Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) telah menghasilkan sebanyak 72 teknologi terekomendasi dalam kurun 2013-2014. Namun masih sedikit dari teknologi tersebut yang diterapkan di masyarakat. Di lain pihak tugas menyampaikan teknologi tersebut kepada masyarakat bukan merupakan tugas Balitbang KP.
Keterkaitan erat antara unsur peneliti, penyuluh, dan masyarakat KP sangat diperlukan dalam upaya mempercepat proses adopsi dan difusi teknologi. Penyuluh sangat berperan sebagai jembatan antara peneliti dan masyarakat. Teknologi yang dihasilkan oleh peneliti akan disalurkan oleh penyuluh kepada masyarakat sebagai adopter.
Menurut Plh. Kepala Balai Besar Penelitian Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBPSEKP), Catur Pramono Adi, diperlukan suatu usaha agar ada keterkaitan antara sumber teknologi, proses alih teknologi dan pengguna teknologi agar penyampaian teknologi dapat dilakukan secara informatif, aplikatif dan efektif.
“Teknologi yang telah terekomendasi tersebut membutuhkan inovasi lagi agar menjadi Teknologi Adaptif Lokasi dan dapat diterapkan oleh masyarakat. Untuk itu, Balitbang KP juga membutuhkan umpan balik dari masyarakat melalui penyuluh agar teknologi tersebut menjadi teknologi yang tepat guna,” kata Catur dalam siaran pers yang diterima technology-indonesia.com.
Keterkaitan tersebut dapat berupa kegiatan yang dapat mempertemukan ketiga unsur tersebut (peneliti-penyuluh-masyarakat) guna terjadi komunikasi dan tukar-menukar pengalaman dalam penerapan teknologi. Untuk itu, BBPSEKP mengadakan Bimbingan Teknis Teknologi Adaptif Kelautan dan Perikanan Dalam Rangka Penyegaran Hasil Litbang KP di Takalar, Sulawesi Selatan pada 14 -18 September 2015.
“Indonesia berusaha mengurangi ketergantungan impor dengan memacu pertumbuhan ekonomi dengan mengeksploitasi dan mengeksplorasi sumber daya primer tanpa menciptakan nilai tambah melalui penerapan inovasi teknologi dari hasil-hasil riset dalam negeri. Hal ini disebabkan karena masih tidak termanfaatkanya teknologi dari litbang dan masyarakat masih cenderung menggunakan teknologi tradisional,” kata Catur.
Teknologi tidak hanya berupa peralatan, akan tetapi bisa berupa tatacara, teknik-teknik hingga SOP. Teknologi harus memenuhi ciri-ciri yaitu perbaikan teknologi tradisional yang ada dengan biaya investasi cukup rendah, serta teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat.
Selain itu teknologi harus bisa membuat masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya, serta cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih baik dan optimal. Teknologi juga merupakan alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar.
“Akibat dari tidak dimanfaatkannya inovasi teknologi menimbulkan lemahnya sistem pemicu pertumbuhan nasional. Negara yang memiliki kemampuan iptek yang lebih berkualitas, akan memiliki daya saing yang lebih tinggi di dunia internasional. Jika kapasitas ilmu pengetahuan dan inovasi belum memadai akan sulit untuk mencapai sustainability (berkelanjutan),” pungkas Catur.