Mobil Irit ITB Melesat Di Malaysia

Mobil besutan mahasiswa Indonesia tidak hanya jago kandang. Mau bukti? Sebuah koran nasional memberitakan keberhasilan putra bangsa dengan kesuksesannya memacu kecepatan di arena balap. Kendaraan hemat energi ini dirancang di Institut Teknologi Bandung (ITB) dan berhasil mencetak hattrick pada kejuaraan Shell Eco-Marathon (SEM) Asia 2012 di Sepang International Circuit, Kuala Lumpur, Malaysia, 4-7 Juli lalu.

Mobil irit ini meraih tiga penghargaan yaitu tim Cikal Cakrasvarna menjadi juara pertama pada kelas bahan bakar bensin, tim Cikal Cakrawala sebagai runner-up untuk kelas bahan bakar baterai lithium, dan tim Cikal Diesel sebagai runner-up pada kelas bahan bakar diesel alternatif.

Tim Cikal Cakrasvarna berhasil menjadi yang teririt dengan konsumsi bahan bakar bensin 196 km/liter, tim Cikal Cakrawala meraih posisi kedua dengan konsumsi energi 75 km/kWh, serta Cikal Diesel dengan konsumsi bahan biodiesel 149 km/liter.

Menurut Manajer Cikal Cakrasvarna Peter Lukito Ferdian, prestasi ini merupakan hasil kerja keras para mahasiswa dari beberapa multidisiplin yakni Teknik Mesin, Teknik Elektro, Elektro Power, Elektro Telekomunikasi, Desain Produk, Desain Interior, Teknik Industri, Teknik Penerbangan, dan Teknik Material.

“Shell Eco-Marathon merupakan sebuah kompetisi yang menantang para pelajar di seluruh dunia untuk membuat sebuah kendaraan ultrahemat energi,” ujar anggota tim Cikal Cakrawala, Febri Arwan Nugraha, di Gedung Annex ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, kemarin.

Menurut dia, dalam kompetisi ini dilombakan sejumlah mobil rancangan mahasiswa dan pelajar dengan berbagai jenis bahan bakar untuk menempuh jarak terjauh dengan jumlah bahan bakar tertentu. Bahan bakar yang digunakan antara lain baterai lithium, diesel, etanol, fame, bensin, GTL (gas to liquid), hidrogen, dan energi surya.

“Kemenangan ini menjadi sebuah harapan baru dalam pengembangan mobil listrik nasional. Prestasi ini akan terus dipertahankan dan dikembangkan hingga nantinya ajang ini bukan hanya kompetisi, tapi mewujudkan ide-ide menjadi kenyataan,” jelasnya.

Kunci keberhasilan tim ITB menjuarai kompetisi yang dimulai pada 1993 di Amerika Serikat itu adalah pelumasan yang baik pada kendaraan dan cara mengemudi. Mahasiswa jurusan Teknik Mesin ITB tingkat akhir itu berharap dukungan maksimal dari ITB dalam bimbingan teknis maupun pendanaan untuk mengirimkan peserta ke kompetisi SEM setiap tahun, karena selama ini mahasiswa berpartisipasi dalam kejuaraan tersebut secara swadaya.

“Masa persiapan untuk merakit kendaraan membutuhkan waktu enam bulan, sedangkan setahun sebelumnya sudah mulai mencari sponsor. Untuk setiap unit mobil dibutuhkan biaya Rp60-80 juta,” ujar Peter.

Selain ITB, tim dari Indonesia yang berjaya adalah tim Sadewa dari Universitas Indonesia (UI) pada kategori urban gasoline dengan konsumsi bahan bakar bensin 152 km/liter. Tim ITS 2 dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dengan konsumsi bahan bakar biodiesel 167 km/liter yang menjadi juara dua kategori urban fame.

Pada kompetisi SEM,yang diikuti 124 tim dari 18 negara ini, kendaraan hasil karya setiap tim mengelilingi sirkuit sebanyak empat putaran. Pemenang kejuaraan dari setiap kategori adalah tim yang mampu melaju dengan jarak terjauh menggunakan bahan bakar paling sedikit.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author