Longsor Ponorogo Berpotensi Banjir Bandang

alt
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati (tengah), dalam konferensi pers pada Selasa (11/4/2017) di Gedung Pusat UGM, Yogyakarta (Foto Humas UGM).
 
Technology-indonesia.com – Jumlah korban bencana longsor di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur semakin bertambah akibat longsor susulan yang menerjang pada Minggu (9/4/2017). Selain risiko longsor susulan, ada potensi terjadi banjir bandang di wilayah sekitar lokasi bencana tanah longsor.
 
“Biasanya kalau sudah terjadi banyak longsor, selang beberapa saat disusul banjir bandang dan skala kematian bisa berlipat. Kami ingin menghindari kejadian banjir bandang ini. Ini tidak harus menjadi kebiasaan, karena hal ini bisa dicegah,” ujar Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers pada Selasa (11/4/2017) di Gedung Pusat UGM, Yogyakarta.
 
Menurut Dwikorita, banjir bandang yang mengikuti bencana longsor sangat berbahaya karena mengandung endapan longsor berupa bebatuan dan pepohonan yang dapat menghancurkan pemukiman warga. Melihat kejadian banjir bandang di Indonesia, ia mengidentifikasi beberapa gejala awal terjadinya banjir bandang, seperti bertambahnya ketinggian air sungai serta  perubahan kondisi air menjadi lebih keruh dengan membawa muatan pasir dan kerikil.
 
“Tanda-tanda ini harus diwaspadai bersama. Semoga peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di Indonesia,” jelas Rektor UGM.
 
Seminggu sebelumnya, Rektor UGM memimpin tim mitigasi bencana longsor UGM di Banaran, Pulung, Ponorogo. Dwikorita langsung terjun ke lokasi bencana yang merenggut korban 28 orang tersebut untuk mencari fakta riil di lapangan. Tim dari berbagai bidang ilmu ini melakukan analisis dan mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya longsor susulan baik di lokasi kejadian atau wilayah lain di Ponorogo. Tim juga membantu pemetaan lokasi relokasi bagi warga terdampak bencana dengan menggunakan drone.
 
Berdasarkan pengamatan, Dwikorita menjelaskan bahwa karakteristik lereng di lokasi bencana dengan bentuk lurusan yang memotong menunjukkan gejala rawan bencana longsor dan hanya tinggal menunggu adanya proses pemicu. Ia menyebutkan air hujan sebagai salah satu pemicu yang mengakibatkan terjadinya longsor di wilayah tersebut. Meski demikian, peristiwa longsor belum tentu terjadi langsung setelah turun hujan, karena perlu proses bagi air hujan untuk meresap ke tanah. Karena itu untuk mengurangi resiko terkena longsor, ia mengingatkan agar warga tidak langsung kembali ke daerah rawan longsor setelah terjadinya hujan.
 
“Tidak selalu begitu hujan terus langsung runtuh, karena bisa saja longsornya baru terjadi beberapa jam sesudahnya. Karena itu selesai hujan jangan langsung ramai-ramai kembali,” ujarnya.
 
Dwikorita menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap lereng-lereng yang rawan bencana, termasuk di lokasi yang baru saja mengalami longsor. Sebab longsor yang berhenti di lahan miring masih mungkin berlanjut dan mengalami longsor susulan.
 
“Siapa pun jangan sampai berada pada lokasi yang habis longsor, kecuali orang ahli yang sudah dilengkapi perlengkapan untuk menyelamatkan diri. Yang harus dilakukan adalah meningkatkan kewaspadaan. Saatnya mengalah dulu dengan alam, untuk sementara waktu meninggalkan tempat-tempat yang rawan,” papar Dwikorita.
 
Anggota tim mitigasi bencana UGM, Bagus Bestari Kamarullah menyebutkan ketidaktahuan akan risiko pasca longsor sering kali memicu jatuhnya korban yang lebih besar.
 
“Bencana susulan sering kali berisiko menelan korban lebih daripada bencana yang pertama. Karena saat bencana pertama masyarakat yang ingin menolong atau mencari keluarganya berkumpul di situ tanpa mengetahui barang kali ada risiko yang cukup besar,” ujarnya.
 
Ia kembali menekankan pentingnya pemahaman akan risiko bencana serta kewaspadaan dari berbagai pihak terkait, baik dari masyarakat sekitar maupun para relawan atau petugas yang terlibat dalam proses evakuasi.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author