TechnologyIndonesia.id – Dr. Mely Tan Giok Lan atau yang dikenal dengan nama Mely G. Tan menghembuskan nafas terakhirnya di RS Medistra, Jakarta, pada Selasa (30/04/2024) pukul 06.20 WIB dalam usia 93 tahun.
Profesor sebagai ilmuwan di bidang sosiologi ini merupakan penerima Bintang Jasa Nararya (1995) dan Bintang Mahaputera Pratama (2000) dari Presiden Republik Indonesia.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengantarkan salah seorang putri terbaiknya itu untuk menempati peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta pada Jumat (3/4/2024).
Prosesi pemakaman dilaksanakan mulai pukul 15.30 WIB dengan upacara militer dipimpin langsung Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian, yang bertindak sebagai Inspektur Upacara.
Sebelumnya, jenazah Mely G Tan disemayamkan dan dikremasi di Rumah Duka Carolus, Jakarta. Pada pukul 14.00 WIB berlangsung upacara persemayaman yang dipimpin Inspektur Upacara Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH) BRIN, Ahmad Najib Burhani.
Dalam sambutannya, Amarullah Octavian mengatakan, bukan hanya sivitas BRIN saja yang kehilangan, tetapi lebih besar lagi, yakni Bangsa Indonesia.
“Karena beliau merupakan Doktor Sosiologi pertama di Indonesia dan Anggota Komisioner Periode Pertama (1998-2001) Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) di era Presiden B.J Habibie,” ungkapnya.
Lebih lanjut Amarullah juga mengingatkan kepada semua yang hadir agar dapat menjadikannya sebagai suri tauladan yang terus berkarya sebagai peneliti, mendedikasikannya untuk bangsa dan negara hingga akhir hayatnya.
Upacara militer berakhir pada pukul 17.00 WIB, dilanjutkan dengan ungkapan belasungkawa dari perwakilan koleganya, antara lain Harkristuti Harkrisnowo Ketua Guru Besar UI dan pembacaan obituary Prof. Mely G Tan, oleh Kepala OR IPSH BRIN Ahmad Najib Burhani.
Najib menungkapkan, sosok yang terlahir dengan nama Tan Giok Lan pada 11 Juni 1030 ini adalah seorang peneliti, pemikir, pejuang, dan guru kehidupan.
Mely lahir di tengah-tengah keluarga yang sangat mementingkan pendidikan. Tidak heran jika ia menguasai lima bahasa Di setiap jenjang pendidikannya, Mely selalu mendapatkan penghargaan terbaik.
Mely aktif menulis di berbagai media publikasi dalam dan luar negeri. Ia juga aktif di berbagai keanggotaan organisasi profesi dan yayasan.
“Ibu Mely menjadi wanita Indonesia pertama yang mendapatkan gelar Doktor di bidang sosiologi. Beliau juga menjadi orang Indonesia pertama yang mendalami seluk beluk masyarakat Tionghoa,” ungkap Najib.
Sepulang dari studi doktoral di University of California, Berkeley pada 1961, Mely memutuskan menjadi peneliti dan bergabung kembali di Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakaran Nasional (LEKNAS) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), hingga kini bertransformasi ke dalam wadah BRIN.
“Selain menjadi peneliti, Mely juga aktif mengajar di Universitas Atmajaya dan Universitas Indonesia. Penelitian dan karya tulisnya ditumpahkan untuk mendalami etnis Tionghoa, kemiskinan struktural, dan perjuangan dalam perlindungan hak perempuan dan anak. Semoga kita bisa meneruskan perjuangan beliau!” tutup Najib. (Sumber brin.go.id)