Suasana Konferensi Pers Rakortek IGT Tahap I di Jakarta, Kamis (23/2/2017)
JAKARTA – Badan Informasi Geospasial (BIG) bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) dalam penyediaan informasi geospasial terkait pemetaan rawan banjir dan prakiraan potensi daerah banjir. Penandatangan kerjasama dilaksanakan dalam Rapat Koordinasi Teknis Informasi Geospasial Tematik (Rakortek IGT) Tahap I di Jakarta, Kamis (23/2/2017).
Deputi Informasi Geospasial Tematik BIG, Nurwadjedi, mengatakan kerjasama pembuatan peta banjir ini merupakan kelanjutan dari kerjasama yang telah dirintis sejak 2005 dan telah diperpanjang beberapa kali. Sampai saat ini kurang lebih hampir 200 kabupaten/kota yang telah dipetakan. Namun, masih banyak kabupaten/kota yang belum dipetakan.
“Terkait kerjasama yang baru saja diperbarui ini, kita akan melanjutkan untuk menambah lokasi-lokasi atau cakupan area yang belum kita petakan,” kata Nurwadjedi dalam konferensi pers Rakortek IGT Tahap I tahun 2017. Kerjasama tahun ini akan berlaku hingga 2021.
Pembuatan peta daerah rawan banjir, lanjutnya, akan memanfaatkan adanya data-data terbaru yang resolusinya lebih tinggi. “Konsekuensinya, peta-peta banjir yang sudah ada akan kita update,” terang Nurwadjedi.
Hakikat kerjasama ini menurut Nurwadjedi adalah arisan data. Sesuai tupoksinya, BIG berkontribusi di peta dasar dan peta dasar tematik yaitu peta sistem lahan dan peta penutup lahan. BMKG berkontribusi di peta curah hujan.
Sementara Kementerian PUPR berkontribusi di data histori banjir sekaligus sebagai pengguna. “Kementerian PUPR sangat berkepentingan terkait untuk updating atau memantau kondisi drainase infrastruktur yang ada,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Utama BMKG, Widada Sulistya mengatakan BMKG mendukung peta dasar yang dibuat oleh BIG. “BMKG selalu mengupdate karena tugasnya terus menerus mengamati hujan. Setiap bulan, BMKG selalu mengupdate peta yang baru dan didistribusikan terus-menerus ke publik termasuk prediksinya,” lanjutnya.
Pemetaan wilayah rawan banjir yang dilakukan oleh BIG, Kementerian PUPR dan BMKG menggunakan pendekatan lansekap analisis yaitu pendekatan bentang alam atau bentuk permukaan bumi yang menggambarkan proses sejarah pembentukan sistem alaminya.
Pendekatan lansekap analisis menggunakan Peta Sistem Lahan dan Digital Elevation Model (DEM) sebagai tapisan awal untuk membedakan wilayah banjir dan wilayah tidak rawan banjir. Peta ini kemudian diklasifikasikan menggunakan batasan deliniasi bentuk lahan sehingga dihasilkan tiga tipe yaitu banjir bandang, banjir sungai, dan banjir pesisir.