Pembangunan Observatorium Nasional Timau segera Rampung

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pembangunan Observatorium Nasional (Obnas) Timau akan rampung pada tahun 2023. Saat ini telah dilakukan pemasangan cermin sekunder pada 26 Juli 2023. Tidak lama lagi pemasangan cermin primer dan tersier juga akan segera dilakukan.

“Instrumen utama yakni teleskop 3.8m beserta bangunannya termasuk kubah berdiameter 14 m sudah terbangun sekitar 55%. Instrumen utama ini ditargetkan akan rampung dalam 2-3 bulan ke depan,” ujar Koordinator Stasiun Observatorium Nasional Kupang, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Abdul Rachman melalui pesan singkatnya, Sabtu (29/7/2023).

Dalam blog pribadinya Abdul Rachman menyampaikan harapan, tahun 2023 akan menjadi momentum bersejarah dalam riset antariksa di Indonesia. Mengapa? Karena pada tahun itulah ditargetkan instrumen utama proyek Observatorium Nasional yang dibangun di kaki Gunung Timau, Nusa Tenggara Timur selesai dibangun.

“Obsnas Timau ditujukan sebagai fasilitas nasional yang mewadahi riset antariksa tingkat lanjut dan di samping itu juga berperan dalam pengembangan keilmuan lintas disiplin serta berbagai aktivitas terkait lainnya,” tuturnya.

Sebelumnya, Indonesia telah mempunyai observatorium Bosscha di Jawa Barat, namun selain lokasi, instrumen utamanya menjadi pembeda dari kedua observatorium tersebut. Timau dipilih sebagai lokasi Obnas karena langitnya sangat rendah polusi cahaya dan akses ke lokasi yang relatif mudah.

Secara nasional lanjut Abdul Rachman, NTT memiliki kondisi langit yang lebih jarang mendung dibanding daerah lain di Indonesia sehingga jumlah hari dengan langit cerahnya relatif banyak di atas 65% per tahun.

“Polusi cahaya yang sangat rendah berarti langit yang lebih alami artinya lebih gelap sehingga memungkinkan diamatinya benda-benda antariksa yang lebih redup,” kata Abdul.

“Pembeda lainnya yaitu, Obsnas Timau dilengkapi dengan teleskop yang lebih besar sehingga bisa mengamati benda-benda langit yang jauh lebih redup dan instrumen pendukung yang lebih modern,” imbuhnya.

Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Robertus Heru Triharjanto mengungkapkan, pembangunan Obnas Timau mempunyai arti penting, tidak hanya untuk astronom Indonesia, tapi juga secara global. Kualitas fasilitas astronomi berbasis teleskop diukur dengan berapa malam dalam satu tahun observasi tersebut bisa dilakukan dan dalam satu malam berapa jam.

“Gunung Timau adalah tempat yang bisa memberikan kesempatan clear and dark sky terbanyak di Indonesia,” katanya.

Robertus berharap, dengan selesainya pembangunan Obnas Timau ini akan terbentuk kelompok ilmuwan astronomi dan astrofisika yang menjadi acuan global dari Indonesia. Fasilitas observasi Antariksa yang spesial ini tidak hanya akan mengundang ilmuwan dari seluruh dunia untuk berpartisipasi dalam penelitian sains, namun juga akan menjadi salah satu tempat pengamatan benda-benda Antariksa buatan manusia.

“Terutama dan yang penting untuk diamati adalah satelit yang sudah tidak berfungsi dan bekas bagian roket yang mengorbit. Benda-benda tersebut dapat mengganggu satelit-satelit yang masih beroperasi atau bahkan peluncuran satelit dikemudian hari,” pungkas Robertus. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author