BPTP Kaltim Monitoring Serangan Hama dan Penyakit

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tim Kegiatan Pengembangan Kawasan Pertanian Berbasis Inovasi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur (BPTP Kaltim) menggelar monitoring serangan tikus, penggerek batang, serta hama keong mas di Poktan Sumber Rejeki Putra, Desa Manunggal Jaya, Kec. Tenggarong Seberang, Kab. Kutai Kartanegara.

Penyebab serangan hama/penyakit ini diprediksi karena cuaca yang kurang menentu serta tanam yang tidak serempak karena sebelumnya sebagian lahan tergenang banjir. Faktor penanaman yang telah lewat musim juga menyebabkan populasi hama meningkat.

Sebagai informasi, populasi tikus meningkat dengan sangat cepat. Tikus dapat hidup satu tahun atau lebih. Dalam satu tahun sepasang tikus bisa berkembang menjadi 500 ekor. Tikus dapat menyerang sejak dari persemaian hingga penyimpanan hasil panen. Biasanya tikus menyerang dari tengah petak sawah hingga tampak gundul, sedangkan bagian tepi disisakan.

Pengendaliannya dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu penanaman serempak maksimal selisih 2 minggu dan mengecilkan ukuran pematang sekitar 30 cm agar tikus tidak mudah membuat sarang. Gropyokan massal (pembongkaran liang tikus) sebaiknya dilakukan saat lahan belum ditanami serta melakukan pembersihan gulma dan semak.

Pengemposan/fumigasi bisa dilakukan dengan cara memasukkan gas beracun misalnya belerang yang dibakar ke sarang tikus menggunakan alat pengempos, dikombinasikan dengan jala untuk menangkap tikus. Selain itu bisa dibuat petak tanaman perangkap yang dipagari plastik dan dilengkapi bubu perangkap.

Tanamlah tanaman berbau tajam, seperti kemangi atau serai yang tidak disukai tikus di sepanjang pematang. Jangan lupa bersihkan jatuhan bulir padi saat panen dan tidak menumpuk jerami sisa panen.

Pemasangan umpan beracun dengan rodentisida merupakan alternatif terakhir. Rodentisida ada yang bersifat racun akut karena membunuh dengan segera, misalnya Timex atau racun kronis yang membunuh dengan perlahan, misalnya Klerat RMB, Phyton K, Phospit.

Penggerek Batang

Penggerek batang padi mampu bertelur hingga 100-600 butir. Telur diletakkan secara berkelompok sebanyak 50-150 telur per kelompok. Telur akan menetas menjadi larva (ulat) sekitar 1 minggu kemudian. Larva inilah yang dapat merusak tanaman padi.

Mekanisme serangan penggerek batang adalah larva masuk dan berkembang dalam batang, kemudian merusak sistem pembuluh tanaman sehingga memutus aliran air dan hara dari akar sehingga banyak bulir hampa.

Serangan penggerek batang padi mengakibatkan kerusakan terjadi pada fase vegetative (sundep), berupa anakan mati dan mudah dicabut. Serta, kerusakan pada fase generatif (beluk) yaitu berupa malai mati, berwarna putih abu-abu, tetap berdiri tegak karena bulir-bulir padi hampa, dan mudah dicabut

Penggendalian penggerek batang untuk daerah endemis, dilakukan penyabitan jerami saat panen serendah mungkin, maksimal 5 cm atau pembenaman tunggul sesegera mungkin setelah panen, untuk menghilangkan ulat atau pupa penggerek yang tertinggal pada batang.

Lakukan penggenangan air selama 1 minggu pada bekas lokasi serangan sebelum kembali ditanami dan pergiliran tanaman untuk memutus daur hidup penggerek batang. Penanaman serempak maksimal selisih 3 minggu dilakukan untuk memutus daur hidup penggerek

Pengendalian dengan musuh alami dilakukan melalui pengambilan kelompok telur dan memeliharanya pada wadah seperti botol air mineral yang diberi lobang. Telur yang menetas menjadi tabuhan Trichogramma dilepas lagi ke lahan. Trichogramma merupakan parasit/musuh alami bagi penggerek batang.

Pengendalian juga bisa dilakukan dengan pemasangan lampu petromak dan bak berisi air dicampur minyak tanah untuk memerangkap ngengat penggerek batang. Pengendalian dengan insektisida dilakukan bila serangan sundep mencapai 10-15% dan hanya dilakukan di tempat serangan agar tidak membunuh musuh alami. Pestisida yang bisa digunakan antara lain Furadan 3G, Spontan 400 WSC, Curaterr 3G, Petrofur 3G, dan Regent 0,3G.

Bila terjadi beluk, penggunaan pestisida sudah tidak efektif. Pengendalian hanya bisa dilakukan dengan mencabut tanaman yang terserang

Keong Mas

Hama keong mas pada umumnya menyerang tanaman pada lahan yang tergenang (ceblung) seperti sawah tadah hujan. Adapun teknik pengendaliannya antara lain dengan mengumpulkan telur dan keong masnya, memasang penghalang plastik pada persemaian, melakukan penyulaman tanam, dan memasang tongkat/kayu sebagai ajir tempat menempel telur keong mas.

Cara pengendalian lainnya dengan membuat parit-parit di sekitar persawahan, melepas bebek, memasang saringan pada saluran masuk, memasang umpan, pengendalian dengan pestisida nabati, pengendalian kimiawi, dan pengaturan pola tanam.

Adapun untuk lahan poktan Sumber Rejeki Putra yang tidak tergenang banjir, pertumbuhan tanaman sangat bagus. Pertanaman padi pada lahan ini sudah memasuki fase generatif.

Rumanti, salah satu anggota Poktan Sumber Rejeki Putra mengatakan untuk pola tanam jajar legowo (Jarwo) 2:1 tingkat serangan hama/penyakit lebih rendah dibandingkan Jarwo 4:1. Meski terdapat serangan hama/penyakit, namun hasil dari jagung dan kacang panjang yang ditanam di pematang bisa untuk menambah kebutuhan rumah tangga.

Pengamatan fase vegetatif yang meliputi pengukuran tinggi tanaman, jumlah daun, serta jumlah anakan telah dilaksanakan oleh Tim BPTP Kaltim, PPL dan POPT BPP Teluk Dalam dari 2 minggu setelah tanam sampai dengan fase vegetatif berakhir. Sedangkan untuk pengamatan fase generatif baru bisa dilaksanakan pada pertanaman yang ada di pinggir karena ditakutkan akan merusak malai yang baru memasuki awal fase ini. (Sumber BPTP Kaltim)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author