Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta resmi melantik Dr. Unggul Priyanto menjadi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Jakarta, Jumat (6/6). Unggul menggantikan Dr. Marzan Azis Iskandar yang telah selesai masa baktinya.
Menristek dalam sambutannya berharap agar BPPT meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di bidang teknologi. Untuk itu, BPPT harus memfokuskan diri pada tiga hal mendasar dari kebutuhan manusia, yaitu pangan, energi dan air.
“Saya berharap di masa kepemimpinannya, BPPT dapat terus berkontribusi dalam pembangunan nasional dan terus melakukan penajaman pada program-program yang telah dilaksanakan sebelumnya,” ujar Menristek.
Sebelumnya Unggul menjabat sebagai Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Informasi, Energi dan Material selama empat tahun. Di bawah kepemimpinannya, Kedeputian TIEM menghasilkan produk kerekayasaan yang diakui oleh kalangan industri, masyarakat dan pemerintah.
Alumni Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) menapaki karir di BPPT sejak 1986. Bidang energi menjadi bagian tugasnya, mulai dari pemanfaatan batubara blanko hingga pengembangan energi terbarukan.
Ia kemudian melanjutkan pendidikan master di bidang yang sama di University of Leeds Inggris. Unggul kemudian mengambil gelar doktor bidang teknologi material di Kyushu University, Fukuoka, Jepang.
Usai pelantikan, Unggul mengatakan bahwa dirinya akan berupaya meningkatkan peran BPPT melalui layanan-layanan teknologi yang selama ini diberikan kepada masyarakat. Baik itu dalam bentuk konsultasi, rekomendasi, advokasi.
Unggul juga menyoroti masalah energi, khususnya kelistrikan dan subtitusi bahan bakar minyak serta membawa BPPT menjadi lebih berdaya dalam ketersediaan listrik.
Dari sisi teknologi, BPPT akan meningkatkan rasio elektrasi listrik, karena banyak daerah di luar pulau Jawa memiliki potensi panas bumi, mikro hidro, dan tenaga surya, yang belum termanfaatkan dengan baik.
“Karena itu BPPT akan melakukan kajian-kajian untuk menghasilkan prototipe maupun plan pilot project untuk menghasilkan pembangkit listrik skala kecil untuk tenaga panas bumi sebesar 5 Megawatt, kemudian tenaga surya dengan skala 500 Kilowatt,” paparnya.
Untuk substitusi BBM, Unggul melihat potensi Indonesia dalam pemanfaatan biofuel terutama yang berbasis kelapa sawit. Sementara untuk subtitusi bensin, bisa dilakukan dengan menggunakan gas. “BPPT berperan dalam menyediakan teknologi untuk mendukung pemanfaatan energi terbarukan tersebut,” pungkasnya. Sumber Humas BPPT