Operasi Modifikasi Cuaca Hari Pertama di Jawa Tengah Habiskan Lima Ton Bahan Semai

TechnologyIndonesia.id – Pesawat Cessna Caravan Smart Aviation berlogo Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) diterbangkan dari Bandara Ahmad Yani, Semarang pada Sabtu (25/10/2025). Pesawat ini membawa misi Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk menangani banjir yang melanda Kota Semarang dan sekitarnya.

Pesawat itu mengudara atas perintah Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto yang menilai bahwa penanganan bencana banjir di wilayah Semarang dan sekitarnya perlu didukung dengan Operasi Modifikasi Cuaca. Operasi ini melibatkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), TNI, serta BPBD Provinsi Jawa Tengah turut terlibat.

Selain mempercepat penanganan darurat, metode ini juga menjadi support system antara pemerintah pusat dan daerah, sebagai upaya antisipasi dan mitigasi agar dampak bencana hidrometeorologi basah di Jawa Tengah dapat dicegah atau setidaknya dikurangi.

Habiskan Lima Ton Bahan Semai

Secara teknis, pesawat dengan kode registrasi PK-SNM itu ditugaskan membawa bahan natrium klorida (NaCl) dan kalsium oksida (CaO) untuk disemai di atas awan konvektif pada ketinggian antara 4.000 hingga 12.000 kaki. Awan konvektif inilah yang membawa kandungan air dan berpotensi menurunkan hujan.

Melalui metode tersebut, awan konvektif dipicu untuk menurunkan hujan lebih awal dengan harapan hujan jatuh di wilayah lain yang lebih aman (seperti laut atau hutan hujan) di luar area terdampak banjir, termasuk wilayah hulu sungai.

Sebab, percepatan penanganan banjir seperti di Kota Semarang membutuhkan cuaca cerah yang konsisten, tanpa terbayangi awan, hujan, maupun air kiriman.

Pada penerbangan pertama, pesawat bermesin tunggal itu mengudara di wilayah perairan selatan Yogyakarta–Jawa Tengah. Bahan semai NaCl sebanyak satu ton ditaburkan dari ketinggian 8.000–12.000 kaki. Berdasarkan monitoring radar, di wilayah tersebut terdapat bibit awan konvektif yang bergerak ke utara dan berpotensi menurunkan hujan sedang hingga lebat di daratan.

Pemutusan suplai awan konvektif kembali dilakukan pada sortie kedua dengan total bahan semai NaCl sebanyak satu ton pada ketinggian yang sama, yakni 8.000–12.000 kaki. Area semainya masih berada di perairan selatan Yogyakarta–Jawa Tengah.

Kemudian pada sortie ketiga, pesawat menabur bahan semai CaO sebanyak satu ton di wilayah selatan Semarang pada ketinggian 4.000–8.000 kaki. Berikutnya, untuk sortie keempat, sebanyak satu ton NaCl disemai di atas langit perairan Rembang dan sekitarnya pada ketinggian 8.000–10.000 kaki.

Selanjutnya, pesawat kembali mengudara sekitar pukul 20.30 WIB. Sasarannya kembali ke wilayah perairan selatan Yogyakarta–Jawa Tengah. Bahan semai NaCl sebanyak satu ton kembali ditaburkan setelah kumpulan awan konvektif terpantau di radar.

Penerbangan kelima itu sekaligus menutup rangkaian misi OMC pada hari pertama dengan total penggunaan lima ton bahan semai. OMC akan dilanjutkan pada Minggu (26/10/2025).

Secara operasional, OMC Jawa Tengah ini dilaksanakan mulai pukul 07.00 hingga 21.00 WIB sesuai dengan Notice To Air Mission (NOTAM) yang dikeluarkan AirNav Bandara Ahmad Yani, Semarang. Kendati demikian, misi dapat diperpanjang hingga 24 jam bergantung pada potensi cuaca dan kondisi pertumbuhan awan yang dipantau BMKG.

Potensi Cuaca ke Depan

Selama hari pertama pelaksanaan OMC, radar pemantau cuaca BMKG mencatat hujan turun merata di wilayah Jawa Tengah bagian utara dan selatan. Berdasarkan akumulasi per enam jam secara spasial, hampir seluruh pesisir utara Jawa Tengah mengalami hujan masif pada hari ini.

Hingga pukul 21.45 WIB, radar cuaca BMKG tidak mendeteksi adanya pertumbuhan awan yang berpotensi memicu hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Namun, potensi awan hujan dapat kembali muncul pada pukul 04.00–07.00 WIB pada Minggu (26/10/2025), di wilayah selatan Jawa Tengah.

BMKG juga telah menyampaikan kabar yang patut diwaspadai sebagai peringatan dini. Pada Selasa (28/10/2025) potensi curah hujan diperkirakan kembali menguat dan bersifat sporadis. Artinya, hujan berpotensi turun secara tidak merata, acak, dan tidak mengikuti pola waktu yang jelas.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author