Jakarta, Technology-Indonesia.com – Isu keanekaragaman hayati (kehati) untuk pembangunan berkelanjuntan di bidang kesehatan telah banyak mengaplikasikan bioteknologi. Eksplorasi dan pemanfaatannya akan meningkatkan bioprospeksi senyawa potensial untuk mendukung kesehatan yang baik, ketahanan pangan, dan kebugaran.
Hal tersebut mengemuka dalam konferensi internasional ‘Persimpangan Keanekaragaman hayati, Bioteknologi, dan Kesehatan untuk Meningkatkan Pembangunan Berkelanjutan’ yang digelar bersamaan dengan Konferensi ke-8 Bioteknologi Indonesia di Bali pada 16-18 Mei 2023.
Konferensi ini diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkolaborasi dengan Konsorsium Bioteknologi Indonesia (KBI) dan Rutgers – The State University of New Jersey Amerika Serikat, serta perguruan tinggi di Indonesia.
Ketua Konsorsium Bioteknologi Indonesia, Mastur mengharapkan keanekaragaman hayati bisa dimanfaatkan dengan bioteknologi. Pelaku bioteknologi di Indonesia, baik masyarakat ataupun pemerintah, dapat mengelola keanekaragaman hayati dengan bioteknologi untuk berbagai pemanfaatan, khususnya bidang kesehatan. Selain itu, juga untuk pertanian, lingkungan, dan industri.
Pertemuan ilmiah tersebut membahas lima hal yakni, Keanekaragaman hayati untuk kesehatan dan pangan; Keanekaragaman hayati untuk lingkungan dan pariwisata; Keanekaragaman hayati dan pengetahuan tradisional serta aspek sosio-kultural; Bioteknologi dan pemanfaatan Keanekaragaman hayati, dan bioteknologi maju dan kesehatan manusia.
Kepala Pusat Riset Rekayasa Genetika (PRRG) Ratih Asmana Ningrum mengungkapkan BRIN sebagai lembaga penelitian di Indonesia yang mewadahi periset seluruh Indonesia, dapat mendorong kerja sama yang lebih erat antara periset dan industri terkait kegiatan bioprospeksi.
“Sumber daya manusia yang tersebar di beberapa pusat riset apabila bersatu melaksanakan program bioprospeksi menggunakan infrastruktur yang ada di BRIN dengan didukung pendanaan yang memadai dan jangka panjang, serta kolaborasi yang kuat akan menghasilkan produk berbasis keanekaragaman hayati hingga komersialisasi,” ungkap Ratih.
“Saat ini BRIN telah berupaya melengkapi berbagai fasilitas infrastruktur baru yang mengadopsi sistem open platform sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua pengguna serta membuka seleksi pembiayaan riset sepanjang tahun dengan menggunakan berbagai skema pendanaan,” tambahnya.
Ratih juga menambahkan, adanya program manajemen talenta juga sangat membantu mobilitas periset baik dari dalam maupun luar negeri untuk bisa berkolaborasi lebih baik dalam berbagai kegiatan riset.
Lebih lanjut Ratih menjelaskan, bioprospeksi adalah penelusuran sistematik, klasifikasi, dan investigasi untuk tujuan komersial. Ia menyebutkan, bioprospeksi di antaranya menghasilkan senyawa kimia baru, gen, protein, dan produk lainnya. Produk-produk tersebut bernilai ekonomi kesehatan dan potensial dalam keanekeragaman hayati.
“Percepatan bioprospeksi perlu didukung pendekatan terintegrasi menjadi produk dengan nilai tambah menggunakan teknik modern. Biosprospeksi sering kali berbasis pengetahuan kesehatan dari suku-suku bangsa untuk ditelusuri lebih lanjut secara ilmiah, seperti bidang etnobotani dan saintifikasi,” papar Ratih.
Workshop internasional ini dihadiri lebih dari 200 orang peserta dalam negeri dan luar negeri dari 6 negara secara langsung maupun online di Prime Plaza Hotel Sanur pada 16 – 17 Mei 2023 dan di Kebun Raya Eka Karya Bedugul Bali pada 18 Mei 2023, dengan pembicara undangan yang terkenal dalam bidangnya, yang berasal dari Amerika Serikat, Tajikistan, Jepang, Filipina dan Indonesia.
Kegiatan internasional ini juga memberikan pelatihan menganalisis senyawa akumulatif pada tanaman terkait kesehatan. Hal ini merupakan upaya untuk pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, juga untuk meningkatkan bioprospeksi senyawa potensial dari kehati untuk mendukung tidak hanya kesehatan yang baik, tetapi juga ketahanan pangan dan kebugaran serta nilai tambah lain untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
Menurut Enny Sudarmonowati selaku periset ahli utama dari PRRG sekaligus sebagai peneliti kepala untuk kerja sama riset dengan Universitas Rutgers, bioprospeksi sangat berpotensi meningkatkan perekonomian Indonesia karena mempunyai keanekaragaman hayati nomor satu di dunia bila digabungkan terrestrial dan lautan serta keberagaman suku bangsa yang berjumlah lebih dari 300 dengan pengetahuan lokalnya.
Sebagai periset yang juga melaksanakan bioprospeksi beberapa jenis tanaman di Indonesia, ia menyatakan, “Kami sudah meneliti kandungan atau senyawa penting di beberapa tanaman seperti cabai merah dengan menggunakan pendekatan teknologi Omics (metabolomic, transkriptomik dan genomic), untuk menemukan metabolit baru yang sebelumnya tidak diketahui.”
“Umumnya masyarakat hanya mengetahui bahwa cabai mengandung vitamin C dan E, dan penyebab rasa pedas. Selain cabai, teknologi ini juga dimanfaatkan untuk penelitian komoditas lainnya seperti pada gaharu atau artemisin,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini BRIN berkolaborasi dengan Rutgers Univeristy Amerika Serikat (beserta mitra pendanaannya (NIH dan APN) dan UNAS memberikan pelatihan menggunakan metoda RAMES (Rapid Metabolome Extraction and Storage) yang ramah lingkungan karena menggunakan sampel sedikit, mudah, murah serta dilakukan di lokasi ini merupakan metoda yang dikembangkan Rutgers University untuk deteksi cepat kandungan metabolit atau senyawa penting tumbuhan yang berpotensi untuk kesehatan dan keunggulan lain. (ilustrasi: pixabay.com/kkolosov)