Kemenristekdikti Dukung Penelitian Aviation Biofuel

alt

Senior Aviation and Environment Expert ICAO, Wendy Aritenang (dua dari kiri) dan Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kemenristekdikti, Kemal Prihatman (paling kanan) dalam Technical Workshop on Aviation Biofuel di Jakarta
 
Jakarta, technology-indonesia.comInternational Civil Aviation Organization (ICAO) mentargetkan penurunan emisi dari penerbangan internasional yaitu Carbon Neutral Growth pada 2020. Selanjutnya target 2050 tercapai penurunan emisi hingga 50% dari tingkat emisi pada 2005. Salah satu upaya penurunan tingkat emisi penerbangan internasional adalah penggunaan aviation biofuel atau bioavtur.
 
Senior Aviation and Environment Expert ICAO, Wendy Aritenang mengatakan penurunan emisi penerbangan internasional bisa dilakukan dengan berbagai opsi. Misalnya membuat pesawat yang lebih efisien, efisiensi operasional dengan memilih rute penerbangan yang lurus, penggunaan biofuel untuk penerbangan, maupun penerapan carbon offset. Salah satu regulasi bagi maskapai yang ingin terbang ke Amerika Serikat adalah menggunakan bioavtur.
 
“Kita harus mendorong agar dunia penerbangan Indonesia menggunakan bahan bakar pesawat berjenis biofuel dalam rangka mengurangi emisi, agar setelah tahun 2020 tidak ada lagi kenaikan emisi karbon” Ujar Wendy dalam Technical Workshop on Aviation Biofuel di Jakarta pada Senin (10/4/2017).
 
Dalam dokumen NDC (National Determined Contribution) yang telah disampaikan pada UNFCCC (United National Framework Convention on Climate Change) pada akhir 2016, Indonesia mentargetkan penurunan emisi sebesar 29% pada 2030. Komitmen ini merupakan penyempurnaan dari target sebelumnya sebesar 26% pada 2020. Karena itu Wendy mendorong serta mendukung  agar Indonesia bisa terus mengembangkan teknologi alternatif yang ramah lingkungan khususnya biofuel penerbangan.
 
Saat ini masih sedikit penelitian mengenai aviation biofuel. Secara teori, bioavtur dapat diproduksi melalui beberapa metoda dan berbagai bahan baku. Namun kelaikannya tergantung dan ditentukan oleh berbagai aspek antara lain isu keberlanjutan, ketersediaan bahan baku, tingkat kesiapan teknologi dan kelayakan ekonomi.
 
Menurut Wendy teknologi bioavtur berbeda dengan biofuel untuk kendaraan darat. Titik beku bioavtur harus -47derajat celcius. “Selain itu, kita tidak boleh memodifikasi pesawat maupun engine-nya. Kalau kita bisa membuat biofuel harus persis sama dengan kebutuhan yang mereka pakai,” terangnya.
 
Indonesia pada dasarnya memiliki bahan baku yang potensial untuk produksi biofuel. Sayangnya hingga saat ini belum ada upaya yang sungguh-sungguh dan terkoordinasi untuk mewujudkan industri biofuel untuk penerbangan. 
 
Hal ini mendorong Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggulirkan kebijakan dan program untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan biofuel (termasuk bioavtur) dari produksi dalam negeri dan potensi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan Internasional. 
 
Technical Workshop on Aviation Biofuel ini merupakan langkah permulaan Kemenristekdikti melalui Direktorat Lembaga Penelitian dan Pengembangan, Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti bekerja sama dengan Dirjen Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, serta didukung ICAO Environment Project.
 
Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kemenristekdikti, Kemal Prihatman mengatakan workshop bertujuan membangun kesadaran/pengetahuan dan koordinasi antara pemerintah dengan pemangku kepentingan sektor penerbangan lainnya. Terwujudnya industri biofuel untuk penerbangan hanya bisa dimungkinkan apabila ada sinergi positif antara pihak pemerintah, lembaga penelitian, produsen biofuel, dan para pengguna aviation biofuel yaitu pihak operator penerbangan.
 
“Direktorat Kelembagaan Iptek Dikti mempunyai Pusat Unggulan Iptek yang memiliki kemampuan mengembangkan biofuel. ICAO memiliki informasi peluang kerjasama internasional maupun nasional untuk bisa meningkatkan pemanfaatan biofuel khususnya untuk penerbangan,” terang Kemal.
 
Workshop dihadiri  kalangan pemerintah, Lembaga Penelitian dan Perguruan Tinggi, pihak AirBus dan FAA (Federal Aviation Administration – USA ) yang telah melakukan beberapa penelitian aviation biofuel. Lembaga Penelitian yang hadir selain Lembaga Litbang yang tergabung dalam Pusat Unggulan Iptek juga diikuti oleh Lembaga Litbang yang telah melakukan penelitian terkait Biofuel atau Biomassa.
 
“Pada prinsipnya Kemenristekdikti mendukung secara keseluruhan untuk bagaimana bisa mengimplementasikan pemanfaatan biofuel untuk penerbangan. Direncanakan tahun 2020 sekitar tiga persen. Targetnya, tahun depan kita akan support kegiatan riset bersama fokus untuk untuk energi baru terbarukan,” pungkasnya.
 
Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author