Praktek peternakan sapi yang tidak dilandasi ilmu pengetahuan akan menurunkan populasi dan memperburuk kualitas genetika ternak. Target swasembada daging dan susu nasional mampu tercapai apabila pemerintah mengoptimalkan peran teknologi untuk membantu industri peternakan di Indonesia.
Kementerian Riset dan Teknologi melalui Business Innovation Center (BIC) berhasil melakukan intermediasi peningkatan produksi sapi dengan mengadopsi teknologi IB Saxing dan Embrio Transfer yang dihasilkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). “Kita harus meningkatkan produksi sapi bahkan termasuk ikan, kambing dan lain-lainnya,” kata Menristek Gusti Muhammad Hatta, di Jakarta, Kamis (14/11).
Kesepakatan kerjasama operasional (KSO) antara Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI dan PT Karya Anugerah Rumpin (KAR) dikembangkan dengan konsep sinergi Academician, Business and Government (A-B-G) untuk membangun suatu sistem pengembangan sektor peternakan yang memiliki daya saing dan berkelanjutan.
Kepala LIPI, Prof. Dr. Lukman Hakim mengatakan Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI telah mampu melakukan kegiatan riset ternak strategis. “Riset yang dikerjakan adalah riset yang cukup mendasar, namun dapat diaplikasikan di masyarakat,” tandasnya. Tujuan akhir dari kerja sama tersebut adalah peningkatan mutu genetik bibit dan populasi ternak sapi lokal dalam rangka mendorong tercapainya swasembada daging dan susu nasional.
Penerapan hasil riset peternakan LIPI dengan menggandeng PT KAR telah dilakukan sejak September 2011. LIPI dengan PT KAR berkerja sama dalam pengembangan produksi benih sapi unggul dengan joint riset perbaikan genetik sapi dan penyebarannya. “Kerja sama ini dimaksudkan mensinergikan kompetensi Iptek dari peneliti P2 Bioteknologi LIPI dengan kapasitas produksi, modal pejantan unggul, induk betina, kapital dan manajemen PT KAR,” jelasnya.
Syarat untuk swasembada daging adalah minimal 90 persen konsumsi daging sapi dipasok dari sapi domestik. Sisanya 10 persen dipenuhi melalui impor, baik dalam bentuk sapi bakalan maupun daging beku. Dari data impor sapi menunjukkan, impor daging dan sapi bakalan tahun 2011 adalah sebesar 321,4 juta dolar AS dan 328,3 juta dolar AS. Pada tahun 2012 nilai impor daging dan sapi bakalan sebesar 156,1 juta dolar AS dan 285,9 juta dolar AS. Ada penurunan atau penghematan pengeluaran anggaran untuk memenuhi kebutuhan nasional sebesar 32 persen.
Hingga saat ini, Indonesia masih kekurangan 85.000 ton atau 17,5 persen dari total kebutuhan dalam negeri. SB/berbagai sumber