Restocking untuk Pulihkan Stok Lobster

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) akan melakukan pemulihan stok dan konservasi lobster (panulirus spp.) dengan penebaran ulang. Kegiatan ini merupakan sistem manajemen yang mengintegrasikan antara kegiatan perikanan budidaya dan perikanan tangkap.

“Perikanan budidaya dilakukan untuk penyediaan dan pemeliharaan benih (intermediate culture) sampai ukuran siap tebar serta penyesuaian dengan lingkungan perairan. Sedangkan perikanan tangkap meliputi penebaran benih tersebut ke laut hingga suatu saat ditangkap kembali,” ungkap Kepala Balitbang KP, Achmad Poernomo di Jakarta (3/2).

Hasil penelitian Balitbang KP melalui Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (P4KSI) di selatan Jawa (Gunungkidul hingga Pacitan) menunjukkan antara 50-90% penambahan baru (recruitment) bibit lobster berasal dari lobster yang memijah secara lokal dan hanya 25% dari luar wilayah.

Kegiatan penebaran ulang (restocking) lobster di perairan Indonesia sangat mungkin dilakukan mengingat benih alami lobster yang melimpah serta tersedianya lokasi yang tepat. “Karena belum tersedianya benih dari panti pembenihan, maka restocking dapat menggunakan benih dari alam,” lanjutnya.

Kegagalan restocking biasanya terjadi karena tidak mempertimbangkan kondisi benih yang masih rentan dan tidak siap ditebar di alam. Faktor lain, adanya pemangsaan oleh predator dan kegiatan penangkapan oleh nelayan setempat. Lingkungan yang tidak sesuai seperti tidak tersedianya habitat penempelan dan perlindungan serta terbatasnya ketersediaan makanan alami juga mempengaruhi kegagalan restocking.

Kegagalan restocking bisa diminimalkan dengan memperhatikan ukuran dan sifat benih. Benih lobster siap tebar harus sudah “kuat” menghadapi goncangan faktor lingkungan dan serangan predator. Benih berukuran panjang total 3-5 cm atau lebih dari 5 cm. Benih siap tebar ini sudah bersifat bentik, menempel pada substrat, biasanya bersembunyi pada celah-celah batu dan relatif lebih tahan terhadap fluktuasi faktor lingkungan perairan disekitarnya.

Pemanfaatan benih yang masih transparan (panjang total 1,5-3 cm) tidak disarankan, dikarenakan masih bersifat pelagis atau melayang-layang serta rentan terhadap serangan predator.

Pembesaran benih hingga siap tebar memerlukan waktu antara dua sampai empat minggu, dimana benih makin besar, berpigmen dan lebih survive. Tingkat keberhasilan hidup pada tahap ini kurang dari 50%, sebab seringnya pergantian kulit dan sifat kanibalisme.

Pemilihan lokasi yang cocok bagi lobster, dapat dilakukan pada perairan semi tertutup atau perairan teluk dan arusnya relatif tenang, pada kedalaman antara 10-20m, masih ada sinar matahari, substrat berpasir dan kondisi karang yang sehat.

Restocking lobster dapat dilakukan di perairan barat Sumatera (kepulauan sekitar Sibolga, Nias, Simeuleue), selatan Jawa (Binuangeun, Pangandaran, Gunungkidul, Pacitan), selatan Bali, NTB dan NTT (pulau Nusa Penida, selatan Lombok: Teluk Bumbang, Teluk Awang, Teluk Ekas). Perairan lainya yaitu Laut Cina Selatan (Pulau Natuna, Pulau Tempurung, Pulau Karimata), Laut Jawa (Kepulauan Karimunjawa), Selat Makassar (Kepulauan Spermonde), Laut Flores (Kepulauan Wakatobi, Kepulauan Takabonerate) dan Teluk Bone (pulau-pulau Sembilan).

Kegiatan restocking lobster sudah dilakukan di beberapa negara, seperti Norwegia tahun 1990-1994 dengan melepas benih 18 ribu sampai 29 ribu benih lobster jenis Homarus gammarus berumur 7-8 bulan. Tingkat kelolosan hidup cukup tinggi, antara 50-80% disertai tag recovery sekitar 8% dan peningkatan landing 50% dari total tangkapan. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan hasil tangkapan dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun.

 

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author