Jakarta, Technology-Indonesia.com – Hewan Rodensia merupakan hewan yang cukup sering dijadikan sebagai hewan coba/percobaan dalam sebuah penelitian. Dalam penggunaannya sebagai hewan coba, perlakuan terhadap binatang pengerat ini juga diatur dalam peraturan kesrawan (kesejahteraan hewan).
Di Indonesia, hal itu diatur dalam UU RI No 18 Tahun 2009 juncto UU No 14 Tahun 2009: Peternakan dan Kesehatan Hewan, PP No 95 Tahun 2012: Kesehatan Masyarakat Veteriner & Kesrawan dan Peraturan Kepala LIPI No 83/E/2013: Pedoman Klirens Etik Penelitian dan Publikasi Ilmiah.
Prinsip dasar etika penelitian hewan percobaan meliputi Prinsip Etik Penelitian (Respect, Beneficiary, Justice) dan Prinsip Etik Penggunaan Hewan yakni 3 Rs (Reduction, Replacement, Refinement). Serta Prinsip Etik Pemeliharaan/Perlakuan Hewan 5F (5 Freedoms/kebebasan dari Lapar & haus, tidak nyaman, sakit & cedera, takut & penderitaan dan mengekspresikan perilaku alami)
Rodensia harus memiliki periode aklimasi sebelum digunakan dalam studi penelitian. Periode waktu ini memungkinkan hewan beradaptasi dengan lingkungan baru. Efek dari stres transportasi termasuk perubahan dalam berbagai parameter darah, fungsi sel imunitas, asupan makanan, dan perilaku hewan.
Periode waktu yang diperlukan untuk stabilisasi biologis akan tergantung pada parameter yang akan dipelajari. Biasanya, periode aklimasi dapat berkisar dari hitungan hari hingga lebih dari seminggu, tergantung pada studi yang terlibat.
Untuk kandang mencit, ketinggian minimum 12 cm, ventilasi baik, kelembaban relatif 45-65% dan suhu 20-24°C. Kurangi kebisingan dan khususnya ultrasonografi. Mencit ditempatkan secara sosial dalam kelompok yang stabil. Kandang tikus harus memiliki ketinggian minimum 18 cm dengan ventilasi baik.
Sediakan area terlindung untuk istirahat, keamanan, dan mengelola interaksi sosial dengan pencahayaan pada siklus gelap terang, kisaran suhu 20-24°C. Tikus harus ditempatkan secara sosial dan dikandangkan dalam kelompok sejenis atau berpasangan. Tikus membutuhkan objek untuk digerogoti misalnya balok kayu lunak, pelet keras atau tabung kardus untuk mencegah giginya berlebih.
Marmot peka terhadap keberadaan orang asing. Karena itu, kandang atau dinding kandang marmot harus terbuat dari bahan yang memungkinkan kontak visual dengan lingkungan sekitarnya misalnya kawat baja atau plastik transparan untuk mengurangi stress. Marmot harus ditempatkan dalam kisaran suhu 15-21 °C, lantai terbuka dan ventilasi yang baik.
Sama seperti tikus, marmot juga membutuhkan benda untuk digerogoti untuk mencegah gigi mereka tumbuh terlalu tinggi. Kelinci harus dikandangkan dalam kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhan akan perilaku sosial dan excercise. Penambahan cermin di kandang juga dapat meningkatkan kesejahteraan kelinci.
Dalam handling mencit, dilakukan dengan mengangkat pangkal ekor dengan menekan pangkal ekor di antara ibu jari dan telunjuk dan letakkan ke permukaan yang solid. Pegang kulit yang longgar di atas bahu, dan gunakan forcep untuk memegang ekor atau kulit di atas bahu. Dalam handling tikus lakukan dengan mengangkat pangkal ekor, seperti mencit. Namun, harus sangat hati-hati dilakukan, karena berat badan dan dimeter ekor yang tidak sesuai sehingga ekor mudah luka.
Marmot harus dipegang menggunakan dua tangan dengan memegang toraks dan di kedua sisi dada, tangan kedua digunakan untuk mendukung bagian belakangnya. Sedangkan dalam penanganan kelinci, kelinci harus dikeluarkan dari kandangnya dengan memegang kulit berlebih di atas daerah serviks dorsal. Kelinci tidak boleh diangkat dengan mengangkat telinganya. (Ivn)