Mengungkap Potensi Perairan Sumba

alt

JAKARTA – Sumber daya perairan dan laut Pulau Sumba memiliki potensi dan keunikan yang tinggi karena posisinya di bagian selatan zona transisi Wallacea dengan karakteristik biogeografi Indo-Malaya dan Australasia. Sayangnya, potensi ini masih minim informasi ilmiah.

Karena itu, Ekspedisi Widya Nusantara (E-WIN) 2016 yang melibatkan Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencoba mengungkap proses oseanografi, biogeokimia, dan potensi sumber daya laut di kawasan Perairan Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Deputi Bidang Ilmu Kebumian (IPK) LIPI, Zainal Arifin menuturkan, potensi terumbu karang, ikan karang dan padang lamun, di perairan Sumba cukup tinggi dan variatif. “Ekosistem terumbu karang dapat menghasilkan tangkapan ikan sebesar 3 hingga 37 ton/km2/tahun,” jelas Zainal pada Ekspose dan Talkshow E-WIN 2016: Menggali Potensi Bioresources untuk Mengurangi Kerentanan Masyarakat Perdesaan Sumba di Auditorium LIPI, Jakarta, pada Senin (19/12/2016).

Zainal menjelaskan padang lamun yang ditemukan di Sumba Timur berperan penting dalam menunjang usaha perikanan, karena menjadi tempat pembesaran dan pengasuhan berbagai jenis ikan bernilai niaga, misalnya baronang dan kakap.

Dari hasil ekspedisi ini, Zainal menyampaikan catatan penting yaitu adanya isu illegal fishing berupa penggunaan bom oleh nelayan untuk menangkap ikan sehingga merusak ekosistem terumbu karang.

Yang kedua, potensi pengembangan budi daya rumput laut dan upaya konservasi kawasan ekosistem padang lamun. Catatan ini merupakan hasil kajian padang lamun seluas sekitar 20 hektar hanya di 2 kabupaten di Sumba Timur dan Sumba Barat. Padang lamun sangat penting bagi kehidupan biota ikan sebagai daerah asuhan dan pembesaran, sehingga perlu dijaga kelestariannya.

“Kalau kita mampu melakukan upaya konservasi pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan budidaya rumput laut dan mencegah kegiatan penangkapan ikan dengan bom maka keinginan pemerintah daerah terkait pengembangan pariwisata kemungkinan akan berhasil,” ungkap Zainal.

Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Udhi Eko Hernawan dalam paparannya menyampaikan temuan-temuan penting antara lain adanya front di perairan ujung barat Pulau Sumba, yang berpotensi menimbulkan eddy (pusaran air).

Adanya empat massa air di sisi barat, utara dan selatan P. Sumba, yaitu NPSW (Northern Pacific Subtropical Water), NPIW (Northern Pacific Intermediate Water), NISW (Northern Indian Subtropical Water) dan NIIW membuktikan bahwa kawasan ini menjadi salah satu pintu keluar Arlindo (Arus Lintas Indonesia).

Kawasan perairan di sebelah utara Pulau Sumba merupakan kawasan yang sangat subur dengan kadar klorofil-a sangat tinggi, mencapai 4,25 mg/m3. Kondisi ini menunjukkan adanya potensi sumber daya perikanan yang tinggi di wilayah tersebut.

Kondisi perairan Pulau Sumba dan sekitarnya dinilai masih cukup baik berdasarkan fakta berupa rendahnya kepadatan zooplankton yang bersifat merugikan seperti Ctenophores.

Kondisi terumbu karang bervariasi dari kategori kurang hingga cukup, dan ditemukan banyak praktek penangkapan ikan yang merusak. Hal ini menunjukkan pentingnya penegakan hukum dan penyadartahuan masyarakat mengenai konservasi terumbu karang.

Udhi berharap hasil ekspedisi ini dapat menjadi rujukan bagi pemanfaatan dan pengembangan sumber daya laut yang tepat sasaran dan berkesinambungan.

——————

Baca juga:
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author