Bogor, Technology-Indonesia.com – Material biologi seperti mikroorganisme, hewan, dan tumbuhan yang sebagian besar digunakan sebagai subjek dan objek bagi tujuan penelitian, dapat menimbulkan potensi risiko bagi kehidupan manusia. Risikonya antara lain meningkatnya hama dan penyakit yang tidak diinginkan atau organisme asing (spesies asing) yang dapat mengancam kehidupan di suatu negara.
“Inilah yang saat ini menjadi tantangan global dan harus kita pecahkan secara bersama,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Enny Sudarmonowati dalam acara Bilateral Workshop On Biosecurity and Biosafety 2018 di Kawasan Cibinong Science Center – Botanical Garden (CSC – BG), Bogor pada Senin (3/9/2018).
Workshop yang berlangsung pada 3-4 September 2018 ini digelar oleh LIPI melalui Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati bekerja sama dengan The Australian Plant Biosecurity Science Foundation (APBSF), the Crawford Fund Australia, dan the Indonesian Biosecurity Foundation (IBF).
Perkembangan penelitian di bidang biologi dan bioteknologi beberapa waktu belakangan ini terbilang cukup pesat di kawasan global. Hal tersebut selain menawarkan banyak peluang, namun juga menciptakan tantangan bagi peneliti dan dunia penelitian guna memenuhi kebutuhan industri yang lebih luas. Salah satu tantangan utama dalam penelitian ini adalah persoalan biosekuriti dan keamanan hayati pada manusia.
Melalui workshop ini, Enny menuturkan, semua pihak dapat mencari pemahaman bersama tentang pentingnya implementasi biosekuriti dan keamanan hayati pada manusia secara lintas sektoral khususnya di Indonesia dan secara global antar negara.
“Secara spesifik antar negara, workshop kali ini diharapkan mendukung peran Indonesia dalam implementasi biosekuriti dan keamanan hayati pada manusia. Dukungan itu khususnya dari Australia,” tambahnya.
Enny mengungkapkan, workshop bertujuan meningkatkan pengetahuan tentang status keamanan hayati di Indonesia dan Australia. Status ini dilihat dari aspek kebijakan, regulasi, dan isu-isu yang muncul. Tujuan lainnya untuk mempromosikan pengembangan kapasitas terkait pengelolaan sistem keamanan hayati untuk tanaman, hewan, manusia di Indonesia.
Tujuan lainnya untuk memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Australia di bidang biosekuriti dan keamanan hayati melalui kolaborasi penelitian dan menetapkan model yang paling sederhana serta efektif untuk badan nasional yang dikoordinasi oleh IBF.
Selanjutnya, manfaat utama kegiatan tersebut ialah hubungan antara Indonesia dan Australia akan semakin kuat dari segi saling bertukar informasi, memperkuat kerja sama, mencari kesamaan, dan menambah pengetahuan terkait biosekuriti dan keamanan hayati. Workshop ini juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam manajemen material biologi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keamanan nasional dari aspek biologi itu sendiri.
“Manfaat lainnya lagi yaitu mampu mendorong pengembangan kapasitas dan peluang kerja sama kolaboratif dalam kebijakan keamanan hayati antara Indonesia dan Australia,” tutup Enny.
Hadir sebagai pembicara, diantaranya Herawati Sudoyo (Wakil Kepala Lembaga Eijkman), John Lovett (The Australian Plant Biosecurity Science Foundation), Antarjo Dikin (Badan Karantina Pertanian). Workshop menghadirkan 60 peserta terdiri dari ilmuwan, akademisi/dosen, perwakilan industri, komunitas, serta para pembuat kebijakan dan peraturan.