KTN ke-3 Hasilkan Rekomendasi Bidang Kebencanaan, Material dan Hankam

Jakarta – Penutupan Kongres Teknologi Nasional (KTN) ke-3 hari ini menghasilkan rekomendasi tiga bidang kajian dan penandatanganan kerjasama. .

“Rekomendasi hasil keputusan rapat masing-masing bidang dalam KTN akan disampaikan pada  Wakil Presiden, kementerian terkait, DPR dan BNPB untuk kebencanaan,” ujar Kepala BPPT Unggul Priyanto yang juga menjabat sebagai Ketua Umum KTN 2018 di Jakarta, Kamis (19/7/2018).

Eniya Listiani Dewi, Deputi TIEML BPPT mengatakan rekomendasi yang dikeluarkan KTN tidak hanya usulan sisi kebijakan, tetapi juga roadmap kebutuhan teknologi di masa depan. “Sehingga kita punya acuan kebutuhan teknologi jangka panjang hingga 2045,” ujarnya.

Dalam rekomendasi bidang material, Eniya menyampaikan beberapa poin, diantaranya teknologi kemasan akan difokuskan  pada pengembangan green packaging (kemasan ramah lingkungan) dan smart packaging. Sedangkan implan membutuhkan pengembangan material biokompatibel dan biodegradibel untuk membangun industri implan nasional.

Teknologi tekstil, lanjut Eniya, mengarah pada produksi kain konvensional,  kain non woven, dan kain yang memiliki fungsi teknis tertentu. Teknologi industri khususnya transportasi kereta api, kata dia, harus menguasai teknologi struktur kereta api badan mobil, dan interior kereta berbasis teknologi tahan karat, struktur almuniun dan komposit.

Sedangkan, teknologi alat pembangkit listrik geothermal akan difokuskan pada program berkesinambungan untuk turbin uap panas bumi dan generator listrik kapasitas 3 – 25 MW.

Sementara rapat bidang teknologi kebencanaan membagi dua rumusan rekomendasi, yaitu makro (kebijakan) dan mikro (teknologi). Hammam Riza, Deputi Bidang TPSA BPPT mewakili tim bidang kebencanaan mengatakan diperlukan penguatan teknologi untuk pemutakhiran data potensi ancaman multi-bencana (Geologi dan Hidrometeorologi) oleh BMKG, BNPB, BPPT, LAPAN, dan lain-lain.

Inovasi teknologi sistem peringatan dini (EWS) dan mitigasi multi bencana, lanjut Hammam, juga harus dikembangkan secara akurat serta mudah dipahami oleh masyarakat.

Demikian pula, pembangunan sistem monitoring potensi bencana secara nasional, kata Hammam, harus dibangun dengan resolusi tinggi melalui peningkatan kerapatan sensor, satelit dan kualitas jaringan, sehingga potensi bencana dapat terpetakan dan terukur dengan akurat

Indonesia, lanjut dia,  juga harus mengembangkan teknologi dan metode teknik prediksi bencana geologi, terutama yang sulit diprediksi(fast-onset). Peningkatan pemanfaatan Big Data, Internet of Things dan Artificial Intelligence sebagai penerapan revolusi industri 4.0 untuk pengambilan keputusan penanggulangan bencana.

Pengkajian inovasi teknologi kebencanaan 5.0 (+human factor), lanjut Hammam, untuk pengembangan sistem prediksi berbasis dampak (impact-based forecasting) untuk kehidupan, lingkungan, infrastruktur, properti dan ekonomi.

“Harus dibuka paradigma baru bahwa bencana bukan hanya masalah kemanusiaan, tetapi peluang untuk membangun kemandirian teknologi dan industri  teknologi keselamatan dan pengurangan risiko bencana secara nasional,” tegas Hammam.

Bidang Teknologi Hankan merekomendasikan dibentuknya konsorsium litbangyasa yang difasilitasi KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan). Wahyu Widodo Pandu, Deputi TIRBR BPPT mengatakan konsorsium  sekaligus menyusun roadmap litbangyasa dengan mengacu pada teknologi kunci hankam yaitu sistem kendali, sistem manajemen tempur, sistem komunikasi pertahanan, sistem pendorong dan penggerak, serta teknologi membangun kemampuan rancang bangun dan rekayasa. Jenis produk yang menjadi target rancang bangun yaitu propelan, roket, rudal, radar, medium tank, pesawat tempur, dan kapal selam.

Dalam KTN tahun ini, BPPT juga melakukan beberapa penandatanganan kerjasama yakni, nota kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Perindustrian tentang peningkatan daya saing dan produktivitas industri kimia, tekstil dan aneka melalui pengembangan dan pemanfaatan teknologi di bidang industri untuk mendukung inisiatif ”Making Indonesia 4.0”

Selain itu, perjanjian kerjasama antara BPPT dengan Pusat Sains dan Teknologi Akselerator BATAN tentang penelitian dan pemanfaatan logam Tanah Jarang. Perjanjian kerjasama antara BPPT dengan Pusat Sains Dan Teknologi Akselerator (PSTA) – BATAN tentang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan teknologi akselerator untuk aplikasi material medis.

BPPT juga menandatangani kerjasama dengan Pusat Teknologi Penerbangan, LAPAN tentang disain material dan pengujian komposit polimer untuk Skin Unmanned Aerial Vehicle (UAV). Kerjasama dengan PT Hymsa Indotraco tentang inovasi teknologi pewarnaan rotan bahan baku mebel dan kerajinan rotan warna.

Perjanjian kerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Payakumbuh tentang pendampingan dalam pemanfaatan sistem informasi dan komunikasi di Payakumbuh Sumatera Barat. Serta kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Kota Pekalongan tentang penerapan pintu air komposit modular untuk mengurangi dampak banjir rob di pesisir pantai utara Pekalongan, Jawa Tengah

You May Also Like

More From Author