Kemenristek Sebagai Komando Kendaraan Massal Berbasis Massal

Jakarta- Di tengah munculnya permasalahan beban subsidi dan konsumsi BBM yang semakin meningkat, ditambah isu mengenai pemanasan global akibat emisi karbon yang kian masif menggaris bawahi atas perlunya pengembangan mobil listrik. Indonesia pada 2014 diharapkan sudah siap dengan fondasi pengembangan mobil listrik secara terintegrasi dan mulai diproduksi tahun 2015..

Sementara negara-negara berkembang lainnya, seperti Tiongkok, Brasil, Meksiko, dan Malaysia sudah mengantisipasi kelangkaan bahan bakar minyak sejak beberapa tahun lalu dengan mengembangkan mobil listrik. Pada tahun 2014, Malaysia telah menjadikan tahun ini sebagai tahun listrik. Pada kuartal pertama, Mitsubishi Malaysia meluncurkan Mitsubishi-MIEV. Sementara beberapa negara maju umumnya menetapkan tujuan jangka menengah, kendaraan listrik diharapkan mampu memenuhi 20% dari seluruh armada kendaraan penumpang pada 2030, atau sekitar 30 juta kendaraan listrik.

Beberapa lembaga riset di Indonesia pun sebenarnya sudah mengembangkan mobil listrik sejak lebih kurang 10 tahun lalu. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan beberapa perguruan tinggi telah menghasilkan beberapa prototipe kendaraan berbasis listrik. Namun, penelitian lembaga tersebut kurang maksimal, karena masih minimnya dukungan pendanaan.

Program Kendaran Massal berbasis listrik yang tengah dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi, lebih memperkuat aspek pengintegrasian kegiatan penelitian yang sudah dilakukan beberapa lembaga litbang dan perguruan tinggi. Mekanisme ini akan meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran, dan lebih dapat memprioritaskan kebutuhan serta kemampuan unggulan masing-masing lembaga litbang dan perguruan tinggi. Roadmap  produksi massal mobil listrik ditargetkan selesai pada tahun 2018.

Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta  menjelaskan, “Prototipe kendaran massal  berbasis listrik itu,telah mencapai tingkatan produksi siap pakai sebagai kendaraan on the road dan terbukti sangat baik digunakan untuk keperluan transportasi darat.”pada rapat komisi VII DPR RI, Gedung Nusantara I, Senayan Jakarta beberapa waktu yang lalu.

“Kemenristek, LIPI sedang melakukan riset pengembangan dan penyempurnaan produk di Markas Besar Pusat Penelitian dan Pengembangan Iptek, Serpong, di samping berkoordinasi dengan kementerian terkait dan sejumlah pelaku usaha untuk mempersiapkan penyempurnaan teknologi, regulasi dan fasilitas produksi serta mekanisme persaingan usaha yang sehat agar bus listrik nasional dapat diproduksi secara massal,” tegasnya.

Deputi Bidang Pendayagunaan IPTEK, Kementerian Ristek, Pariatmono, memaparkan, “Saat ini Ristek dan LIPI telah berhasil membuat 8 prototipe bus, berpenumpang 20 orang.” Lebih lanjut, “ Sebagian besa komponennya masih import, hanya rancang bangun dan karoserinya yang berhasil dibuat oleh Indonesia

Proses memperbanyak prototipe ini merupakan langkah maju, karena dengan semakin banyak berlatih, maka kemampuan SDM Indonesia akan semakin terasah dan terlatih. Selain itu seluk beluk pemodelan, dan kesiapan vendor mensupplai bahan baku, akan menekan biaya produksi pembuatan bus listrik menjadi jauh lebih efisien. Demikian ungkap Pariatmono, dalam wawancara dengan Technology Indonesia, 29 April lalu

Rencananya bus listrik ini akan dijalankan di lingkungan Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Alasannya adalah untuk memudahkan wisatawan berkeliling di area tersebut dan sekaligus tidak mudah dalam pengungsian ulang batere


Perkembangan Bus Listrik

Kementerian Riset dan Teknologi  bekerjasama dengan Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesa membuat bus ukuran sedang berwarna merah cerah. bus listrik nasional tidak memiliki knalpot, tidak menggunakan BBM dan olie mesin hingga tidak ada emisi buangnya.

Bus tersebut mampu membawa 15-17 orang dengan kecepatan maksimal 100 kilometer perjam serta mampu berjalan sejauh 150 kilometer dengn sekali pengisian baterai 500 Ampere. Batere yang digunakan adalah batere Lithium (LifePO4) yang memutar motor listrik penggerak roda.

Bus ini memeriahkan peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Harteknas) 2012 di Bandung. Perbedaan mendasar antara mobil listrik dan mobil konvensional terletak pada sistem penggeraknya yang 100 persen berbeda secara konsep, jika mobil konvensional menggunakan engine, mobil listrik menggunakan motor listrik.  Pada mobil konvensional, dalam mesin terjadi proses pembakaran sehingga menimbulkan suara bising, pada mobil listrik, motornya menggunakan energi listrik dari baterai sehingga menimbulkan suara. Spesifikasinya adalah menggunakan motor tipe Brushless DC motor, nominal voltage 320 VDC, peak power 147 HP/110 KW, max motor RPM 5000, peak tourque 300Nm, controller 280-380 VDC/600 A, baterry pack lithium battery (lifePo4), VDC/24 A.

Peneliti yang memimpin riset untuk bus listrik LIPI, Abdul Hapid, mengakui biaya pembuatan prototipe minibus listrik ini terbilang besar, mencapai sekitar Rp 1,5 Miliar, sementara harga pasaran minibus “on the road” dengan bahan bakar minyak (BBM) hanya berkisar Rp 300-350 juta per unit.

Spesifikasi

Motor Type                  : Brushless DC Motor

Nominal Voltage          :30 VDCC

Peak Power                 : 147 HP/110 kw

Max Motor RPM          : 5000

Peak Torque               : 300 Nm

Controller                    : 280-380 VDC/600 A

Battery Pack                : Lithium Battery (LifePO4)

320 VDC/160 ah

Charger                       : Input 220 VAC dari output VDC/24 A

Performance               : 100 km/h

150 km/charge

Bus listrik lainnya yang dikembangkan adalah Bus Ahmadi. Bus ini diluncurkan oleh PT Sarimas Ahmadi Pratama yang merupakan pabrik mobil listrik. Dengan kapasitas mesin, berdaya listrik 60 kwh. Sekali charge atau pengisian baterai hingga penuh dapat digunakan untuk menempuh jarak sekitar 200 kilometer. Kecepatan maksimuM adalah 150 km/jam, apabila digunakan di jalanan kota, rata-rata sekitar 50 kmh.

Stasiun Pengisian bahan bakar umum (SPBU) membutuhkan area besar sekitae 1×1 meter dengan dana yang diperlukan sekitar Rp 20 juta. Pemerintah sudah memberikan banyak insentif dan kemudahan untuk mobil murah (low cost green car/LCGC). Mobil listrik semestinya mendapatkan insentif karena jauh lebih hemat energi jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak.

Perjalanan Mobil Listrik

Perkembakangan riset dan pembuatan prototipe mobil listrik  di Indonesia sudah berlangsung dari dari tahun 2010, dan bertambah agresif pada dua tahun terakhir. Lembaga riset pemerintah, perguruan tinggi, sekolah perguruan tinggi, pribadi dan swasta telah melakkan riset dan membuat prototipe mobil listrik. Sementara itu pabrikan mobil dunia, Toyota, Honda, BMW, Mercedez Benz, bahkan China telah meluncurkan mobil hybrid yang berhasil dilempar di pasaran.

Dalam kurun waktu 1997 hingga 2005, LIPI telah membuat beberapa mobil listrik untuk kegunaan khusus Marlip. Mobil listrik ini digunakan di lapangan golf dengan menggunakan penggerak motor listrik DC Series. Pada tahun 2008, LIPI juga meluncurkan  beberapa prototipe riset sedan hibrid.

Tahun 2010 LIPI telah menghasilkan satu mobil hasil konversi dari kendaraan motor bakar ke kendaraan berpenggerak listrik. Konversi dilakukan pada Toyota Kijang keluaran tahun 1990 dengan daya motor listrik 52 HP dan torsi maksimum 156 NM. Kendaraan tersebut sampai saat ini masih digunakan sebagai kendaraan operasional kantor dengan pengoperasian telah mencapai 35.000 km.

Pada tahun 2010, LIPI berkolaborasi dengan PT Signal Kustom Built berhasil membuat prototip konsep mobil listrik sport SKEV 1 untuk lomba di acara Djarum Black AUTOBLACKTHROUGH 2010 dan berhasil  menjadi juara. Pada tahun 2011,  LIPI kembali berkolaborasi dengan PT.Signal Kustom Built, dan berhasil menjadi jawara dalam membuat prototip konsep mobil listrik sport SV-1 pada acara Final Battle Clas Mild Accelera Auto Contest 2011.

Pada akhir tahun 2011, LIPI berhasil membuat prototip mobil bus listrik angkutan penumpang kapasitas 15 seat, sementara pada akhir tahun 2012 hingga 2013, LIPI menghasilkan 3 prototipe riset yaitu mobil bus listrik tipe executive mobile meeting, sedan listrik dan mobil hybrid generasi 2. Prototipe-prototipe riset LIPI ini diberi nama Hevina (Hybrid and Electric Vehicle Indonesia).

Selain LIPI, perguruan tinggi juga mengembangkan mobil listrik. Pada bulan Maret 2013, UGM telah meluncurkan mobil hibrid berkapasitas 4-8 penumpang. Selanjutnya ITS juga membuat mobil listrik yang diberi nama EC ITS, menggunakan tenaga listrik dengan peranti baterai berdaya 20 kwh. Kecepatan maksimum EC ITS ini dapat mencapao 150 km/jam, dan proses pengisian baterai (charging)membutuhkan waktu 9 hingga 10 jam dengan daya listrik sebesar 5A/220 Volt.

Yang paling agresif pada 3 tahun terakhir ini adalah para peneliti independen yang sebagian besar memiliki pengalaman sebagai praktisi yang bekerja di beberapa produsen otomotif di luar negeri. Dengan difasilitasi Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan dibentuklah kelompok “Pendawa Putra Petir” yang terdiri dari : Dasep Ahmadi, Ricky Elson, Ravi Desai, Danet Suryatama, dan Mario Revaldi. Kelompok ini secara intens berdiskusi membuat rancang bangun mobil listrik nasional, menjadi prototipe, baik prototipe riset maupun prototipe industri. Danet membuat mobil listrik berkategori mewah yang diberi nama Tucuxi. Dasep Ahmadi, mengembangkan mobil listrik berkategori kecil dengan nama Evina (Executive Car berjenis MPV), generasi ke 2 dari Evina dan Executive Bus 17 penumpang. Ricky merancang Selo dan Gendhis, mobil listrik berjenis MPV.

Prinsip Kerja Mobil Listrik

Mobil listrik adalah mobil yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga penggeraknya.Menurut International Standard (ISO) 8713:2002, mobil listrik ini dikenal dalam istilah Electric Road Vehicles (ERV) yang di Amerika dikembangkan menjadi dua jenis yaitu Zero Emission Vehicles (ZEV) dan Low Emission Vehicles (LEV). Mobil listrik yang dikategorikan ZEV adalah Mobil Baterai dan Mobil Fuel Cell. Sedangkan yang termasuk dalam jenis LEV adalah mobil hybrid, yang mengkombinasikan mesin bakar dengan listrik.

Istilah mobil listrik di Indonesia mencakup mobil baterai maupun mobil hybrid yang dikenal dengan mobil atau kendaraan ramah lingkungan (low carbon emissin car/LCEC). Meskipun demikian, penamaan mobil listrik dimaksudkan pada kendaraan yang sumber tenaganya 100% berasal listrik.

Mobil listrik terdiri dari beberapa komponen penting yaitu : (1)flatform, yang mencakup chasis dan body, (2)motor (sistem penggerak)listrik, (3) sistem kendali (motor controller), (4)sistem manajemen baterai (battery management system), (5) sistem manajemen energi (energy management system), (6) baterai, dan (7) dan sistem pengisian baterai (charging system)

Secara umum, prinsip kerja mobil listik dimulai dengan adanya input pengendali yang diperoleh dari pedal akselerator dan rem. Pengendali ini menyediakan sinyal yang sesuai ke konverter daya elektronika yang mengatur aliran daya antara motor listrik dan baterai. Motor juga memainkan peran generator yang mengkonversi energi pengereman menjadi elektron dan mengisi baterai. Unit manajemen energi, bekerjasama dengan pengendali mobil, mengendalikan pengereman regenerasi dan rekoveri energi.  Motor listrik menghasilkan torsi yang lebih besar dari keadaan mobil yang berhenti. Hal ini menghasilkan kinerja yang sangat bagus. Percepatan dan daya mobil listrik ini melampaui mobil konvensional.  Pada saat akselerasi atau percepatan mendadak dibutuhkan, seperti pada saat berjalan menanjak, tenaga cadangan di dalam baterai disuplai ke motor listrik untuk membantu tenaga mobil. Ketika mengerem atau mengurangi kecepatan kendaraan, sistem hybrid menggunakan tenaga kinetik dari ban untuk mengisi ulang baterai melalui motor listrik yang saat itu berfungsi sebagai generator atau pembangkit listrik. Dengan demikian, energi yang secara normal hilang sebagai gesekan panas diubah menjadi tenaga listrik dan digunakan menjadi energi cadangan di baterai.

Motor listrik, pembakaran di mesin  dan generator listrik secara otomatis tidak bekerja pada saat mobil berhenti. Oleh sebab itu tidak ada tenaga terbuang pada saat mobil berhenti. Sistem hybrid pada mobil listrik tidak hanya menggabungkan sebuah motor listrik dan pembakaran di mesin, tetapi dapat berkolaborasi dari kekuatan masing-masng dan mengaplikasikan suatu sistem pengendali untuk menghasilkan akselerasi dan stabilitas berkemudi.

Kelebihan Mobil Listrik

Pada sisi operasional mobil listrik sangat murah. Satu liter premium pada mobil konvensional menempuh jarak rata-rata sekitar 10km. Dengan harga BBM non subsidi per liter Rp 10.000,-, ongkos setiap km mobil konvensional adalah Rp 1000, jarak 120 km yang dapat ditempuh oleh mobil listrik Hevina menghabiskan daya listrik sekitar 200 kwt. Setiap 1 kwt mobil listrik dapat menempuh 6 km. Maka jika harga listrik non subsidi per kilowatt sekitar Rp 1200, maka setiap 1 km yang ditempuh mobil listrik hanya membutuhkan Rp 200,-, dengan demikian, biaya operasional mobil listrik hanya 20% dibandingkan mobil konvensional.

Masih mahalnya harga baterai menjadikan harga mobil listrik juga relatif lebih mahal dibandingkan mobil konvensional. Komponen baterai mencapai 40% dari harga unit mobil listrik. Akan tetapi jika dilihat dari sisi biaya operasional dan perawatan,  penggunaan mobil listrik jauh lebih murah dibandingkan dengan mobil konvensional. Mobil listrik memiliki tidak lebih dari 10 suku cadang bergerak, sementara pada mobil konvensional terdapat lebih dari seratus komponen suku cadang.

Kendala Penerapan Mobil Listrik sebagai Solusi Kendaraan Ramah Lingkungan

Di Indonesia, salah satu kendala besar pengembangan mobil listrik adalah belum adanya regulasi khusus yang mengatur perizinannya.Selama ini dukungan pemerintahan belum optimal. Akibatnya perkembangan mobil listrik belum sampai memasuki uji sertifikasi.Pengembangan mobil listrik sangat penting di masa yang akan datang karena mobil listrik akan menjadi solusi kendaaraan yang ramah lingkungan hemat energi. Perhitungan yang dikutip dari Kementerian Riset dan Teknologi, memaparkan bahwa jumlah kendaraan saat ini di Indonesia mencapai sekitar 20 juta kendaraan, dan sumber bahan bakarnya adalah minyak. Pada tahun 2010 saja, penggunaan minyak bumi sebesar 363 juta barel BBM, lebih dari separuhnya yaitu 191,9 juta barel dikonsumsi oleh transportasi angkutan jalan raya.

Apabila dikonversikan, 1 barel setara dengan 159 liter minyak. Maka penggunaan 363 juta barel BBM akan setara dengan 53.4 miliar liter BBM. Dari angka tersebut, anggaplah yang memperoleh subsidi BBM adalah mobil pribadi, sepeda motor dan angkutan umum sekitar 56% dari pemakaian tersebut, artinya jumlah BBM yang disubsidi sebesar 29.9 miliar liter BBM. Apabila kita asumsikan bahwa harga BBM non subsidi adalah Rp. 11.000,-/liter dan harga BBM subsidi adalah Rp. 6.500,-/liter, maka selisih yang didapat adalah Rp. 4.500,-/liter. Sehingga apabila kita kalikan antara jumlah BBM disubsidi dengan selisih subsidi maka didapat angka sekitar Rp 134,6 Triliun sebagai angka besaran subsidi BBM yang harus dikeluarkan oleh Negara melalui APBN kepada para pengguna angkutan jalan raya tersebut.

Sedangkan data dari Kementerian Keuangan, perhitungan Rp 134,6 Triliun tidak relevan lagi, karena UU no 23 tahun 2013 mengenai UU APBN tahun 2014, besaran subsidi BBM saat ini sudah mencapai Rp. 210,7 Triliun dari total belanja negara sebesar sekitar Rp. 1.842 Triliun. Angka subsidi BBM tersebut, belum mencakup subsidi listrik yang disebabkan karena penggunaan BBM untuk menjalankan pembangkitnya sebesar Rp. 71,3 triliun. Secara keseluruhan total subsidi yang harus sudah dikeluarkan oleh APBN khusus untuk BBM adalah Rp 282 triliun atau sekitar 15,3% dari total belanja negara kita.

Dapat dibayangkan semakin banyak kendaraan yang berbahan bakar minyak, maka semakin besar pula pengorbanan negara untuk memberikan subsidi yang sesungguhnya tidak perlu diberikan kepada masyarakat yang memiliki kemampuan membeli kendaraan berbahan bakar minyak yang mahal. Untuk itulah Program Kendaran Massal berbasis listrik wajib diperjuangkan di Indonesia. (Ami Pramitasari)

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author