Tata Kelola Air Kunci Integrasi Pertanian dan Perikanan di Lahan Rawa

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengubah lahan rawa agar lebih produktif dan bisa menghasilkan. Ternyata, kelola air menjadi kunci utama.

Pekan ini di Desa Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel) telah dilaksanakan panen ikan di Demfarm Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian melalui Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) sebagai penanggung jawab. Rangkaian kegiatan bertema “Syukuran Panen Padi di Lokasi #SERASI di Desa Jejangkit Bersama Bapak Gubernur Kalimantan Selatan” dimulai dari tanam padi, panen ikan lele, hingga panen padi.

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalsel Ir. Syamsir Rahman, MS dibutuhkan perencanaan yang matang dalam pengelolaan rawa.

“Tidak bisa hanya asal-asalan karena itu hanya sia-sia. Dulu jejangkit ini dikatakan tidak mungkin bisa menghasilkan apa-apa selain penghasil asap. Ini merupakan pembuktian bahwa Jejangkit bisa diubah menjadi lahan yang menghasilkan,” ungkapnya.

Kegiatan ini merupakan perpanjangan dari kegiatan Hari Pangan Sedunia, bersama Kementan selama 3 tahun kedepan Jejangkit akan tetap di pantau dan dikelola melalui program #SERASI. Terbukti sekarang ini ada 322 hektare lahan yang dipanen saat ini hingga 1 bulan kedepan, dengan varietas Inpara 2 besutan Balitbangtan dan pengelolaan pertanian terpadu, beras yang dihasilkan pun memuaskan, karena menurutnya Inpara 2 ini adalah varietas yang cocok ditanam di lahan rawa.

Peneliti Balittra Dr. Wahida Annisa yang merupakan Tim Budidaya Ikan mengatakan, ini merupakan kegiatan integrasi pertanian dan perikanan dimana ketika tata kelola air nya sudah bagus, maka kualitas air yang masuk ke lahan pun juga akan bagus. Ikan merupakan indikator pencemaran dan kualitas air di habitat sekitar hidupnya. Jika kualitas air nya tidak bagus, maka ikan-ikan akan mati keracunan. Adapun ikan yang dibudidayakan ini diantaranya Ikan Lele, Ikan Gabus, Ikan Betok (Papuyu) yang merupakan ikan-ikan khas rawa.

“Pakan ikan ini tidak sembarangan, bisa dikatakan ini ikan berstandar SNI, aman dikonsumsi karena terjaga asupan gizi ikannya. Ikan lele yang dipanen berumur 3 bulan, dengan berat 1 kg untuk (7-8) ekor ikan lele. Untuk ikan gabus dan papuyu akan dipanen 1-2 bulan lagi,” kata Wahida.

Gubernur Kalsel Syahbirin Noor terlihat antusias saat panen ikan. Setelah tanam padi Paman Birin langsung menuju lokasi Demfarm Ikan dan langsung menjaring ikan-ikan dengan diawali membacakan sholawat. Dalam sambutannya Syahbirin mengatakan tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha. Dengan berbagai upaya yang kuat serta kemauan yang tinggi dan diiringi doa, tidak menutup kemungkinan Kalsel kedepan bisa dijadikan penyangga pangan untuk ibukota baru nanti yang rencananya akan pindah ke Kalimantan Timur. (Vika Mayasari/Astria Meilianti).

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author