pasific Ocean Iamari. Menurut Zulficar, salah satu lokasinya di sekitar selatan pulau Jawa yang menghadap Indian Ocean. “Ini akan menjadi salah satu bagian penting dan strategis untuk fokus menjawab isu kelautan di Indian Ocean,” terang Zulficar.
Lokasi lainnya ada di Morotai untuk isu strategis terkait Pasific Ocean. “Dengan adanya dua pusat riset terpadu ini, kita berharap nanti akan memperkuat basis kelembagaan dalam pemantauan sumber daya alam yang ada di Indonesia,” paparnya.
Zulficar mengatakan, kedua pusat riset tersebut telah diselesaikan dokumen-dokumennya. Pembangunan Iamari direncanakan selesai 2017 dan diharapkan sudah beroperasi pada 2018.
Capaian lainnya adalah ditetapkannya Pusat Penelitian dan Pengembangan Daya Saing Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (P3DSPBKP) sebagai Pusat Unggulan Iptek (PUI) Bahan Aktif oleh Kemenristekdikti. Tiga UPT Litbang lainnya ditetapkan sebagai lembaga yang dibina menjadi PUI yaitu BPPI Sukamandi (pemuliaan ikan), BPPBAP Maros (udang), dan BBPPBL Gondol (perbenihan ikan laut).
Pada 2017, dengan alokasi dana 736,5 milyar Balitbang KP akan menjalankan berbagai program antara lain pembangunan 2 unit Iamari di Pangandaran dan Morotai; menghasilkan 10 inovasi teknologi produk perikanan, 3 inovasi kelautan, dan 2 inovasi sosek KP; 3 PUI dan 2 rintisan pusat riset internasional; serta program-program penting lainnya. Balitbang KP juga akan mengembangkan sistem informasi nelayan pintar agar nelayan bisa mendapatkan informasi terkait cuaca, penangkapan, pasar dan lain-lain.
Pada 2017, kegiatan Stock Assessment tidak hanya terfokus di wilayah laut tetapi juga di wilayah daratan. Kajian Stok Ikan akan dilakukan di 3 lokasi KPP PUD dan 5 WPPNRI. “Selama ini orang fokus ke laut saja, padahal perairan umum daratan juga punya potensi besar untuk dikembangkan,” pungkasnya.