BRIN Evaluasi Sistem Deteksi Tsunami Berbasis Buoy

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan evaluasi terhadap hasil riset pendeteksi tsunami. Salah satu alat pendeteksi tsunami berbasis buoy (pelampung). Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan sistem deteksi tsunami yang andal, efisien, dan murah.

Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika BRIN, Budi Prawara menyampaikan dalam melaksanakan evaluasi, BRIN mendapatkan berbagai masukan dari stakeholder seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Misalnya, bagaimana untuk bisa meningkatkan kecepatan pengiriman data agar tidak intermittent.

“Kemudian bagaimana kita mengolah data ini menjadi satu tampilan yang mudah dimengerti oleh operator. Itu yang dikembangkan para periset yang ada di BRIN. Harapan kedepan kalau riset ini sudah proven, kita lisensikan ke mitra industri supaya mereka bisa memproduksi,” terang Budi di Jakarta pada Rabu (22/2/2023).

Budi menyampaikan, Sejak tahun 2019 ada 7 buoy yang sudah terpasang. Karena umurnya baterainya sudah habis, buoy tersebut akan ditarik semua. “Ada juga beberapa buoy yang putus penambatnya, mungkin tersangkut kapal atau terkena hantaman gelombang. Ini sebagai suatu evaluasi bagi kita,” ungkapnya.

“Setelah sekian lama terpasang di laut, kita ingin tahu performance dari alat yang kita pasang. Saat ini masih dalam proses penarikan karena harus bekerjasama dengan kedeputian lain yang memiliki fasilitas kapal,” imbuhnya.

Pada kesempatan tersebut Budi menyampaikan bahwa BRIN tidak menghentikan riset teknologi kebencanaan. “Justru bagaimana kita bisa berinovasi melakukan riset mungkin teknologi yang lebih murah operasionalnya, lebih murah pembuatannya dan lainnya sebagaimana harapan stakeholder kita,” terang Budi.

Cara Mendeteksi Tsunami

Teknologi deteksi dini gempa dan tsunami berbasis buoy menggunakan semacam pelampung yang tertanam dengan semacam jangkar di dasar laut agar posisinya terjaga. Seperangkat sensor untuk mendeteksi perubahan tekanan air laut di bawah atau Ocean Bottom Unit (OBU) juga terpasang di dasar laut.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi, BRIN, Adrin Tohari menjelaskan, ketika ada gempa di dasar laut terjadi perubahan volume air laut. Perubahan volume air laut terjadi karena ada lempeng yang bergerak. Infomasi perubahan tekanan dan volume air laut akan direkam oleh sensor yang terpasang di dasar laut.

“Data itu akan dikirim menggunakan satelit ke operator dalam hal ini BMKG yang nanti akan memberikan peringatan, memutuskan peringatan itu akan diberikan atau tidak,” terang Adrin.

“Jadi proses itu sebenarnya sangat sederhana, kalau misalnya sensor yang dipasang itu tidak mendeteksi ada perubahan tekanan volume air laut, walaupun data itu terkirim ke operator, berarti operator tidak perlu mengeluarkan peringatan,” imbuhnya.

Adrin menjelaskan bahwa tsunami terjadi karena ada lempeng di dasar laut yang bergerak atau terangkat sehingga terjadi perubahan volume air laut. Pergerakan volume air laut itu akan mengakibatkan gelombang yang menjalar ke pantai.

“Ketika terjadi perubahan dasar laut yang tadinya dalam kemudian menjadi dangkal, maka tinggi dari gelombang itu akan bertambah. Itu yang kita sebut dengan tsunami,” jelasnya.

Di tengah laut, lanjutnya, gelombang tsunami itu seperti gelombang biasa. Tetapi ketika gelombang itu mendekati pantai, gelombangnya semakin tinggi. Gelombang yang semakin tinggi itu yang menyebabkan terjadinya kerusakan, maupun korban jiwa di daerah pantai.

“Kalau gelombang air laut yang biasa karena tertiup angin, gelombang itu akan hilang ketika mencapai pantai. Kalau gelombang tsunami itu makin bertambah tingginya. Panjang gelombangnya semakin pendek, tapi tingginya itu akan semakin bertambah,” paparnya.

Adrin menyampaikan bahwa BRIN akan terus berinovasi untuk mendukung kemandirian teknologi kebencanaan. “Terkait buoy, kita perlu mengevaluasi supaya lebih efektif dan low cost sehingga teknologi yang kita hasilkan bisa langsung dimanfaatkan,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author