Bogor, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah memiliki Bank Gen, tempat penyimpanan dan pengembangan sumber daya genetik (SDG) skala nasional. Fungsi Bank Gen bukan hanya untuk konservasi SDG eks situ, namun juga untuk mendukung perlindungan hukum, pemanfaatan langsung, dan menghasilkan varietas unggul (pemuliaan).
Bank Gen yang berada di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian (BB Biogen) Cimanggu, Bogor ini awalnya fokus pada koleksi tanaman pangan. Namun, saat ini koleksi Bank Gen meliputi seluruh SDG Pertanian skala nasional termasuk hortikultura, perkebunan, industri dan lain-lain.
Kepala BB Biogen, Mastur dalam keterangan tertulisnya mengatakan fungsi konservasi SDG dalam Bank Gen sangat penting karena ancaman kelangkaan dan kepunahan cenderung meningkat oleh berbagai sebab. Penggunaan varietas unggul baru (VUB) padi yang meluas pada 1970-1980an menyebabkan banyak varietas unggul lokal (VUL) ‘terabaikan’ dan langka. Beruntung sebagian VUL tersebut sudah tersimpan di Bank Gen.
“Dengan dikoleksinya beragam SDG lokal dari berbagai daerah, kita tidak perlu khawatir bilamana ingin memanfaatkan langsung atau ingin memanfaatkan sifat-sifat unggul melalui pemuliaan. Bank Gen juga penting sebagai back up varietas unggul terutama yang telah terdaftar, dilepas dan atau memperoleh hak perlindungan varietas,” ungkap Mastur.
Karena itu, Bank Gen selain didukung fasilitas penyimpanan jangka pendek hingga jangka panjang, juga perlu didukung peraturan dan teknologi finger printing menggunakan marka molekuler. Peraturan pendukung Bank Gen untuk fungsi-fungsi tersebut diperlukan. Dengan penerapan teknologi finger printing, maka upaya pencurian, pendaftaran material oleh yang tidak berhak, sengketa maupun pemalsuan dapat diketahui. Inilah aspek perlindungan hukum yang penting terutama dalam konteks SDG sebagai aset negara.
Menurut Mastur seperti halnya perbankan dalam sistem keuangan yang fungsinya bukan hanya menyimpan uang/menabung (sepadan dengan konservasi), namun juga memberi jasa berupa modal bagi yang mau mengembangkan usaha/investasi (sepadan dengan pemuliaan) atau konsumsi (sepadan dengan pemanfaatan langsung).
Lebih lanjut Mastur menerangkan, Bank Gen dapat memberi jasa dengan mensuplai SDG yang diperlukan pemulia baik dari lembaga riset, perguruan tinggi, perusahaan perbenihan dan lain-lain. Pemanfaatan SDG secara langsung antara lain berupa pemanfaatan koleksi aksesi oleh masyarakat/agribisnis secara langsung tanpa proses pemuliaan. Tentu saja hal itu perlu didukung dengan peraturan yang memadai.
“Karena itulah dapat dikatakan, kalau bank sistem keuangan mendukung perekonomian maka Bank Gen dapat mendukung pertanian,” katanya.
Sustiprijatno, Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian BB Biogen mengatakan awalnya koleksi Bank Gen adalah tanaman pangan dan terbatas pada balai. Sekarang, koleksinya meningkat ke level Bank Gen Pertanian Nasional, terutama karena BB Biogen menjadi sekretariat Komisi Nasional (Komnas) SDG.
“Sekarang masing-masing Komisi Daerah (Komda) SDG menyimpan/mendeposit beberapa koleksi SDG di Bank Gen. Tanamannya bukan hanya tanaman pangan tetapi juga mulai perkebunan, hortikultura, dan peternakan,” kata Sustipijanto di BB Biogen, Cimanggu, Bogor pada Sabtu (12/5/2018)
Bank Gen memiliki tujuan untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Sustipijanto mencontohkan, untuk penyimpanan jangka panjang BB Biogen mengembangkan Cryopreservation, yaitu jaringan tanaman disimpan dalam suatu wadah berisi liquid nitrogen (nitrogen cair) dalam suhu -80 derajat Celsius sehingga bisa bertahan puluhan tahun.
Pada kesempatan yang sama Nurul Hidayatun, Penanggungjawab Kelompok Peneliti Pengelolaan SDG Bank Gen, BB Biogen mengatakan konservasi SDG pertanian sangat erat dengan upaya pemanfaatan. Ketika SDG termanfaatkan, secara otomatis akan terkonservasi.
“Jadi upaya konservasi bukan hanya dengan menjaga tanaman itu tetapi juga termasuk didalamnya meng-encourage manusia untuk peduli. SDG yang belum termanfaatkan juga harus kita konservasi, sebab kita tidak tahu lingkungan atau iklim ke depan itu membutuhkan SDG seperti apa,” terangnya.
Menurut Nurul, upaya konservasi tanaman pertanian berbeda dengan sektor kehutanan yang lebih bertujuan pada melindungi dengan membuat hutan lindung dan sebagainya sebagai tempat organisme tumbuh maupun berevolusi secara alami.
“Pada tanaman pertanian kita tidak bisa hanya bekerja sebagai melindungi, tetapi ada upaya khusus agar tanaman tetap tumbuh. Jadi konservasi ini terkait dengan pemanfaatan,” lanjutnya.
Salah satu strategi konservasi dalam pertanian misalnya SDG yang ada di wilayah sempit dan petani yang menanam sedikit maka secara eks situ harus dilakukan konservasi di tempat lain. Jika SDG tersebut jumlahnya banyak, petani yang menanam juga banyak dan tersebar di mana-mana maka prioritasnya sedikit, karena secara alami sudah terkonservasi.
“Untuk daerah-daerah dengan jumlah SDG banyak tetapi petaninya sedikit atau jumlah SDGnya sedikit tapi petaninya banyak, kita harus meng-encourage mereka supaya lebih memberikan nilai tambah,” ungkap Nurul.
Saat ini, Bank Gen Balitbangtan memiliki koleksi 12.000 aksesi SDG Pertanian atau sepertiga dari koleksi nasional. Koleksi tersebut antara lain meliputi serealia (sorgum, jagung, padi, padi liar, wijen, hanjeli / jali, gandum dan jewawut), aneka kacang (kacang Bambara, kacang gude, kacang hijau, kedelai, kacang komak, koro benguk, koro pedang, kacang tanah, dan kacang tunggak), aneka ubi (belitung, ganyong, gembili, ubijalar, ubikayu, patat / garut, dan talas) serta mikroba pertanian (bakteri, fungi / kapang dan virus).