BANYUWANGI – Salah satu kunci keberhasilan pembangunan perikanan terletak pada kinerja para penyuluh dalam menjabarkan dan memproyeksikan target produksi dan produktivitas perikanan sampai ke tingkat desa. Keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan juga ditentukan oleh Penyediaan teknologi oleh jajaran Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, desiminasi teknologi dan implementasinya di lapangan.
Untuk itu diperlukan peningkatan kapasitas dan kompetensi penyuluh, pengawalan dan pendampingan penyuluh di sentra produksi perikanan dan pemberdayaan tenaga penyuluh swadaya. Laporan bulanan produksi perikanan menjadi indikator kinerja kelembagaan penyuluhan dan kontrak kinerja penyuluh dalam melaksanakan pembangunan kelautan dan perikanan harus segera dilaksanakan.
Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP) Badan Litbang KP, Tukul Rameyo Adi berharap Bakorluh menggerakan seluruh penyuluh perikanan di lapangan untuk mendukung percepatan pencapaian peningkatan produksi perikanan tahun 2015-2019.
“Kami berharap penyuluh menjadi penyambung informasi kepada penyuluh yang lain dan pembudidaya ikan di daerahnya masing-masing,” kata Rameyo dalam sambutan yang disampaikan Kepala Bidang Pelayanan Teknis, Catur Pramono Adi saat membuka kegiatan penyegaran teknologi Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (14/12).
Kegiatan berupa Bimbingan Teknis Teknologi Adaptif Kelautan dan Perikanan yang ditujukan bagi penyuluh perikanan pada lingkup Propinsi Jawa Timur itu bertujuan mensosialisasikan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kelautan dan perikanan. Penyegaran teknologi diikuti oleh 33 penyuluh perikanan berlangsung pada 13 – 17 Desember 2015 di aula Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Banyuwangi (BP3) Banyuwangi.
Kepala BP3 Banyuwangi, I Wayan Suarya menyampaikan bahwa program pemerintah di bidang kelautan dan perikanan adalah program bersama yang saling mengisi. “Kolaborasi ini sudah terjalin beberapa kali dan memberikan manfaat yang luar biasa. Kami selalu mencari teknologi untuk diadaptasi atau diinkubasi di teknopark. Semua teknologi yang akan disampaikan masyarakat bisa atau tidak diaplikasikan ke skala usaha. Kalau tidak harus dikaji dan perlu ada penyesuaian,” lanjut Wayan.
BP3 Banyuwangi mempunyai wilayah kerja di enam provinsi yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT dengan 90 Kabupaten Kota yang 99% mempunyai wilayah laut dengan potensi perikanan yang luar biasa. BP3 Banyuwangi juga harus melatih masyarakat di wilayah pulau terluar, terpencil, dan perbatasan. Misalnya Atambua dan Kabupaten Malaka yang berbatasan langsung dengan Timor Timur. Pulau terluar seperti pulau Alor, Sumba, dan Rotendao
“Masyarakat di wilayah terluar sangat senang ketika didatangi. Kendala mereka adalah kurangnya informasi keterampilan di bidang teknologi perikanan. Banyak program yang belum didengar. Belum adanya jaringan internet menyebabkan informasi harus disampaikan secara tatap muka,” katanya.
Teknologi yang disampaikan dalam penyegaran teknologi diantaranya tes kit Antilin untuk uji residu formalin, budidaya ikan air tawar sistem akuaponik, kapal Katamaran multiguna tenaga matahari, teknologi rehabilitasi habitat dan pemulihan sumberdaya ikan melalui pengembangan terumbu buatan, serta refined Carrageenan (RC) kualitas Food Grad dari Euchema Cottoni.
Penyuluh juga mendapat materi tentang bagaimana membangun perencanaan usaha dan pemasaran yang baik serta teknik menyusun proposal untuk memperoleh kredit perbankan. Selain bimbingan teknis, dilaksanakan juga gelar teknologi yang dihasilkan oleh Balitbang KP.