Curah Hujan Picu Banjir di Semarang dan Grobogan, BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca

TechnologyIndonesia.id – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk membantu mengendalikan curah hujan yang memicu banjir di Kota Semarang dan Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Langkah ini dilakukan setelah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi yang mengguyur sejak pertengahan pekan ini menjadi pemicu utama banjir di wilayah perkotaan. Kondisi yang sama turut dirasakan sebagian warga Kabupaten Grobogan.

Menindaklanjuti laporan lapangan dan koordinasi bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kepala BNPB Letjen TNI Dr. Suharyanto menginstruksikan Kedeputian Bidang Penanganan Darurat untuk segera melaksanakan operasi modifikasi cuaca (OMC).

Instruksi itu langsung ditindaklanjuti. Pada Jumat (24/10/2025) malam, pesawat Cessna Caravan dengan kode registrasi PK-SNM telah mendarat di Bandara Internasional Ahmad Yani, Semarang.

Pagi ini, Sabtu (25/10/2025), pesawat bermesin tunggal itu memulai tugasnya untuk menebar bahan semai natrium klorida (NaCl) dan kalsium oksida (CaO). Totalnya ada 10 ton NaCl dan 2 ton CaO yang akan ditebar secara berkala melalui beberapa sortie penerbangan.

Tujuan utama OMC ini adalah redistribusi curah hujan agar tidak turun di wilayah yang saat ini sudah tergenang, termasuk di bagian hulu sungai. Dengan kata lain, operasi ini bukan menghentikan hujan, melainkan mengatur di mana hujan itu jatuh.

Kawasan yang menjadi perhatian utama kali ini adalah wilayah hulu Sungai Tuntang dan Lusi yang melintasi Kabupaten Grobogan. Di sana, tanggul sungai yang sudah jebol akibat tekanan air yang tinggi harus mendapatkan penguatan. Jalur dan tanggul bantalan rel kereta api penghubung Jakarta–Surabaya yang melintas di atasnya juga masih bisa terancam bila banjir kembali datang.

Selain itu, OMC juga difokuskan untuk mengatur agar hujan tidak turun di wilayah Kota Semarang yang saat ini masih dilakukan penyedotan genangan banjir. Dengan mengalihkan hujan ke lokasi yang lebih aman, BNPB berharap debit air sungai dapat berkurang secara bertahap, memberi waktu bagi tim lapangan untuk melakukan penyedotan banjir dan penguatan tanggul.

Operasi ini dilaksanakan BNPB bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TNI AU, serta BPBD Provinsi Jawa Tengah.

Tim meteorolog memantau peta awan dari ruang kendali, menentukan waktu dan ketinggian semai paling tepat. Pilot mengendalikan pesawat mencari posisi bibit awan hujan, lalu menaburkan bahan semai yang akan bereaksi dengan uap air di atmosfer.

BMKG memprediksi curah hujan tinggi di wilayah Jawa Tengah masih akan berlangsung hingga awal November. Hal itu dipengaruhi oleh aktifnya fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang Rossby ekuatorial. Artinya, ancaman genangan masih ada, bahkan ketika OMC dilakukan.

OMC ini akan berlangsung selama tiga hingga lima hari, tergantung pada hasil evaluasi harian. Setiap penerbangan menjadi satu siklus percobaan dan menentukan apakah awan yang disemai menghasilkan hujan di titik yang diinginkan. Data satelit dan radar cuaca menjadi panduan utama dalam setiap keputusan.

Kurangi Risiko Banjir

Operasi Modifikasi Cuaca sebenarnya bukan hal baru di Indonesia. Metode ini pertama kali diuji pada tahun 1977/1978 di bawah koordinasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (kini BRIN). Dulu, fokusnya pada peningkatan curah hujan untuk kebutuhan irigasi dan pertanian. Namun seiring waktu, teknik ini berkembang menjadi salah satu metode mitigasi bencana.

Dalam dua dekade terakhir, OMC kerap digunakan untuk mengurangi risiko banjir di wilayah perkotaan besar seperti Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Jawa Timur, termasuk wilayah lain yang terdampak kebakaran hutan dan lahan.

Saat potensi awan hujan tinggi terdeteksi di daerah rawan, operasi dilakukan untuk “menjemput” awan lebih awal dan menurunkan hujan di lokasi yang aman. Biasanya di laut atau pegunungan yang memiliki daya serap tinggi.

BNPB memandang teknologi ini sebagai bagian dari strategi adaptasi terhadap perubahan iklim. Cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi membuat metode konvensional seperti normalisasi sungai dan pompanisasi tidak lagi cukup.

Masalah banjir di Semarang, Grobogan, dan sekitarnya berakar panjang. Tidak hanya mengenai curah hujan, tetapi juga tata ruang yang padat, sistem drainase yang menua, hingga sedimentasi sungai yang belum tuntas. Penguatan mitigasi struktural dan non-struktural secara jangka pendek, menengah, dan panjang tetap menjadi kunci utama mencegah serta meminimalisir potensi risiko bencana.

Modifikasi cuaca hanya memberi jeda, bukan jawaban akhir dari permasalahan banjir. BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan susulan dan mengikuti arahan petugas di lapangan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author