Bekasi – Proyek percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bantargebang, Bekasi akan mulai beroperasi pada Juni 2019. Sementara, Badan Pengkajian dan Penarapan Teknologi (BPPT) akan membuat rancangan desain kapasitas pengolahan sampah lebih besar direncanakan selesai dua bulan mendatang.
Yudi Nugroho, Direktur Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTL-BPPT) mengatakan PLTSa Bantargebang menggunakan teknologi termal dengan tipe insinerasi menggunakan tungku jenis reciprocating grate.
“Teknologi tersebut dipilih karena merupakan teknologi yang sudah teruji dan banyak dipakai untuk Waste to Energy di dunia serta ramah lingkungan ,” ujar Yudi Nugroho disela-sela Peresmian PLTSa Bantargebang di Bekasi, Senin (25/3/2019)
Peralatan utama dari PLTSa, lanjut Yudi, terdiri dari empat peralatan utama, yaitu bunker sebagai penampung sampah yang dilengkapi platform dan grab crane dan ruang bakar sistem reciprocating grate yang didisain dapat membakar sampah dengan suhu diatas 850 derajat Celcius sehingga pembentukan zat pencemar udara (dioxin dan furan)dapat diminimalisir.
“Unit PLTSa juga dilengkapi dengan unit pengendali pencemaran udara untuk membersihkan bahan berbahaya yang terbawa dalam gas buang, sehingga gas buang yang keluar memenuhi baku mutu yang ditetapkan,” ujarnya.
Selanjutnya, panas yang terbawa pada gas buang hasil pembakaran sampah, digunakan untuk mengkonversi air dalam boiler menjadi steam untuk memutar turbin menghasilkan tenaga listrik. “Listrik yang dihasilkan 750 kWh per ton dan kapasitas pengolahan capai 100 ton perhari,” papar Yudi.
Pilot Project PLTSa ini juga dilengkapi dengan unit pre-treatment, untuk memilah sampah tertentu yang(dilengkapi dengan alat pengendali polusi), ekonomis, dan bisa digunakan untuk kondisi sampah di Indonesia. “Budaya masyarakat Indonesia masih campuradukkan semua sampah baik organik dan anorganik. Mesin pemilahan sampah nantinya akan menyaring sampah sehingga bisa masuk dalam pengolahan,” ujarnya.
Widyamini Sih Winanti, Kepala Proyek PLTSa Bantargebang mengatakan sumberdaya manusia yang dikerahkan capai 33 orang yang dibagi dalam empat shift. “PLTSa Bantargebang dioperasikan 24 jam nonstop. Saat ini, masih dalam tahap ujicoba dan sekitar Juni ditargetkan dapat hasilkan tenaga listrik,” ujarnya.
Dalam hal ini, kata Mini (panggilan akrab Widyamini), BPPT sudah rencanakan tahapan dari periode konstruksi 2018, dan tahun ini (2019) dimulai pengoperasian bersama BPPT dan Pemprov DKI Jakarta.
Pada 2020, lanjut Mini, akan dilaksanakan proses pinjam pakai BPPT pada Pemrov DKI Jakarta. Dan tahun berikutnya (2021) ditargetkan sudah diserahterimakan pada Pemrov DKI Jakarta.
Sementara itu, Kepala BPPT Hammam Riza menyambut tantangan kedepan untuk menaikkan kapasitas pengolahan sampah menjadi sekitar 1500-2000 ton perhari. “Dalam dua bulan ini desain rancang bangun PLTSa kapasitas besar sudah jadi. Pembangunannya, mudah-mudahan tidak lama karena sudah ada proyek percontohan skala kecil . Kan, untuk PLTSa Bantargebang ini saja termasuk cepat,” ujarnya.
Hamman mengatakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) PLTSa yang dirancang BPPT cukup tinggi, yaitu sekitar 65 persen. “Hanya mesinnya saja yang diimpor dari luar,” ujarnya.