Balitbang KP Segarkan 71 Teknologi Adaptif

Semarang – Sebagai upaya mendorong peningkatan produksi, nilai tambah dan daya saing, Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) melalui Balai Besar Sosek Kelautan dan Perikanan (BBSEKP) menggelar acara Penyegaran Teknologi 2015 di Semarang. Sedikitnya 71 teknologi adaptif  dipaparkan oleh para peneliti untuk menyegarkan pengetahuan para penyuluh perikanan, kata Kepala BBSEKP Dr. Ir. Tukul Rameyo Adi MT di Semarang, Senin (24/8).

Keterkaitan antara sumber teknologi, proses alih teknologi dan pengguna teknologi mutlak diperlukan agar penyampaian teknologi dapat dilakukan secara informatif, aplikatif dan efektif.  Keterkaitan tersebut, tambah Ka BBSEKP, dapat berupa kegiatan atau forum yang mempertemukan peneliti, penyuluh, dan masyarakat, sekaligus memungkinkan terjadinya komunikasi dan tukar-menukar pengalaman dalam penerapan teknologi.

Penyegaran-TA2015-semarang
Dalam koteks itulah, jelas Tukul Rameyo Adi, Balitbang KP melalui BBSEKP melakukan kegiatan Bimbingan Teknis Teknologi Adaptif Kelautan dan Perikanan kepada penyuluh sebagai tenaga pendamping teknologi di masyarakat. Berlangsung empat hari hingga 28 Agustus, kegiatan difokuskan pada teknologi yang dimiliki oleh satker lingkup Balitbang KP, yang mencakup teknologi budidaya, teknologi penangkapan ikan dan konservasi, teknologi kelautan, teknologi sumberdaya laut dan pesisir, teknologi pengolahan produk dan bioteknologi.

Ka BBSEKP mengharapkan, kegiatan Penyegaran Teknologi 2015 dapat berjalan lebih produktif dan lebih interaktif melalui diskusi yang lebih dalam dan tajam serta berkualitas. ‘’Momentum pertemuan seperti ini harus dapat dimanfaatkan oleh para penyuluh untuk menanyakan, mengklarifikasi serta menggali informasi lebih banyak kepada para peneliti Kementerian Kelautan dan Perikanan,’’ tegasnya.

Pada bagian lain, Tukul Rameyo mengingatkan pentingnya peran Iptek dan Inovasi dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing. ‘’Dalam era globalisasi dan menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), salah satu fakta positif yang kerkembang dalam dunia industri adalah meningkatnya apresiasi terhadap posisi IPTEK dalam sektor produksi. Artinya, negara yang memiliki kemampuan IPTEK yang lebih berkualitas, dengan sendirinya, akan memiliki daya saing yang lebih tinggi di dunia internasional.’’ Peran adaptasi iptek dan inovasi juga penting dalam memperkokoh tiga pilar pembangunan kelautan dan perikanan, yakni kedaulatan (sovereignty), keberlanjutan (sustainability), dan kemakmuran (prosperity).

Yang dimaksud dengan teknologi adaptif, menurut  Ka BBSEKP, adalah teknologi yang memenuhi ciri-ciri sebagai berikut: (1) Perbaikan teknologi tradisional yang telah ada di masyarakat, (2) Biaya investasi cukup rendah/ relatif murah, (3) Teknis cukup sederhana dan mampu untuk dipelihara dan didukung oleh keterampilan setempat, (4) Masyarakat mengenal dan mampu mengatasi lingkungannya, (5) Cara pendayagunaan sumber-sumber setempat termasuk sumber alam, energi, bahan secara lebih baik dan optimal, (6) Alat mandiri masyarakat dan mengurangi ketergantungan kepada pihak luar (self-realiance motivated).

Tahun ini, menurut  Catur, akan dipaparkan sedikitnya 24 paket teknologi adaptif di enam kota, yaitu: Semarang, Tegal, Subang, Takalar, Banyuwangi, dan Medan. Berlangsung lima hari, tanggal 23-28 Agustus, Bimtek Penyegaran di Semarang membahas enam paket teknologi: Aspek kelembagaan dan peranannya dalam pengembangan usaha, teknologi rehabilitasi habitat dan pemulihan sumberdaya ikan melalui terumbu karang buatan, kapal katamaran multiguna tenaga surya, budidaya ikan patin Pasopati, budidaya nilai Srikandi, dan kunjungan ke balai penelitian budidaya air payau.

Bimtek penyebaran teknologi, tambah Kabid Pelayanan Teknis BBSEKP, akan berlanjut pada tahun-tahun berikutnya. Rencananya, berturut-turut akan berlangsung di 12 lokasi tahun 2016, kemudian 24 lokasi di tahun 2017, dan 34 lokasi pada tahun 2018 dan 2019.

You May Also Like

More From Author