Jakarta, Technology-Indonesia.com – Listrik energi baru terbarukan (EBT) semakin hari semakin bisa bersaing dengan listrik dari energi fosil. Harga jual listrik dari perusahaan pengembang listrik EBT makin baik dan kompetitif.
Hal ini disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignatius Jonan dalam acara penandatanganan penjualan listrik dari 11 perusahaan swasta pengembang listrik atau Independent Power Producer (IPP) dengan PT PLN (Persero) di Jakarta, Jumat (8/9/2017). Sebelas pengembang ini meliputi delapan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) dan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Delapan PLTM tersebut adalah PLTM Aek Sibundong, dengan pengembang PT Aek Sibundong Energi berkapasitas 8 MW di Wilayah Kerja (WK) Sumatera Utara, dengan harga jual listrik USD 7,89 cent per Kwh. Kedua, PLTM Aek Situmandi, pengembang PT Bukit Cahaya Powerindo, berkapasitas 7 MW di Sumatera Utara. Ketiga, PLTM Aek Sigeaon, pengembang PT Gading Energy Prima, kapasitas daya 3 MW di Sumatera Utara.
Selanjutnya, PLTM Sisira, dengan pengembang PT Energy Alam Sentosa, berdaya 9,8 MW di Sumatera Utara. PLTM Batang Toru 4, pengembang PT Indah Alam Lestari Energi, dengan daya 10 MW, di Sumatera Utara. PLTM Bayang Nyalo, pengembang PT Bayang Nyalo Hidro, berkapasitas 6 MW di Sumatera Barat. PLTM Batu Brak, pengembang PT Tiga Oregon Putra, kapasitas 7,7 MW di Lampung. Terakhir, PLTM Kunci Putih, pengembang PT Kunci Hidro Energi, kapasitas 0,9 MW di Jawa Tengah.
Sementara ketiga PLTA meliputi PLTA Air Putih dengan pengembang PT Bangun Tirta Lestari dengan WK di Bengkulu, berkapasitas 21 MW dan PLTA Pakkat, pengembang PT Energy Sakti Sentosa di Sumatera Utara, berkapasitas 18 MW. Serta PLTA Buttu Batu, pengembang PT Amera Terrasys Energi di Sulawesi Selatan dengan kapasitas terpasang 200 MW.
Menteri ESDM mengatakan harga jual listrik dari IPP semakin hari semakin baik dan kompetitif. Untuk 11 pembangkit EBT yang sudah ditandatangani kedua belah pihak, harga yang disepakati dengan dua kepembangkitan tersebut paling murah USD 6,52 cent hingga USD 8,60 cent/Kwh.
Ini menandakan listrik EBT semakin hari semakin bisa bersaing dengan listrik energi fosil. Apalagi perangkat-perangkat elektrikal EBT di pasaran harganya semakin kompetitif. Kita bisa lihat solar panel untuk energi surya, harganya semakin turun, maka harga listrik pun bisa turun dan kompetitif pula, terang Menteri ESDM.
‘”Peluang listrik EBT ini akan semakin besar di tanah air ini. Apalagi Indonesia sudah merancang mobil dengan bahan bakar listrik, maka peluang kebutuhan akan listrik akan semakin tinggi. Yang sangat penting listrik ini bisa terjangkau oleh masyarakat Indonesia karena merupakan kebutuhan sangat mendasar,” tegas Menteri Jonan.
Sementara itu Direktur Utama PLN Sofyan Basyir menyatakan tahun ini akan banyak para pengembang yang serius membangun pembangkit berbasiskan EBT. Sampai Desember nanti kontrak EBTKE diperkirakaan akan mencapai 1.000 MW.
“Mengenai harga jualnya sangat berbeda-beda tergantung dengan tingkat lapangan masing-masing kepembangkitan tersebut. Semakin sulit dan investasi yang besar harganya jual listriknya pun akan berbeda. Jadi Biaya Pokok Produksinya (BPP) sangat menentukan harga jual listriknya,” ujar Sofyan.