Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki sumberdaya goethermal (panas bumi) yang sangat berlimpah. Penggunaan teknologi panas bumi dapat mengurangi polusi untuk meminimalisir emisi dan polusi, sebagai reaksi cepat tanggap menanggapi dampak perubahan iklim dunia.
Plt. Kepala Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Wimpie Agoeng Noegroho Aspar menyampaikan hal tesebut saat acara serah terima aset pilot plant Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong dari Kementerian Pendidikan dan Riset pemerintah Jerman (BMBF) melalui Geo Forschungs Zentrum (GFZ) German Research Center for Geosciences kepada Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Kemenristekdikti melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Lahendong, Tomohon, Sulut (21/1/2019).
“Selama ini BPPT telah bekerjasama dengan GFZ dan Pertamina Geothermal Energi (PGE) dalam membangun teknologi geothermal. Ini merupakan konsep geothermal yang berkelanjutan (sustainable geothermal energy),” ungkap Wimpie.
Indonesia juga menjalin kerjasama antara Kemenristekdikti dengan BMBF pada 17 April 2010 tentang pengembangan teknologi panas bumi, serta BPPT dengan GFZ pada Juni 2010, serta BPPT dengan PGE pada 2012.
Wimpie melanjutkan, BPPT siap menerima aset mobile binary pilot plant geothermal ini dan akan mengembangkan proyek selanjutnya dengan PLN dan PGE. Ia berharap hasil kerjasama ini dapat memberikan kontribusi lebih untuk penyediaan tenaga listrik yang dapat digunakan untuk masyarakat dan industri.
Direktur Pertamina untuk Energi Geothermal, Alimundakir mengatakan, serah terima ini merupakan kerjasama yang sangat penting dengan menggunakan teknologi baru yang disediakan oleh GFZ, dalam mekanisme transfer teknologi
“Kami berharap dengan penggunaan temperatur yang rendah dan air panas yang ada, kita bisa menggunakan teknologi ini dengan lebih baik. Aset ini juga bisa digunakan sebagai laboratorium lapangan untuk perguruan tinggi di Manado untuk memanfaatkan teknologi geothermal yang ada,” tuturnya.
Perwakilan GFZ, Ernst Huenges mengatakan, pihak Jerman membangun proyek ini karena Indonesia mempunyai 40 persen sumberdaya geothermal di dunia, yang dapat dioptimalkan untuk masyarakat Indonesia. Proyek ini dapat terus dikembangkan untuk mendukung persediaan listrik sebesar 1 GigaWatt. Pihak Jerman berharap hasil dari teknologi panas bumi ini dapat digunakan oleh mitra-mitra lainnya.
Sementara itu, Bara Hasibuan, anggota Komisi VII DPR RI menyampaikan bahwa momen ini merupakan sejarah bagi Indonesia. Sulawesi Utara merupakan 1/3 dari sumberdaya geothermal yang ada di Indonesia selain di pulau Sumatera dan lainnya.
“Saya berharap di tahun 2025, Indonesia dapat mengefisiensikan penggunaan energi dengan menggunakan energi yang terbarukan. Proyek ini sungguh sangat bermanfaat untuk pulau atau daerah terluar di Indonesia. Saya juga berkomitmen untuk selalu mendukung perkembangan teknologi ini dan berharap energi geothermal akan menjadi sumberdaya energi utama di masa depan,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut dilaksanakan juga penandatanganan kerjasama antara BPPT dengan Universitas Samratulangi, Politeknik Negeri Manado, dan PT Pertamina Geothermal Energy.