Technology-Indonesia.com – Sebanyak 15 mahasiswa Ilmu Tanah dari Universitas Sydney, Australia, belajar mengamati tanah vulkan tropis di kawasan Gunung Salak, Puncak, dan Gunung Tangkuban Perahu, Jawa Barat selama pekan ini 27-30 November 2019.
Mereka juga mengamati perubahan tanah vulkan yang berbeda seiring perubahan bentuk lansekap tanah di Jawa Barat. Tanah diamati di bagian atas, tengah, dan bawah lereng dalam sebuah bentang lahan.
“Di Australia sulit menemukan tanah yang bahan induknya berasal dari material letusan gunung berapi,” kata Assosiate Profesor Stephen Cattle, dosen yang mendampingi mahasiswa.
Mahasiswa Universitas Sydney juga belajar tiga sistem klasifikasi tanah yang digunakan di Indonesia yaitu sistem Klasifikasi Tanah Nasional, sistem USDA, dan sistem FAO. “Kami memiliki sistem klasifikasi Australia sehingga harus sedikit beradaptasi dengan nama-nama tanah di Indonesia,” kata Stephen.
Menurut Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Dr. Husnain, kunjungan mahasiswa Australia itu juga dalam rangka memeriahkan Hari Tanah Dunia pada 5 Desember 2019 yang akan dirayakan di Bogor oleh Badan Litbang Pertanian. “Setelah mengamati tanah-tanah di Jawa Barat mereka akan ikut berkompetisi dalam Soil Judging Contest yang akan diikuti mahasiswa ilmu tanah se-Indonesia pekan depan,” kata Husnain.
Di Jawa Barat mereka berkenalan dengan tiga tanah utama yaitu Andisols, Inceptisols, dan Ultisols.
Menurut Kepala Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Universitas Padjajaran, Dr. Rija Sudirja, tanah-tanah di Jawa Barat memiliki ciri khas khusus karena berkembang pada iklim dengan curah hujan tinggi. “Solum tanahnya tebal dengan peningkatan akumulasi liat pada profil tanah,” kata Rija.
Menurut Stephen, setiap generasi harus memberikan pengetahuan tentang tanah kepada generasi di bawahnya karena manusia hidup di atas permukaan bumi yang berupa tanah.
“Hanya mereka yang mengenal tanah dengan baik yang mampu merencanakan aktivitas kehidupan di atasnya tanpa membahayakan manusia dan alam itu sendiri,” kata Stephen.
Tanah berkualitas menyediakan air berkualitas serta mikroorganisme yang menguntungkan untuk kehidupan di atasnya. Tanah juga secara tidak langsung menyediakan oksigen bagi bumi dengan menumbuhkan vegetasi.
“Bila tanahnya sakit, maka mikroorganisme sedikit sehingga tak mampu menopang kehidupan tanaman dengan baik,” kata Husnain. (Destika Cahyana)