BPTP Banten Susun Petunjuk Budidaya Talas Beneng

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Talas Beneng telah terpilih sebagai salah satu komoditas yang didorong untuk peningkatan ekspornya melalui Program Gerakan Tiga Kali Ekspor atau GratiEks. Sebelum dikenal secara luas, Talas Beneng tumbuh secara liar di lereng-lereng dan kaki Gunung Karang, Kab. Pandeglang. Namun lambat laun telah dibudidayakan oleh masyarakat dan kini telah menjadi komoditas ekspor unggulan Provinsi Banten.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten dalam berbagai kesempatan telah melakukan sosialisasi teknologi budidaya Talas Beneng yang baik. Terakhir melalui acara Temu Teknologi dengan tema “Peluang Pengembangan Talas Beneng sebagai Sumber Pangan Alternatif” pada awal September 2020.

BPTP Banten juga memberikan perhatian pada teknologi produksi benih dalam rangka menyiapkan benih unggul komoditas ini. Untuk itu, standar baku produksi benih dan teknologi budidaya Talas Beneng penting untuk disusun dalam rangka mempertahankan dan mewujudkan keseragaman benih sumber yang akan dihasilkan, mutu produk baik daun, batang, maupun umbinya.

Pada Senin (12/10/2020) bertempat di Kampung Talas Beneng, Kecamatan Kaduhejo, Kab. Pandeglang, Kepala Dinas Pertanian Kab. Pandeglang Budi Djanuardi dan Kepala BPTP Banten Ismatul Hidayah sepakat melakukan kerjasama penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) Produksi Benih dan Budidaya Talas Beneng. Kesepakatan tersebut diwujudkan dengan penandatangan Perjanjian Kerja Sama oleh kedua belah pihak.

Juknis tersebut diharapkan selesai pada Bulan November tahun ini agar segera dipedomani sebagai standar baku oleh para masyarakat yang memproduksi benih dan membudidayakan Talas Beneng.

Tim BPTP Banten yang terlibat dalam penyusunan Juknis tersebut adalah para peneliti yang selama ini berkecimpung dalam penelitian Sumber Daya Genetik dengan salah satu fokus pada Talas Beneng, yaitu Zuraida Yursak, Pepi NS, Andy Saryoko, dan Sri Kurniawati.

Talas Beneng telah diakui sebagai varietas lokal unggul nasional asal Kab. Pandeglang dengan telah terbitnya SK Varietas Talas Beneng dari Kementerian Pertanian. Ini adalah salah satu bentuk dukungan BPTP Banten bersama UPT PSBTPHP Distan Provinsi Banten dan Distan Kab. Pandeglang dalam memperjuangkan pelepasan varietas tersebut melalui proses panjang.

Ke depan, sebagai konsekuesi pelepasan varietas tersebut, Pemda Kab. Pandeglang diwajibkan menyiapkan lahan produksi benih sumber dan penguatan petani penangkar benih sumber agar benih yang dihasilkan dan disebarluaskan baik di dalam maupun luar Provinsi Banten merupakan benih yang berlabel yang dikeluarkan resmi oleh UPT PSBTPHP.

Sumber Pangan Alternatif

Banten menjadi salah satu produsen talas di Indonesia. Talas Banten yang terkenal adalah Talas Beneng (Besar dan Koneng) yang berasal dari wilayah Kabupaten Pandeglang. Talas Beneng adalah talas lokal khas yang tumbuh subur dan liar di sekitar Gunung Karang, Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut Kecamatan Karang Tanjung, Kabupaten Pandeglang.

Masyarakat setempat telah mengenal dan memanfaatkan umbi Talas Beneng menjadi berbagai olahan pangan. Bahkan, kini daunnya juga telah bernilai ekonomi yang cukup menggiurkan. Saat ini, Talas Beneng telah dibudidayakan dan telah berkembang ke-11 kecamatan, di antaranya Kecamatan Jiput, Kecamatan Cisata, Kecamatan Mandalawangi, dan Kecamatan Pandeglang.

Potensi produksi Talas Beneng sangat bergantung pada faktor lingkungan berupa tingkat kesuburan lahan dan ketersediaan air, dan cara budidaya petani. Cara budidaya tanaman meliputi aplikasi pemupukan, jarak tanam yang digunakan, sumber/asal benih, dan pemeliharaan tanaman.

Talas Beneng bisa menjadi salah satu sumber pangan alternatif karena memiliki berbagai keunggulan. Diantaranya, setiap saat bisa dipanen, tidak mengenal masa kadaluarsa panen, semakin lama maka akan semakin tumbuh besar. Bahkan hingga umur 2.5 tahun, bobot umbinya bisa mencapai lebih dari 40 kg.

Seperti tanaman kelapa, tidak ada yang terbuang dari bagian tanaman Talas Beneng baik umbi sebagai sumber pangan, batang sebagai sumber bahan pakan ternak, dan daunnya dengan kandungan zero nikotin sehingga menjadi bahan baku rokok herbal. Pemerintah dan pelaku usaha optimis bahwa komoditas ini dapat memberdayakan masyarakat dan meningkatkan pendapatannya.

Ketua Asosiasi Pelaku Usaha Talas Beneng, Ardi Maulana pada Temu Teknologi BPTP Banten pada Rabu (09/09/2020) mengatakan umbi basah Talas Beneng telah diekspor ke Belanda melalui Jawa Timur (Malang). Rata-rata pengiriman 16 ton per minggu. Permintaan ekspor ke Belanda mencapai 70-90 ton/bulan. Harga yang ditawarkan berkisar Rp.1.500 – 2.500/kg.

Tingginya permintaan tersebut, Ardi membuka peluang bermitra dengan petani lainnya. Bahkan saat ini, pihak pengusaha Korea Selatan telah melakukan permintaan umbi sebesar 300 ton/bulan dan belum terpenuhi.

Di dalam negeri, permintaan Talas Beneng juga cukup tinggi. Permintaan di luar wilayah Banten mencapai 190 ton per bulan dan baru terpenuhi sebesar 10 ton. Untuk daun, permintaan ekspor berupa daun kering per bulan mencapai 340 ton. Namun, hingga kini baru terpenuhi sebanyak 18 ton/bulan ke Australia.

Peluang pasar ekspor lainnya adalah permintaan dari Malaysia sebesar 40 ton/bulan dan New Zealand sebeaar 100 ton/bulan. Permintaan ekspor Talas Beneng dalam bentuk gaplek telah dilirik oleh India dan Turki, masing-masing sebesar 50 ton/bulan. (Sumber BPTP Banten)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author