BRIN Kembangkan Mesin Produksi Nano Biopestisida Berbasis Minyak Atsiri

TechnologyIndonesia.id – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Tepat Guna (PRTTG) telah berhasil mengembangkan mesin produksi Nano Biopestisida berbasis minyak atsiri seperti seraiwangi dan eukaliptus.

Periset dari Pusat Riset Perkebunan BRIN, Rita Noveriza menyampaikan bahwa mesin prototipe dengan kapasitas 20 liter per proses telah berhasil diuji kinerjanya.

Proses produksi Nano Biopestisida menggunakan teknik nano emulsifikasi spontan dalam tiga tahapan: pengadukan fase organik, fase air, dan fase minyak ke air pada waktu dan kecepatan tertentu.

“Hasil uji coba mesin pada hari ini menunjukkan mesin beroperasi dengan baik meskipun ada beberapa kekurangan pada tangki pengaduk 1 dan proses tahap tiga. Secara umum, larutan emulsi yang dihasilkan memiliki morfologi dan kekentalan yang baik dengan warna putih susu,” ungkap Rita.

Meski demikian, Rita menekankan perlunya analisis lanjut terkait ukuran partikel nano emulsi dan stabilitas emulsi di laboratorium untuk memastikan kualitas yang optimal.

Selain itu, Suparlan, periset lain dari PRTTG BRIN, menambahkan bahwa mesin ini menggunakan sistem pengaduk tipe rotor stator dengan durasi pengolahan per proses sekitar 1 jam.

“Dalam menghidupkan alat pengaduk pertama dan mengatur putarannya sekitar 1000 rpm, kemudian memasukkan minyak eucaliptus atau serai wangi ke dalam tabung kecil dan diikuti dengan memasukkan larutan terpentin dan tween 80 ke dalam tabung pencampur pertama (tabung kecil). Proses pengadukan dilakukan selama kurang lebih 15 menit,” ungkap Suparlan.

Lebih lanjut Suparlan jelaskan, dalam menghidupkan alat pengaduk kedua pada tabung besar dan mengatur putarannya yaitu sekitar 1500 rpm, memasukkan aquades yang sudah disiapkan dengan jumlah volume tertentu ke dalam pencampur besar, kemudian ditambahkan larutan gliserol.

Campuran larutan dari tabung pencampur pertama (tabung kecil) kemudian dialirkan ke dalam tabung pencampur kedua (tabung besar) dengan laju aliran tertentu menggunakan suatu pompa.

Proses pengadukan pada tabung pencampur kedua dilakukan selama kurang lebih 45 menit. Setelah proses pencampuran selesai, larutan hasil pencampuran dimasukkan ke dalam drigen yang berkapasitas 20 liter untuk disimpan dan dianalisa mutunya.

“Durasi pengolahan per proses sekitar 1 jam. Hasil pencampuran sudah cukup baik, namun untuk mengetahui kualitas hasil pencampuran terkait homogenitas dan ukuran partikel larutannya menunggu hasil uji laboratorium,” jelas Suparlan.

Program ini, yang dikenal dengan nama Percepatan Riset dan Inovasi ORPP, telah dimulai sejak September/Oktober 2023 dengan melibatkan 11 orang periset dari berbagai unit di BRIN seperti PR Tanaman Perkebunan dan PR Tanaman Hortikultura.

Dengan adanya mesin produksi ini diharapkan dapat meningkatkan ketersediaan Biopestisida berbasis minyak atsiri untuk mendukung pertanian dan perlindungan tanaman secara lebih efektif di Indonesia.

Sesi penutup Suparlan sampaikan bahwa tim periset yang terlibat dalam program/kegiatan ini adalah gabungan periset dari; PRTTG-BRIN, PR Tanaman Perkebunan-BRIN, dan PR Tanaman Hortikultura-BRIN yang berjumlah 11 orang. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author