Kementerian Riset dan Teknologi dorong industri farmasi lakukan penelitian vaksin flu burung. Sejumlah dana disiapkan dalam rangka meningkatkan produksi vaksin untuk mengurangi ketergantungan vaksin dari luar negeri.
Asisten Deputi Relevansi Program Riptek Kementerian Ristek dan Teknologi, Ir.Ahmad Dading Gunadi, MA Ristek memberikan dana pancingan sekitar Rp2 miliar kepada Biofarma untuk mengembangkan penelitian vaksin yang memakan waktu belasan tahun.
”Nantinya Biofarma melakukan penelitian vaksinnya secara konsorsium dengan perusahaan farmasi lainnya,” kata Dading usai pertemuan antara industri, perguruan tinggi dan Kemenristek di Bandung pekan lalu.
Menurut Dading, Biofarma akan sharing dana sebanyak Rp8 miliar untuk membantu penelitian vaksin tersebut. Dengan begitu Dading mengharapkan ke depannya industri farmasi dapat membiayai penelitian secara mandiri tanpa bergantung pada anggaran pemerintah.
”Kami ingin industri bisa bersama-sama dalam melakukan penelitian dan Kemenristek hanya memfasilitasi. Dan tidak terjadi lagi begitu dana penelitian dari pemerintah berhenti penelitiannya juga terhenti,” katanya.
Tahun ini Kemenristek akan membiayai 285 penelitian dengan jumlah anggaran sebanyak Rp90 miliar yang sebagian besar terdiri dari penelitian prototipe. Hasil penlitiannya akan didistribusikan kepada masyarakat.
Selain industri farmasi, perusahaan yang menerima dana insentif penelitian adalah PT LEN, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia. Insentif penelitian dari Kemenristek juga berbentuk sharing laboratorium, SDM dan bahan baku lainnya.