Jakarta, Technology-Indonesia.com – Di dalam industri unggas, pakan selalu menjadi momok karena menyumbang biaya produksi terbesar antara 60-80%. Selain itu, selalu terjadi peningkatan harga pakan di dalam negeri maupun luar negeri.
Prof. Ir. Arnold Parlindungan Sinurat mengatakan kebanyakan orang di dunia menggunakan bahan pakan dari jagung, sorgum, gandum dan lain sebagainya. Di Indonesia, umumnya orang mengikuti pola-pola yang ada di luar negeri terutama untuk produksi unggas atau ayam ras.
Untuk mengatasi masalah pakan nasional, peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini melihat adanya peluang dari bahan-bahan lokal yang bisa dipakai sebagai sumber bahan pakan unggas.
“Sehingga kita harapkan bisa mendapatkan harga pakan yang lebih murah dan tidak seratus persen bergantung pada impor,” kata Prof. Arnold dalam peluncuran buku karyanya yang berjudul ‘Industri Sawit Sebagai Sumber Bahan Pakan Lokal untuk Unggas,’ pada Senin (24/7/2023).
Saat masih menjadi peneliti di Kementerian Pertanian (Kementan), ia telah melakukan berbagai penelitian terkait limbah sawit. Pada tahun 80-an, limbah sawit dianggap sebagai sumber polusi bagi lingkungan. Penelitian tersebut dilanjutkan ke pemanfaatan bungkil inti sawit dan inti sawit.
Prof. Arnold mengungkapkan, saat memaparkan hasil-hasil penelitian tersebut pada tahun 90-an, banyak orang yang skeptis bahwa bungkil inti sawit bisa digunakan untuk pakan ayam impor. Namun pada perkembangannya, banyak industri peternakan di luar negeri menggunakan pakan buntil inti sawit.
“Saya punya pengalaman, industri peternakan di luar negeri sampai kekurangan bungkil inti sawit. Ternyata 85% bungkil inti sawit Indonesia diekspor, kita hanya menggunakan 15% saja dari jumlah sekitar 5 juta ton,” tutur Ketua Umum Perkumpulan Masyarakat Ilmu Perunggasan Indonesia ini.
Prof. Arnold menulis buku ini berdasarkan pengalaman-pengalaman penelitiannya yang diramu dengan hasil-hasil penelitian orang lain. Buku ini juga merangkum pengalaman peternak di lapangan.
“Harapannnya, informasi ini bisa tersebar, sehingga lebih banyak orang yang menggunakan produk sawit supaya industri perunggasan kita bisa lebih maju,” harapnya.
Dalam buku ini, Prof. Arnold menguraikan potensi dari industri sawit yang bisa digunakan untuk pakan unggas. “Bahan-bahan apa saja dan berapa produksinya yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pakan untuk industri unggas,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan bahwa semua orang beranggapan bahwa produk sawit tidak bisa digunakan begitu saja untuk pakan ternak. Dari hasil-hasil penelitian, tanpa pengolahan, produk hasil samping sawit terutama solid sawit dan bungkil inti sawit bisa digunakan untuk pakan unggas.
“Tetapi sebagai peneliti kita tidak puas dan berupaya mencari teknologi-teknologi apa yang bisa digunakan untuk untuk meningkatkan bahan pakan tersebut seperti pengkayaan melalui fermentasi, teknologi peningkatan daya cerna melalui penggunaan enzim, dan lain-lain,” terangnya.
Prof. Arnold mengungkapkan bahwa buku ini bukan hanya untuk peternak tapi juga untuk ilmuwan/dosen/mahasiswa, sehingga ia mencoba memasukkan informasi yang lebih mendalam seperti hal-hal ilmiah atau zat-zat apa yang terkandung dalam bahan tersebut.
Lampiran buku ini juga mencantumkan contoh-contoh formula ransum menggunakan bungkil inti sawit, solid sawit, maupun inti sawit untuk unggas mulai dari ayam broiler, ayam petelur, burung puyuh, dan itik yang sudah dicoba dengan hasil baik.