Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) meluncurkan mobile laboratory Bio Safety Level-2 (BSL-2) varian bus. Peluncuran ini dirangkai dengan roadshow mobile lab BSL-2 ke Kota Yogyakarta, Bali, dan Jombang. Saat ini, Bus tersebut sudah sampai di Bali dan siap dioperasikan di bandara hingga 24 Desember 2020.
Usai seremoni pengoperasian mobile lab BSL-2 di Rumah Dinas Gubernur Jaya Sabha Bali sebelum dioperasikan di bandara, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, laboratorium bergerak yang dibangun di atas kendaraan bus ini merupakan sebuah solusi untuk mengoptimalkan langkah pemerintah, dalam melakukan testing, tracing, treatment, dan detecting. Dengan inovasi mobile lab BSL-2 varian bus maka upaya penanganan Covid-19 khususnya di daerah yang minim lab uji dan pelosok, dapat dijangkau.
“Sesuai dengan konsepnya yang mobile, lab BSL-2 yang dibangun di atas bus ini, menjadi sebuah solusi. Mobile Lab BSL-2 varian bus, tentu lebih mudah menjangkau berbagai wilayah, untuk mendukung pelaksanaan tes swab Covid-19 yang lebih optimal,” kata Hammam dalam gelaran roadshow mobile lab BSL-2 varian bus, sebagai rangkaian giat Bakti Inovasi Teknologi, di Denpasar, Bali, Selasa (22/12/2020).
Roadshow ini menjadi bukti kehandalan mobile lab BSL-2 varian bus dalam menjangkau berbagai wilayah. Roadshow ini dimulai dari Jakarta kemudian tiba di Kota Yogyakarta pekan lalu, dan berlanjut di Bali. Pekan depan, mobile lab BSL-2 direncanakan menuju ke Kota Jombang, lalu kembali lagi ke Jakarta.
“Selama roadshow, mobile lab BSL-2 varian bus ini juga sekaligus melakukan pemeriksaan Covid-19, di kota-kota tujuan. Dengan dilengkapi peralatan yang sesuai standar WHO, mobile lab ini mampu melakukan tes hingga 500 sampel per hari dan hasilnya bisa didapatkan dalam waktu 8-12 jam,” ungkapnya.
Menurut Hammam, mobile lab BSL-2 varian bus merupakan satu platform terintegrasi yang memiliki desain anteroom dan main room, dilengkapi negative pressure, sistem interlock dan sistem kontrol ruang otomatis. Bus ini juga dilengkapi peralatan pemeriksaan specimen seperti biosafety cabinet, Polymerase Chain Reaction (PCR) autoclave dan lain-lain.
“Saya mengistilahkan varian ketiga ini adalah bagian daripada jemput swab test. Bus BSL-2 ini merupakan satu platform terintegrasi. Sebelumnya ada varian kontainer dan trailer yang komponen-komponennya seperti genset masih terpisah,” tuturnya.
Karena lebih lengkap dan terintegrasi, biaya pembuatan satu unit mobile lab BSL-2 varian bus lebih mahal dari varian sebelumnya. Menurut Hammam, harga dari 1 unit BSL-2 varian bus ini antara Rp 6,5 miliar-7 miliar. “Harga tersebut sudah termasuk peralatan PCR yang memang memiliki kemampuan lebih dibandingkan PCR yang ditempatkan di versi sebelumnya. PCR ini kita upaya dengan menggunakan reagen multiplex sehingga bisa meningkatkan jumlah spesimen yang di test di dalam satu batch,” terang Hammam.
Ajang Edukasi
Gelaran roadshow ini merupakan ajang edukasi dan informasi kepada masyarakat luas tentang pentingnya keberadaan fasilitas mobile lab BSL-2 untuk penguatan penanganan pandemi Covid-19, di berbagai wilayah.
“Kami harap sesuai arahan Menristek, Mobile lab BSL-2 varian bus ini dapat diperbanyak di berbagai wilayah. Khususnya yang tinggi angka terdampak pandemi Covid-19, dan di daerah yang tidak memiliki lab uji,” tuturnya.
Lebih lanjut Hammam merinci, Mobile lab BSL-2 varian bus ini dikembangkan dengan beberapa pertimbangan dan perbaikan. Selain itu, juga dilakukan penyempurnaan layout peralatan untuk meningkatkan akurasi data dan keamanan pengujian, serta sistem mekanik touchless pada pintu agar dapat buka tutup otomatis, untuk menghindari kontaminasi.
BPPT sejak Maret 2020 telah mengembangkan tiga versi mobile BSL-2, yaitu tipe kontainer, tipe kontainer/trailer, dan tipe bus. Tipe kontainer menjadi bagian dari inovasi Task Force Riset dan Inovasi Teknologi Penanganan Covid-19 (TFRIC-19) yang diresmikan Presiden Joko Widodo dan telah dioperasikan di RS TNI-AD Ridwan Meuraksa sejak 16 Juni 2020 hingga saat ini.
“Kedua, mobile BSL-2 tipe kontainer plus trailer. Tipe ini memiliki desain yang sama dengan tipe pertama, namun ditambahkan fasilitas trailer. Saat ini pun masih digunakan oleh RS Pertamina Plaju Palembang, atas permintaan dan kerja sama dengan Yayasan BUMN, dan di RS TNI Putri Hijau di Medan, atas dukungan pendanaan dari Kemristek/BRIN,” jelasnya.
Hammam lantas berharap mobile lab BSL-2 varian bus ini bisa menjadi model dan pilihan laboratorium bergerak yang dapat diperbanyak. Ia juga berharap pada 2021 dalam waktu 2 bulan, pihaknya bisa memproduksi 5 atau 6 unit BSL-2 varian bus dengan rentang pengerjaan untuk 1 bus sekitar 26 hari.
“Inovasi mobile lab BSL-2 penting untuk ditempatkan pada beberapa lokasi atau daerah yang membutuhkan, apalagi dalam rangka meningkatkan kapasitas pemeriksaan Covid-19 di berbagai daerah,” pungkasnya.