BBPTT Jateng Ujicoba Vaksin ETEC+VTEC pada 35 Sapi Indukan

Kendal, Technology-Indonesia.com – Kesuksesan budidaya maupun pembibitan ternak tergantung pada beberapa hal antara lain indukan, pakan, maupun perkandangan/manajemen. Tak kalah pentingnya adalah kesehatan hewan yang menjadi prasyarat untuk mendapatkan ternak-ternak yang bagus dari segi kualitas, kuantitas bibit, maupun produk hasil peternakan.

Untuk meningkatkan status kesehatan hewan ternak, Balai Budidaya dan Pembibitan Ternak Terpadu (BBPTT) Jawa Tengah mengandeng Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet) Bogor yang berada di bawah Badan litbang Pertanian untuk meningkatkan kualitas ternak. Salah satunya penggunaan vaksin ETEC+VTEC untuk mengatasi penyakit kolibasilosis pada anak sapi yang disebabkan bakteri Enterotoksigenik Escerichia coli (ETEC) dan Verotoksigenik Escerichia coli (VTEC).

Kepala BBPTT Jawa Tengah, Abdullah mengatakan vaksin ETEC+VTEC diharapkan bisa mengatasi problem diare neonatal akibat penyakit kolibasilosis pada anak sapi (pedet) yang baru dilahirkan. Kejadian diare neonatal pada anak sapi bisa berakhir dengan kematian.

“Pedet yang terkena diare hampir pasti akan mengalami kematian. Jumlah yang terkena cukup besar, dari lima kelahiran rata-rata satu pedet yang terkena kolibasilosis,” terang Abdullah di Kantor BBPTT, Kendal, Jawa Tengah pada Sabtu (31/3/2018).

Abdulah mengungkapkan, vaksin ETEC+VTEC telah diujicoba pada 35 ekor sapi pada usia 7-8 bulan kebuntingan. Vaksinasi dilakukan di Taman Ternak Sumberejo, Kendal sebanyak 20 ekor induk sapi, Taman Ternak Maroon, Temanggung sebanyak 9 ekor dan Taman Ternak Pagerkukuh, Wonosobo sebanyak 6 ekor. Pemberian vaksin diulang 1 bulan kemudian atau sekitar 1 minggu sebelum beranak.

“Hasilnya diperoleh kekebalan pada induk sapi. Kekebalan ini akan diturunkan melalui susu pertama yang keluar (kolostrum) sekitar 1 minggu. Kolostrum ini diminum oleh pedetnya sehingga tahan terhadap penyakit diare,” katanya.

Dari 35 ekor pedet yang dilahirkan oleh sapi induk yang telah divaksin, tidak ada yang terkena diare. “Ada pedet yang agak sedikit terkena diare tapi langsung bisa disembuhkan bukan berakhir dengan kematian,” lanjutnya.

Kepala BBPTT Jawa Tengah, Abdullah di kandang ternak Sumberejo, Kendal

BBPTT Jawa Tengah mengelola tiga taman ternak yaitu Taman Ternak Sumberejo Kendal dengan populasi sapi PO (Peranakan Ongole) sebanyak 256 ekor; Taman Ternak Maroon, Temanggung dengan populasi sapi sapi potong persilangan Simental dan Limousin sebanyak 83 ekor dan sapi perah 26 ekor; serta Taman ternak Pagerkukuh, Wonosobo dengan populasi sapi perah sejumlah 87 ekor. Total populasi di tiga lokasi tersebut 452 ekor termasuk ada sapi dan 252 sapi indukan.

Sebelum adanya vaksinasi, terang Abdullah, kejadian diare pada pedet diobati semaksimal mungkin tetapi hasilnya biasanya tidak memuaskan. Secara nasional, kejadian diare pada pedet biasanya tidak tertolong.

Hingga saat ini, Abdullah mengakui belum bisa menemukan sumber bakteri E. coli secara khusus. Pengecekan pada sumber air tidak ditemukan bakteri E. coli. Taman ternak jauh dari tempat pemukiman penduduk. Kandang ternak juga dibersihkan dua kali sehari.

Kepala Seksi Pemeliharaan Ternak BBPTT Jawa Tengah, Andiningtyas Mula Pertiwi mengatakan pemberian vaksin ETEC+VTEC baru tercapai 35 ekor karena beberapa faktor, diantaranya program ini tidak dimulai dari awal tahun. Pada awal tahun baru advokasi dan sosialisasi dari BB Litvet Bogor dan saat itu vaksinnya juga belum tersedia.

Sementara, sapi dengan usia kebuntingan 7-8 bulan biasanya ada di awal tahun. Saat vaksin tersedia sapi betina yang bunting 7-8 bulan tinggal 35 ekor. Jika vaksinasi dimulai pada awal tahun 2017, pemberian vaksin bisa mencapai 121 ekor secara keseluruhan.

“Tapi tahun ini karena mulai dari awal tahun, kita masih punya stok vaksin, begitu ada yang bunting sudah 7-8 bulan kita suntik pakai vaksin,” katanya.

Lebih lanjut Pertiwi menerangkan, setelah sapi diberi vaksinasi ETEC+VTEC, tidak ada kematian pedet karena diare. Kejadian diare masih ada namun dapat ditangani dengan baik. Di Taman Ternak Pagerkukuh misalnya, sebelum vaksinasi pada 2016 tercatat 7 kematian pedet akibat diare, kembung, dan pneumonia (radang paru-paru). Pada tahun 2017 setelah vaksinasi ada 1 kematian pedet, bukan karena diare tetapi akibat kesulitan saat proses kelahiran.

Menurut Pertiwi pemberian vaksin ETEC+VTEC tidak menyebabkan efek samping sebab sel bakteri sudah dibunuh dan diambil sebagian sehingga reaksi di badan sapi sudah tidak ada. Selanjutnya, semua indukan sapi di BBPTT Jateng yang bunting 7-8 bulan akan diberi vaksin ETEC+VTEC.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author