Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tingkat pencapaian hilirisasi riset inovasi di industri di Indonesia, Menurut Data Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) masih sekitar 3-5 persen. Pencapaian tersebut terpaut jauh dengan tingkat keberhasilan China (25 persen) ataupun Amerika Serikat dan Eropa (10-15 persen). Rendahnya kesuksesan ini berkaitan dengan minimnya kerja sama antar lembaga penelitian dengan industri.
Untuk mempercepat hilirisasi hasil inovasi riset kelautan dan perikanan melalui kemitraan dengan industri, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menggelar Science and Innovation Business Matching (SIBM), pada Selasa (9/10/2018) di Ballroom Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Gedung Mina Bahari III, Jakarta.
Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja mewakili Menteri KKP mengemukakan, SIBM akan menjadi agenda bulanan untuk memaparkan hasil hasil riset inovasi yang dihasilkan oleh BRSDM kepada mitra atau calon investor.
“Melalui percepatan proses hilirisasi hasil inovasi riset kelautan dan perikanan diharapkan dapat memberikan manfaat langsung bagi masyarakat, mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional yang bersumber dari riset dan inovasi kelautan dan perikanan, peningkatan reputasi dan pengembangan lembaga, sekaligus berkontribusi terhadap kepentingan finansial termasuk kesejahteraan inventor,” papar Sjarief.
Menurut Sjarief, SIBM merupakan wadah untuk mempertemukan calon mitra dunia usaha/dunia industri dengan riset inovasi kelautan dan perikanan yang telah dihasilkan, memperkuat jejaring kerja sama dengan dunia industri yang berdampak pada pemanfaatan hasil inovasi tepat sasaran kepada masyarakat serta pertumbuhan ekonomi nasional bersumber dari riset inovasi kelautan dan perikanan. SBIM bertujuan meningkatkan kapasitas SDM, khususnya peneliti, dalam menghasilkan riset inovasi kelautan dan perikanan yang sesuai kebutuhan pasar dan masyarakat.
Melalui SIBM, Sjarief berharap dapat meningkatkan keaktifan dan peran penelitian kelautan dan perikanan di Indonesia. “Kepada para peneliti saya berharap dapat terus berperan meningkatkan riset inovasi yang dibutuhkan dunia usaha dan masyarakat, sehingga mendukung percepatan hilirisasi di Indonesia,” tegasnya.
Dalam kegiatan ini, BRSDM meluncurkan produk inovasi yaitu Mini AIS (AutomaticIdentification System), yakni transponder AIS berukuran kecil untuk meningkatkan keselamatan nelayan, khususnya nelayan kecil (<3 GT), serta Patin Perkasa (Patin suPER Karya Anak bangSA).
Dirjen Penguatan Inovasi, Kemenristekdikti Jumain Appe dalam forum tersebut memberi kesempatan pada seluruh pusat riset untuk mengenakan kendaraan inovasi untuk mempercepat hilirisasi perikanan dan kelautan. SIBM diharapkan dapat memperkuat jaringan kerja sama dengan dunia usaha yang berdampak pada pemanfaatan hasil inovasi tepat sasaran.
SIBM juga merupakan wadah untuk mempertemukan calon mitra dunia usaha/dunia industri dengan riset inovasi. “Hadirnya Ditjen Penguatan Inovasi sendiri untuk memperkuat inovasi yang sudah digulirkan,’ terangnya.
Pada kesempatan tersebut, dilaksanakan penandatangan kesepakatan bersama antara KKP dengan PT. Martha Tilaar, terkait dengan pengembangan riset dan peningkatan kesejahteraan masyarakat KP serta BRSDM dengan Pemkab Majene, perihal pengembangan riset dan SDM KP. BRSDM juga melakukan penandatanganan beberapa kerjasama pra-lisensi.
Dalam kegiatan ini turut serta dipamerkan hasil karya inovasi satuan kerja (satker) BRSDM, diantaranya akuarium ikan dewa (torsoro), patin Perkasa, lele mutiara, ikan botia, ikan rainbow, magot, bahan aktif dari rumput laut serta Wakatobiais.