Publikasi Bisa Persulit Permohonan Paten

alt

 Suasana Kuliah Kapita Selekta Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informatika (DTETI) UGM Yogyakarta (Foto Humas UGM)
 
Indonesia telah mampu menghasilkan berbagai inovasi kreatif yang diakui dunia. Namun, persoalan hak kekayaan intelektual masih belum menjadi perhatian para inventor. Padahal, pemahaman mengenai aspek legal sangat penting bagi pengembangan sebuah produk. 
 
Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Bidang Kerja Sama dan Alumni, Paripurna P. Sugarda mengungkapkan kelemahan inventor Indonesia begitu mendapatkan penemuan yang punya kebaruan, mereka tidak sabar ingin segera dimuat di jurnal. “Kemudian diundang ke mana-mana untuk menjelaskan temuannya dan mendapat penghargaan. Baru kemudian didaftarkan patennya,” ujar Paripurna di Fakultas Teknik UGM, Jumat (24/2/2017). 
 
Menurut Paripurna, kebiasaan tersebut menjadi sesuatu yang akan sangat merugikan bagi para inventor. Dari aspek legal, ia menjelaskan, publikasi penemuan yang belum didaftarkan untuk mendapat hak kekayaan intelektual akan menghilangkan sifat kerahasiaan dari penemuan tersebut dan mempersulit proses permohonan paten.
 
“Ada peneliti yang bilang tidak apa-apa, mereka aman-aman saja, tapi ada hal-hal yang harus di-keep saat memuat penemuan di publikasi sebagai kunci untuk mengajukan permohonan paten. Hukum kita mengatakan bahwa sekali dipublikasikan, maka sifat kerahasiaan penemuan jadi hilang,” jelasnya. 
 
Penjelasan ini ia sampaikan di hadapan para mahasiswa Departemen Teknik Elektro dan Teknik Informatika (DTETI) yang mengikuti kuliah Kapita Selekta bertema Legal Aspect of Business. Pengetahuan terkait aspek-aspek legal, menurutnya, menjadi hal yang tidak kalah penting untuk dipelajari para mahasiswa teknik.
 
“Kalau hanya tahunya persoalan teknis dan teknologi kalian hanya akan jadi pekerja. Setelah ini saya harap kalian bisa berpikir dalam lingkup yang lebih luas, baik dari aspek politik, ekonomi, maupun hukum. Dengan demikian kalian dapat menjadi pemimpin yang hebat, dan saya yakin anda mampu untuk mencapai hal itu,” pungkas Paripurna.
 
Kapita Selekta merupakan bagian dari kurikulum baru DTETI untuk memberi bekal pada mahasiswa saat memasuki dunia kerja. Kegiatan ini diharapkan membuka wawasan para mahasiswa agar lulusan teknik tidak hanya memahami ilmu keteknikan tapi juga memahami global knowledge dan perspektif-perspektif lain.
 
“Ketika orang membangun startup misalnya, 90 persen tenaga dihabiskan untuk mengurusi aspek teknis saja. Padahal kebutuhan untuk memahami aspek non-teknis seperti aspek legal dari bisnis sangat besar,” ujar Ahmad Yuniarto, mantan Chairman Schlumberger Group Indonesia yang bertindak sebagai anggota Advisory Board bagi kurikulum DTETI.
 
Selain membahas aspek hukum dari bisnis, Kapita Selekta juga akan mengangkat tema-tema penting seperti ekonomi digital, perspektif kebijakan publik, serta pembangunan yang berkelanjutan. Melalui pembahasan ini, Ahmad berharap lulusan fakultas teknik dapat benar-benar menunjukkan kontribusi yang nyata bagi bangsa.
 
“Saya harap ini dapat memberikan bekal bagi mahasiswa untuk bisa memahami masalah nyata negeri ini dan sebagai seorang insinyur anda bisa mencari ruang mana untuk memberikan kontribusi yang nyata,” terangnya. 
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author