ATLANTA — Menjelang akhir September, Lembaga Antariksa AS (NASA) akhirnya mengkonfirmasi adanya air di Mars. “Kami menemukan bekas lintasan air sepanjang 100 meter pada salah satu lembah Planet Merah itu,’’ ungkap Lujendra Ojha dari Georgia Institute of Technology (Georgia Tech) di Atlanta.
Nature Geoscience (28/9) melaporkan, berdasarkan analisis terhadap gambar yang dikirim spektrometer Mars Reconnaissance Orbiter (MRO), Tim Georgia Tech memastikan adanya mineral hidrat pada lereng lembah Mars. Jejak air bergaram muncul di beberapa lokasi bersuhu -10 oF atau setara -23 oC. ‘’Bayangan air hilang ketika suhu permukaan Mars lebih dingin,’’ jelas Ojha.
Memang, Ojha dan timnya bukan yang pertama menyebut adanya air di Mars. Meski begitu, merekalah yang berani memastikan identitas mineral hidrat di planet ketiga dalam sistem tatasurya itu. Mereka juga menemukan campuran senyawa perklorat seperti magnesium perkhlorat, magnesium khlorate dan natrium perlkhlorat. Beberapa senyawa perkhlorat tampak tetap cair bahkan ketika suhu lingkungannya mendingin hingga -70 oC.
Di Bumi, senyawa perkhlorat secara alami terbentuk di gurun-gurun. Beberapa jenis di antaranya dapat digunakan sebagai rocket propellant.
Adanya air di Mars memunculkan dugaan adanya tanda kehidupan di sana. “Ada dugaan mikroba tertentu mungkin pernah hidup di sana,’’ tambah John Grunsfeld, astronaut NASA di Washington. Dia percaya, air menjadi tanda awal yang baik bahwa planet ini mungkin bisa menjadi hunian alternatif bagi manusia di masa depan.
Jauh sebelum proyek Space Age diwacanakan, manusia berharap Mars bisa menjadi hunian alternatif setelah Bumi. Para ahli berasumsi bahwa Mars kelak bisa menjadi kawasan hunian baru manusia dengan syarat ada cukup air di sana. Selama berpuluh dan beratus tahun, para ahli yakin, keberadaan sumber air menjadi syarat utama dan pertama adanya potensi habitat kehidupan di sana.
Beragam upaya dan alat dibuat untuk melihat apakah ada tanda kehidupan di planet merah itu? Hingga akhir abad ke-19, harapan itu masih sebatas angan-angan. Belakangan, seiring dengan progres iptek yang berhasil diterobos, para astonom abad ke-20 dan ke-21 semakin optimis adanya tanda-tanda kehidupan di Mars.
Menjelang pertengahan April 2015, Scientific American pernah melaporkan bahwa pengukuran menggunakan radar dan model pencairan es glasial menunjukkan planet Mars mengandung banyak sumber air. Para peneliti berani menyimpulkan bahwa gletser di Mars sedikitnya mengandung potensi air hingga hampir 150 miliar meter kubik. Adalah para peneliti dari University of Copenhagen yang melakukan pergitungan tersebut. Analisis mereka pun telah dimuat dalam jurnal Geophysical Research Letters.
Bukti adanya air tentu saja membuka harapan munculnya kehidupan di sana. Setidaknya, kini para ahli bisa memikirkan membangun semacam proyek Biosfir baru di sana. Maka, mimpi membuat migrasi antar planet, dari Bumi ke Mars kini membunvcah kembali. Targetnya, dalam satu atau dua ratus tahun ke depan, Mars siap menjadi hunian warga Bumi.
Teleskop antriksa telah cukup lama memata-matai adanya air es di kutub Planet Merah itu. Tanda-tanda adanya laut kuno mulai banyak dilaporkan muncul di belahan bumi utara. Pendaratan The Viking konon mengkonfirmasi indikasi adanya es/ air di bebatuan Mars. Misi Phoenix juga telah menemukan tanda-tanda air es terkubur beberapa sentimeter di bawah tanah, demikian juga jejak adanya sungai kuno di beberapa permukaan Mars.(Dedi Junaedi)