Penghargaan 100 Juta untuk Publikasi Ilmiah Internasional

Kesiapan teknologi dan inovasi merupakan bagian dari pilar untuk meningkatkan peringkat daya saing Indonesia yang terus merosot. Kedua pilar tersebut harus didukung oleh produktivitas riset yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional.

Lembaga pemeringkat internasional Scimago Institution Ranking pada 2014 menempatkan Indonesia pada posisi 52 dalam publikasi ilmiah internasional. Posisi Indonesia jauh di bawah Malaysia (23), Singapura (33), dan Thailand (40).

Untuk itu Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dikti) mencoba melakukan terobosan baru dalam rangka meningkatkan publikasi ilmiah di Indonesia. Melalui Program Penghargaan Publikasi Ilmiah Internasional (PPII) Kemenristek dikti bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mencoba memacu periset di Indonesia untuk menulis di jurnal-jurnal internasional.

Menristekdikti, Muhammad Nasir mengungkapkan dana yang disediakan untuk program PPII sebesar 50 Milyar selama tahun 2015. “Upaya ini untuk memacu publikasi ilmiah internasional yang masih terbatas. Rendahnya publikasi ilmiah menunjukkan bahwa knowledge capital juga rendah,” lanjut Nasir dalam Peluncuran Program PPII di Jakarta, Jumat (4/12).

Menurut Nasir, knowledge capital menjadi modal dasar untuk terciptanya inovasi. Inovasi adalah salah satu pembentuk daya saing bangsa yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi. “Inovasi tidak akan ada tanpa riset,” lanjutnya.

Jumlah publikasi ilmiah di Indonesia masih rendah dibanding negara-negara besar di Asia. Di China artikel ilmiah yang terindeks mencapai 45.000 tulisan, sementara India 10.000 tulisan. Indonesia juga kalah dengan negara tetangga seperti dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Indonesia masih berada di atas Philipina. Tapi jumlah penduduk Philipina lebih rendah dibandingkan dengan Indonesia. Namun jumlah publikasinya sudah mendekati Indonesia. “Ini ancaman bagi kita semuanya,” kata Nasir.

“Apa yang menyebabkan publikasi riset di Indonesia rendah sekali? Kalau dilihat dari jumlah perguruan tinggi, Indonesia memiliki 134 Perguruan Tinggi Negeri dan 4.200 Perguruan Tinggi Swasta. Malaysia hanya memiliki 130 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta,” lanjut Nasir.

Untuk itu Kemenristek dikti mencoba mendorong suasana riset dan publikasi agar lebih kondusif. Kemenristek dikti juga mendorong kebijakan yang memberikan penghargaan kepada yang berkinerja baik.

Syarat-syarat bagi periset yang ingin mendapat PII adalah memiliki artikel ilmiah yang telah diterbitkan jurnal internasional terindeks dalam periode lima tahun terakhir. Artikel ilmiah yang diusulkan bisa berupa bagian dari tesis atau disertasi.

Bagi kelompok periset, pengusul merupakan penulis utama. Artikel ilmiah yang telah mendapatkan PPII dari LPDP tidak dapat diusulkan kembali. Jika memenuhi persyaratan dan kriteria penilaian, pengusul diperbolehkan menerima lebih dari satu penghargaan pada masa seleksi yang sama.

Program PPII ini merupakan bentuk anugerah berupa uang tunai dari LPDP, khusus ditujukan pada artikel ilmiah yang bertema strategis terkait khazanah ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya. Pendaftaran dibagi dalam dua gelombang.  Periode pertama yakni 1 Februari-30 Maret 2016 dengan pengumuman pemenang tanggal 20 Mei 2016. Periode kedua 1 Juni-30 Juli 2016 dengan pengumuman pemenang 17 Agustus 2016.

 

Nilai PII tertinggi sebesar Rp 100 juta diberikan pada artikel ilmiah yang terbit di jurnal terindeks dengan impact factor minimal 5 dengan jumlah sitasi ilmiah sekurang-kurangnya tiga. Bila skor impact factor minimal 0,1 dengan jumlah sitasi 1-3, peneliti yang bersangkutan menerima penghargaan sebesar Rp 50 juta.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author