Tangerang Selatan, Technology-Indonesia.com – Indonesia Science Expo (ISE) 2018 telah sukses menghadirkan ratusan invensi iptek dan sains remaja Indonesia dan peneliti, serta menggelar 12 konferensi internasional yang mempertemukan berbagai peneliti kelas dunia. Penutupan ISE 2018 ditandai dengan penyerahan sejumlah penghargaan kepada remaja berprestasi pemenang berbagai kompetisi ilmiah.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan ISE merupakan bagian dari upaya memasyarakatkan iptek dan mewadahi hasil karya anak bangsa. Ajang ini memberikan kesempatan kepada publik untuk menikmati keindahan sains dan merasakan bagaimana sains bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan ISE 2018 diharapkan mampu berkontribusi pada perkembangan iptek dan inovasi di Indonesia.
“Saya berharap ke depan ISE akan semakin bergaung dan benar-benar menjadi milik masyarakat dan dinantikan masyarakat setiap tahunnya, serta sebagai jendela ilmu pengetahuan di Indonesia dan bahkan internasional,” ungkap Handoko saat Penutupan ISE 2018 di Indonesia Convention Exhibition, BSD City, Serpong, Tangerang Selatan pada Kamis (4/11/2018).
Pada penyelenggaraan ISE 2018 diberikan penghargaan kepada pelajar pemenang Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR), National Young Inventor Awards (NYIA), International Youth Science and Innovation Fair (IYSIF) dan Indonesian Young Green Award (IYGA). Kompetisi Ilmiah bagi remaja merupakan salah satu upaya pembinaan ilmiah yang dilakukan oleh LIPI. Pada 2018, sebanyak 92 finalis LKIR dan 79 finalis NYIA telah bersaing melalui temuan iptek dan sains. Sedangkan IYGA tercatat 50 karya abstrak.
Handoko menjelaskan, generasi muda Indonesia sebagai penerus bangsa perlu sebuah wadah untuk menampung dan menguji ide – ide ilmiah mereka secara mendalam. Sebagai bagian dari revolusi mental, LIPI diharapkan dapat mengambil peran khususnya dalam membudayakan pemikiran ilmiah dalam diri remaja Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Handoko berpesan agar para peserta menjadikan kompetisi ilmiah sebagai ajang pertukaran, ajang berinteraksi, ajang berkompetisi dan saling mengenal satu sama lain sehingga bisa memiliki jaringan yang lebih luas. “Ke depannya jaringan itu akan sangat bermanfaat untuk masa depan adik-adik semua,” tuturnya.
Ketua Pelaksana ISE 2018, Yan Riyanto yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik (IPT) LIPI mengungkapkan, kedatangan Presiden Joko Widodo saat pembukaan ISE menambah semangat para pecinta sains bahwa inovasi berbasis sains merupakan jawaban untuk masa depan agar bangsa tetap dapat berbaris maju bersama negara lain di dunia.
Yan juga menyampaikan kesan positif dan kekaguman beberapa profesor dari beberapa negara yang menjadi pembicara kunci di seminar internasional atas hasil karya peserta lomba karya ilmiah yang ditampilkan selama pelaksanaan ISE 2018. “Menurut mereka karya adik-adik ini menunjukkan hasil kerja yang sangat komplek dan setara dengan pekerjaan mahasiswa S1,” kata Yan.
Selain itu, penyelenggaraan ISE 2018 berhasil menarik perhatian dari berbagai kalangan masyarakat yang melebihi target awal yaitu 10 ribu pengunjung. Selama 4 hari perhelatan ISE 2018, jumlah pengunjung tercatat mencapai 45 ribu orang.
Sementara Plt. Sekretaris Utama LIPI, Nur Tri Aries Suestiningtyas menjelaskan LKIR merupakan kompetisi ilmiah remaja tertua di Indonesia, yang diselenggarakan sejak 1969. Hal yang membedakan LKIR dengan penyelenggaraan kompetisi sejenis lainnya adalah adanya sesi pembimbingan (mentoring).
“Selama masa pembimbingan tersebut, para peserta yang proposalnya terpilih akan mendapatkan bimbingan langsung dari peneliti – peneliti LIPI dengan kepakaran yang sesuai serta mendapat kesempatan untuk menggunakan fasilitas penelitian yang dimiliki LIPI,” ujarnya.
Nur menambahkan, NYIA yang digelar sejak 2008 merupakan ajang yang menampilkan kreativitas dan inovasi remaja dalam teknologi yang membantu kehidupan sehari-hari. Terdapat 6 kategori NYIA pada tahun ini, yaitu Manajemen Bencana, Edukasi dan Rekreasi, Pangan dan Agrikultur, Teknologi Ramah Lingkungan, Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan serta Kategori Teknologi untuk Penyandang Disabilitas dan Kebutuhan Khusus.
Sementara itu, IYGA merupakan ajang bagi mahasiswa untuk menunjukkan karya dan kreativitasnya di bidang green technology (teknologi bersih). “Bentuk kegiatan ini adalah perlombaan karya mahasiswa dengan tema pengolahan dan pengelolaan limbah/sampah, pengembangan produk ramah lingkungan, aktivitas pelestarian lingkungan dan alam atau kegiatan sosial berwawasan lingkungan lainnya,” tutup Nur.